29 Nov 2021
Anggraini Nurul F
Pra-kehamilan
Pra-kehamilan
Incomplete miscarriage atau abortus inkomplit adalah salah satu jenis keguguran yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Saat kondisi ini terjadi, jaringan janin yang telah mati tidak dapat keluar dari rahim sepenuhnya sehingga menyebabkan wanita mengalami kondisi perdarahan terus menerus.Wanita yang mengalami abortus inkomplet umumnya mengalami nyeri perut, perdarahan vagina hebathingga kram perut.
Pada sebagian besar kasus, setelah diagnosis abortus inkomplet dilakukan, secara perlahan jaringan janin akan keluar dengan sendirinya.
Meski demikian, proses tersebut membutuhkan waktu. Sebab, masih ada jaringan janin yang tetap tertinggal di dalam rahim dan harus dikeluarkan dengan kuret atau tindakan pengobatan lainnya.
Abortus inkomplit tidak sama dengan missed miscarriage atau keguguran yang tidak terdeteksi, yakni suatu kondisi di mana janin tidak berkembang, tetapi leher rahim masih tertutup dan tidak terjadi perdarahan.
Dikutip dari NHS UK, secara umum, mengalami keguguran, termasuk abortus, dapat disebabkan oleh berbagai macam, tetapi tidak semua kasus keguguran dapat diketahui alasannya.
Jika keguguran terjadi dalam 3 bulan pertama usia kehamilan, penyebab utamanya bisa jadi adalah kondisi janin yang tidak optimal. Salah satu penyebab keguguran yang paling umum adalah adanya kelainan pada kromosom bayi. Jika bayi memiliki kelebihan atau kekurangan kromosom maka bayi tidak dapat berkembang secara normal.
Akan tetapi, apabila keguguran terjadi setelah 3 bulan pertama kehamilan, atau pada usia kehamilan 13-24 minggu, maka kemungkinan penyebabnya adalah kondisi kesehatan sang ibu.
Beberapa contoh gangguan kesehatan pada ibu hamil yang berisiko menyebabkan keguguran adalah:
Prinsip pengobatan abortus inkomplet adalah memastikan rahim bersih dari jaringan janin yang masih tersisa di dalamnya.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengobati abortus inkomplit, seperti:
Pada kebanyakan kasus, tubuh secara alami dapat mengeluarkan sisa-sisa jaringan embrio tanpa masalah. Jika cara mengobati abortus inkomplet dilakukan dengan menunggu tubuh mengeluarkan sisa jaringan secara alami, maka sang ibu perlu melakukan pemeriksaan secara berkala dengan dokter kandungan.
Cara mengobati abortus inkomplet satu ini tergolong paling tidak invasif dan alami. Akan tetapi, ada risiko abortus inkomplit yang lebih membahayakan sang ibu serta risiko prosedur operasi dilasi dan kuretase yang perlu dilakukan segera.Selain itu, metode ini juga berisiko membuat sang ibu mengalami perdarahan parah yang lebih tinggi. Perdarahan tersebut bisa berbahaya jika terjadi terus menerus dan tidak kunjung berhenti. Bahkan, apabila perdarahan tersebut tidak bisa dikontrol, transfusi darah bisa saja dilakukan oleh sang ibu.Baca juga: Jenis Abortus atau Keguguran yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil
Cara mengobati abortus inkomplit berikutnya adalah dengan pemberian obat guna mempercepat proses pengeluaran sisa jaringan janin dalam rahim.
Namun, perlu diingat bahwa cara penggunaan obat ini tidak disarankan untuk dikonsumsi sendiri, melainkan harus di bawah pengawasan dan petunjuk dari dokter kandungan. Obat tersebut adalah misoprostol yang bisa digunakan dengan cara diminum melalui mulut atau diletakkan di bawah lidah (kemudian dibiarkan hingga larut dengan sendirinya), serta dimasukkan ke dalam vagina.
Tingkat keberhasilan cara mengobati abortus inkomplit ini cukup tinggi, yaitu sebesar 80–99%, terutama pada usia kehamilan di trimester pertama.Obat misoprostol memiliki sejumlah efek samping, seperti sakit perut, mual dan muntah, hingga diare. Pada kebanyakan kasus, obat misoprostol cukup ampuh digunakan oleh beberapa perempuan, tetapi obat ini bisa jadi tidak efektif untuk sebagian perempuan lainnya.Secara umum, penggunaan pil ini memiliki risiko lebih rendah untuk menyebabkan rahim lengket. Akan tetapi, risiko terjadinya perdarahan bisa lebih tinggi melalui metode pengobatan satu ini.
Prosedur dilasi dan kuretase adalah cara mengobati abortus yang paling aman dan efektif untuk dilakukan guna mencegah perdarahan yang hebat. Sebelum melakukan tindakan ini, pasien dengan abortus akan diberikan anestesi umum terlebih dahulu.
Selanjutnya, dokter akan menggunakan sebuah alat dan obat untuk membuka dan melebarkan serviks (leher rahim) sehingga sisa jaringan yang ada di dalam rahim dapat diangkat. Ketika dokter sudah memiliki akses ke rahim, ia akan melakukan kuret untuk mengikis sisi-sisi rahim dan mengumpulkan jaringan sisa janin yang masih tertinggal di dalamnya.
Prosedur dilasi dan kuretase merupakan prosedur yang aman, tetapi tetap ada potensi risiko akibat operasi ini, yaitu:
Luka pada dinding rahim yang bisa menyebabkan kondisi langka atau dikenal dengan sindrom Asherman
Perempuan yang mengalami perdarahan terus menerus hingga berhari-hari atau mengalami keputihan yang tidak normal setelah prosedur dilasi dan kuretase harus segera memeriksakan diri ke dokter.
Beberapa gejala medis yang patut diwaspadai setelah melakukan dilasi dan kuretase adalah nyeri dan kram pada perut yang tak kunjung berhenti.
Sejumlah penelitian mengatakan bahwa ketiga metode di atas memiliki tingkat keefektifan yang sama untuk mengobati abortus trimester pertama.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM