15 Oct 2021
Salsa
Balita
Balita
Seorang anak dikatakan autis jika memiliki keterlambatan pada perkembangan perilaku, interaksi dan komunikasi. Sulitnya anak dalam berkomunikasi dan mengungkapkan emosi menjadi tantangan bagi orang tua yang memiliki anak autis, terutama saat ia sedang tantrum. Anak autis cenderung sulit dalam mengontrol emosi, frustasi yang dirasakan hingga berkomunikasi untuk mengungkapkan amarah yang ia rasakan.
Tantrum memiliki definisi yaitu kondisi anak yang ingin mengekspresikan dirinya namun tidak terkontrol sehingga menyebabkan ledakan emosi. Tantrum memang dialami oleh semua anak, namun orang tua perlu mengetahui cara mengatasi tantrum pada anak autis. Anak autis yang tantrum tidak dapat mengekspresikan diri dengan baik dan akan cepat memburuk sehingga mengakibatkan perilaku yang berbahaya bagi dirinya dan orang lain. Hal itu disebabkan karena ia tak cukup baik dalam menyampaikan apa yang dimaksud.
Berdasarkan artikel yang dijelaskan oleh Sekolah Luar Biasa Autisma, tantrum pada anak autis dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.Tantrum biasanya ditunjukkan dengan lebih mudah marah, berteriak, menangis, guling-guling, lempar barang, menyakiti orang lain seperti memukul, mencubit, menendang dan menggigit serta menyakiti diri sendiri (menggigit tangannya, memukul kepala hingga membenturkan kepalanya). Sebagian dari mereka mengalami gangguan persepsi sehingga mereka tidak atau kurang merasakan rasa sakit ketika menyakiti dirinya. Hal ini dikarenakan lambatnya reaksi otak merespon rasa sakit tersebut.
Namun disisi lain, seperti yang dikutip oleh autismawarenesscentre.com, tantrum adalah tentang menumbuhkan keterampilan dan mengembangkan kemandirian. Itu terjadi ketika sesuatu menghalangi seorang anak untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan. Anak mungkin belum memiliki keterampilan untuk mengekspresikan emosi yang kuat dengan cara lain.
Misalnya, tantrum dapat terjadi ketika seorang anak frustasi karena dia tidak bisa mengancingkan bajunya atau seorang anak mungkin marah ketika dia diberitahu bahwa sudah waktunya untuk tidur tetapi dia ingin begadang. Pada anak-anak dengan autisme, ini semua lebih kompleks karena tantrum dapat terlihat seperti amukan tetapi membutuhkan serangkaian keterampilan dan tanggapan yang sama sekali berbeda. Di bawah ini adalah tiga petunjuk bermanfaat sebagai cara mengatasi tantrum pada anak autis atau Autism Spectrum Disorder (ASD).
1. Tetap tenang dan jangan menyerah
Sangat mudah untuk marah ketika anak mengamuk, tetapi cobalah untuk menenangkan diri terlebih dahulu sebelum menangani perilaku anak. Kemudian, mungkin cara tercepat untuk menghentikan tantrum adalah dengan memberikan apa yang diinginkan anak. Meskipun orang tua dapat melakukan ini pada saat-saat tertentu ketika tidak mampu menghadapi tantrum. Namun, itu bukan strategi yang bagus dalam jangka panjang. Anak akan belajar bahwa dia perlu mengamuk untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
2. Ajak ke tempat yang lebih tenang
Sebuah tantrum akan sering berhenti jika anak berada di tempat tenang yang jauh dari banyak orang sehingga jika anak tantrum di ruang publik ajak ia ke tempat yang lebih sepi dan privat. Jika orangtua tahu bahwa anak cenderung mengamuk dalam kelompok besar, mulailah dengan pertemuan yang lebih kecil sampai mereka mempelajari mekanisme dan perilaku. Jika orangtua melepaskan diri, tetaplah berada di tempat di mana anak dapat dapat melihat orang tuanya namun tetap abaikan mereka sampai mereka tenang.
3. Alihkan perhatian
Tips lain sebagai cara mengatasi tantrum pada anak autis yakni alihkan perhatian mereka. Bagaimana caranya? Jika anak tampak frustasi dengan suatu kegiatan, sarankan sesuatu yang sudah mereka ketahui caranya, dan mahir melakukannya. Mulailah bermain dengan tenang dengan mainan lain. Musik atau hewan peliharaan juga bisa menjadi pengalih perhatian yang besar.
4. Selalu buat topik yang menarik
Misalnya, jika mereka marah karena menyikat gigi atau pergi tidur, mulailah membicarakan sesuatu yang menyenangkan yang akan orangtua dan anak lakukan keesokan harinya.
5. Jangan lupa untuk memuji anak setelah tantrum selesai
Sangat baik untuk mengakui perasaan mereka. Orang tua dapat mengatakan, "Ayah/Ibu melihat kamu benar-benar merasakan karena tidak bisa mengenakan kaus kaki, Ayah/Ibu mengerti mengapa itu membuat kamu kesal. Kerja bagus untuk menenangkan diri. Bolehkah Ayah/Ibu membantu untuk mencoba lagi?” Perlu diingat, belajar untuk mengatasi emosi yang menantang adalah keterampilan hidup yang sangat penting. Anak-anak pasti harus diberi selamat ketika mereka berhasil menenangkan diri.
Ingat, tantrum itu normal. Semua keputusan ada orang tua dan pengasuh untuk membantu anak-anak dalam mempelajari keterampilan baru untuk menghadapi perasaan baru yang akan mereka hadapi saat mereka mempelajari keterampilan baru.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM