17 Sep 2021
Anggraini Nurul F
Dikutip dari situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC), autisme merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi fungsi sosial, komunikasi, dan cara berperilaku seseorang.
Banyak yang bertanya, apakah memberikan vaksin pada anak merupakan salah satu penyebab autisme pada anak?
“Tidak, vaksinasi tidak menyebabkan autisme pada anak. Berbagai penelitian telah dilakukan atas pertanyaan ini dan tidak ada satupun bukti yang menyatakan hubungan vaksinasi dengan penyebab autisme,” jelas M. Daniele Fallin, direktur Center for Autism and Developmental Disabilities.
Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah berbagai gangguan perkembangan saraf yang sebagian besar ditandai dengan gangguan fungsi sosial dan gangguan komunikasi.
Gejala dapat berupa fokus yang intens pada satu item, tidak responsif, kurang memahami isyarat sosial (seperti nada suara atau bahasa tubuh), gerakan berulang, atau perilaku yang melecehkan diri sendiri seperti membenturkan kepala.
1. Genetika
Beberapa gen yang berbeda tampaknya terlibat dalam gangguan spektrum autisme. Untuk beberapa anak, kelainan spektrum autisme dapat dikaitkan dengan kelainan genetik, seperti Rett syndrome atau fragile X syndrome. Untuk anak-anak lain, perubahan genetik (mutasi) dapat meningkatkan risiko gangguan spektrum autisme. Beberapa mutasi genetik tampaknya diwariskan, sementara yang lain terjadi secara spontan.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan diduga berkontribusi terhadap perkembangan autisme pada anak. Masalah yang terjadi atau obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan adalah pemicu utamanya. Obat yang disebut-sebut bisa meningkatkan risiko autisme pada anak adalah obat thalidomide dan asam valproat.
Thalidomide adalah obat yang umum digunakan untuk mencegah pembengkakan dan peradangan karena penyakit tertentu, serta mencegah perkembangan jenis kanker tertentu. Sementara itu, asam valproat adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi kejang, gangguan mental, dan migrain. Obat ini kemungkinan bisa mengganggu perkembangan otak janin.
Oleh karena itu, untuk menurunkan risiko autisme pada anak, ibu hamil harus hati-hati dalam menggunakan obat-obatan apapun. Selalu konsultasikan pada dokter terlebih dahulu setiap akan menggunakan obat tertentu.
Para peneliti sedang mengeksplorasi apakah faktor-faktor seperti infeksi virus, obat-obatan atau komplikasi selama kehamilan, atau polutan udara berperan dalam memicu gangguan spektrum autisme.
3. Jenis kelamin anak
Anak laki-laki sekitar empat kali lebih mungkin mengalami gangguan spektrum autisme daripada anak perempuan.
4. Sejarah keluarga
Keluarga yang memiliki satu anak dengan gangguan spektrum autisme memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki anak lain dengan gangguan tersebut.
5. Gangguan lainnya
Anak-anak dengan kondisi medis tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan spektrum autisme atau gejala seperti autisme. Contohnya anak yang mengidap fragile X syndrome (kelainan bawaan yang menyebabkan masalah intelektual), tuberous sclerosis (tumor jinak berkembang di otak), dan sindrom Rett (suatu kondisi genetik yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan kepala, kecacatan intelektual dan hilangnya kemampuan penggunaan tangan).
6. Bayi yang lahir sangat prematur
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu mungkin memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan spektrum autisme.
1. Tidak melakukan kontak mata
Salah satu tanda awal autisme adalah kurangnya kontak mata dengan siapapun yang mengasuhnya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan, bahwa bayi yang mengalami gangguan spektrum autisme, menunjukkan adanya penurunan kontak mata antara usia 2 dan 6 bulan.
2. Tidak merespons saat diajak berinteraksi
Bayi biasanya merespons apa yang dilihat dan didengarnya dari suara orang lain, terutama suara ibu dan ayah.
Jika bayi hanya tampak diam dan tak tertarik meresponnya, ini menunjukkan adanya kemungkinan autisme.
Bayi dengan autisme lebih jarang melihat dan mendengarkan orang lain, dan mereka juga tak memberi respons saat namanya dipanggil atau menanggapi bentuk interaksi lainnya, seperti ekspresi wajah.
3. Tidak mengoceh
Umumnya, sebelum mulai berbicara, bayi akan mulai mengoceh, bereksperimen dengan suaranya sekitar usia 6 bulan. Namun, pada bayi autisme, biasanya tak muncul ocehan di sekitar usia enam hingga sembilan bulan.
Bicara mendukung proses belajar, sehingga kehilangan kemampuan verbal di usia awal dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak.
4. Tak bersosialisasi
Anak-anak dengan autisme kemungkinan tidak berinteraksi dengan anak-anak lain atau berbagi pengalaman dengan mereka.
Jika mereka dalam kesulitan atau bertahan dari sesuatu, mereka akan menyimpannya sendiri ketimbang mencari bantuan.
5. Berjuang untuk berkomunikasi
Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme menunjukkan variasi suara, kata, dan gerakan yang berkurang secara signifikan ketika mereka mencoba berkomunikasi.
Ketika mereka ‘berjuang’ dari sesuatu, mereka tidak akan meminta bantuan seperti yang cenderung dilakukan oleh balita lainnya.
Balita dengan autisme tidak bermain dengan orang lain atau menunjukkan minat atau kesenangan pada apa yang mereka lakukan.
Jika balita secara konsisten tidak melakukan interaksi sosial dengan orangtuanya atau anak-anak lain, mungkin ada baiknya segera berdiskusi dengan dokter.
6. Menunjukkan perilaku berulang
Balita dengan gangguan spektrum autisme cenderung mengulangi tindakan atau gerakan yang sama berulang-ulang, yang mana menurut para peneliti hal itu membantu menenangkan mereka.
Ini bisa termasuk bertepuk tangan, menggoyang-goyang tubuh atau berputar-putar. Mereka mungkin obsesif dengan perilaku tersebut.
7. Tidak mau menunjuk atau menggerakkan tubuh
Anak-anak pada umumnya akan menunjuk benda atau membuat gerakan lain untuk menunjukkan ketertarikan mereka ada sesuatu.
Tapi, seorang anak dengan gangguan spektrum autisme cenderung tidak akan menunjuk sesuatu yang menarik perhatian mereka atau juga tak akan menunjukkan ketertarikan pada benda-benda yang ditunjukkan pada mereka.
Semakin dini autisme dapat dideteksi, semakin baik, karena otak yang lebih muda lebih mudah beradaptasi, dan terapi intensif sejak dini dapat berdampak pada tumbuh kembangnya.
Yang perlu menjadi catatan adalah, tidak setiap anak akan menunjukkan gejala yang sama. Jadi sebaiknya segera temui profesional jika Anda berpikir anak Anda mungkin memiliki gangguan spektrum autisme.
Yuk Moms, jangan lupa kunjungi website kita di www.mooimom.id sebagai perlengkapan bayi terlengkap.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM