29 Oct 2021
Anggraini Nurul F
0-6 bulan
0-6 bulan
Moms, ketika memasuki usia 2 tahun, yaitu masa yang sering disebut fase terrible two, anak masih bersifat egosentris dan merasa semua hal berpusat pada dirinya. Ia belum mampu melihat dari sudut pandang orang lain dan menyayangi orang lain sebagaimana ia sayang pada dirinya sendiri. Itulah sebabnya, anak-anak usia ini kerap melakukan perilaku yang tidak menyenangkan, perilaku yang merusak, dan tantrum.
Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi perilaku anak yang tidak menyenangkan adalah mengajaknya untuk belajar bersosialiasi. Misalnya, bermain dengan teman sebayanya atau bermain dengan kakak atau sepupu. Cara-cara ini dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan sosial dan rasa empatinya.
Lalu bagaimana cara kita mengajarkan nilai-nilai atau aturan sosial kepada anak? Penanaman nilai pada anak butuh proses panjang. Moms tidak bisa mengharapkan Si Kecil berubah hanya dengan satu atau dua kali dinasihati. Jadi, diperlukan kesabaran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai yang baik kepada anak.
Pada dasarnya, anak belajar nilai-nilai kebaikan atau tata krama dengan mencontoh perilaku orang tuanya sehari-hari. Oleh karena itu, Moms perlu menjadi role model bagi Si Kecil. Tunjukkan bagaimana cara bersikap yang baik kepada orang lain dan cara memperlakukan orang lain dengan hormat.
Perlu dicatat, Moms juga perlu memperlakukan Si Kecil dengan hormat, termasuk berempati kepadanya ketika ia sedang sedih, marah, atau bosan.
Meskipun anak usia di bawah 3 tahun (batita) sering kali memunculkan perilaku yang merusak (destruktif), seperti merobek majalah, mencorat-coret dinding, atau menumpahkan bedak di lantai, sebetulnya mereka tidak selalu berniat melakukannya dengan sengaja.
Perilaku tersebut bisa terjadi karena beberapa hal, di antaranya:
Apa pun alasan Si Kecil melakukan perilaku tersebut, Moms harus menyampaikan kepadanya bahwa perilaku itu salah. Moms tidak perlu marah, berteriak, atau membentak Si Kecil, terlebih jika perilaku tersebut muncul dari ketidaksengajaan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua saat menghadapi perilaku destruktif pada anak di fase terrible two ini, yaitu:
Misalnya, memberi tahu anak bahwa gelas yang pecah memiliki bagian tajam yang dapat membuatnya terluka, lalu beri tahu anak untuk meminta bantuan orang dewasa jika ingin mengambil gelas.
Misalnya, mengajak anak untuk membantu mengelap air yang ia tumpahkan, merekatkan bagian kertas yang ia robek, atau mengambil mainan yang ia lemparkan dan menaruhnya kembali di tempatnya.
Misalnya, jika anak merasa frustrasi karena terus-menerus gagal menyusun mainan baloknya, berikan tips bagaimana cara menyusun balok agar tidak mudah jatuh.
Dukung anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya yang besar dengan menyediakan lingkungan yang aman. Misalnya, memberikannya benda-benda yang tidak mudah pecah dan mainan yang aman.
Si Kecil yang memasuki fase terrible two mungkin pernah melakukan tantrum, seperti menangis meraung-raung, berguling di lantai, atau berteriak di depan umum.
Anak-anak usia ini sebenarnya sudah mampu membaca dan memanfaatkan situasi. Anak tahu jika orang tuanya tidak akan marah ketika ia melakukan tantrum di tempat umum dan akan menuruti keinginannya agar ia berhenti melakukan tantrum tersebut.
Umumnya, perilaku tantrum akan berkurang dan hilang seiring bertambahnya usia anak. Untuk meredakan tantrum, Moms perlu memahami dulu beberapa alasan mengapa anak di fase terrible two sering melakukan tantrum, yaitu:
Ada dua hal yang perlu Moms lakukan untuk menghadapi tantrum yang dilancarkan Si Kecil, yaitu langkah penanganan dan langkah pencegahan. Berikut adalah penjelasannya:
1. Cara menangani tantrum pada Fase Terrible Two
Umumnya, perilaku tantrum akan berkurang dan hilang seiring bertambahnya usia anak. Beberapa langkah yang dapat Moms lakukan saat Si Kecil menunjukkan perilaku tantrum adalah:
2. Cara mencegah tantrum pada Fase Terrible Two
Untuk mencegah tantrum, Moms perlu mengamati dan mencatat perilaku tantrum Si Kecil selama 1–2 minggu. Catat kapan Si Kecil melakukan tantrum dan apa pemicunya.
Setelah itu, lakukan cara-cara menangani tantrum seperti yang sudah dijelaskan di atas dan ajari Si Kecil untuk mengekspresikan rasa frustrasi, kemarahan, atau kekecewaannya secara verbal (dengan kata-kata) dan dengan cara yang lebih sopan. Amati perubahan perilaku Si Kecil dan catat sebagai bahan evaluasi.
Perilaku anak yang menjengkelkan pada fase terrible two merupakan hal yang normal. Namun, jika perilaku ini muncul lebih dari 2 kali sehari, disertai dengan emosi yang meledak-ledak, dan membuat Moms kewalahan menghadapinya, sebaiknya konsultasikan masalah ini kepada psikolog khusus anak atau dokter anak.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM