Tak Ingin Anak Stunting, Lakukan 10 Pencegahan Ini

calendar icon

14 Feb 2021

author icon

Ika

category icon

Tak Ingin Anak Stunting, Lakukan 10 Pencegahan Ini

Kurangnya nutrisi pada janin dan bayi mengakibatkan Si Kecil gagal tumbuh sehingga terlalu pendek untuk anak seusianya. Kurang gizi kronis ini disebut sebagai stunting atau kerdil. Moms, stunting bisa terjadi sejak bayi masih dalam kandungan, hingga berusia 24 bulan. Sayangnya, deteksi pada anak stunting baru terlihat ketika Si Kecil berusia 2 tahun. Kondisi ini akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak hingga nanti ia dewasa.

Adapun dampak stunting pada Si Kecil sangat komplek, Moms, seperti bayi atau anak mudah sakit, anak mengalami gangguan pertumbuhan fisik dimana postur tubuhnya tidak maksimal saat dewasa, mengalami keterlambatan perkembangan, juga mengalami gangguan metabolisme pada tubuh.

Selain itu, stunting memiliki dampak terhadap menurunnya intelektualitas dan kemampuan kognitif anak. Stunting berhubungan dengan perkembangan kognitif yang terlihat pada kemampuan aritmatika, mengeja, membaca kata dan membaca komprehensif sehingga anak stunting mencapai pendidikan lebih rendah jika dibandingkan dengan anak-anak normal. Anak stunting mengalami kekebalan tubuh yang menurun sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Berdasarkan berbagai penelitian dan pengamatan, ciri-ciri anak stunting seperti berikut ini, Moms.

  1. Bila anak diukur tingginya, lalu dibandingkan dengan ukuran standar, hasil pengukuran berada di bawah ukuran normal.
  2. Pertumbuhan gigi anak melambat.
  3. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.
  4. Pertumbuhan tulang melambat.
  5. Berat badan balita cenderung turun.
  6. Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menstruasi pada anak perempuan.
  7. Anak mudah terserang infeksi.
  8. Pada usia 8-10 tahun mengalami performa buruk pada kemampuan fokus dan memori  belajar.

 Moms, angka stunting yang cukup tinggi terjadi karena berbagai faktor multidimensi, baik dari kondisi ibu saat hamil, bayi yang lahir, lingkungan sekitar hingga akses layanan kesehatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan setidaknya ada 5 penyebab utama stunting di Indonesia. Pertama, ialah faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Kedua, faktor kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah melahirkan. Penyebab ketiga adalah masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC atau Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan), Post Natal Care, dan pembelajaran dini yang berkualitas. Faktor keempat, masih kurangnya akses ibu kepada makanan bergizi. Kelima, ibu hamil kurang mengakses air bersih dan sanitasi yang layak.

 

Bagaimana Mencegah Stunting?

            Kemungkinan karena satu dan lain hal, seperti ibu hamil sakit sepanjang kehamilan, maka kelahiran anak stunting tak dapat dihindari. Pertanyaannya kemudian, apakah anak stunting dapat diatasi? Sayangnya, kondisi anak yang mengalami stunting tidak akan bisa dikembalikan seperti semula. Artinya, anak dengan stunting perkembangannya lebih lambat hingga kelak dewasa.

            Walaupun demikian, anak dengan stunting tetap dapat hidup normal seperti kebanyakan anak lainnya. Hanya, Moms memang harus memperbaiki asupan gizi untuk meningkatkan kualitas hidup Si Kecil. Selain itu, berikan pula stimulasi dini perkembangan anak, berikan makanan tambahan atau PMT pada anak, serta rutin memantau perkembangan anak. Langkah dan upaya mengatasi kondisi stunting pada anak bisa Moms konsultasikan dengan dokter.

Meskipun demikian, stunting dapat dicegah dengan intervensi selama 1000 hari pertama kehidupan bayi. Intervensi ditujukan kepada ibu hamil dan ibu bersalin, untuk bayi baru lahir, dan bayi usia 6 hingga 24 bulan. Adapun intervensinya sebagai berikut.

  1. Untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, ibu hamil mendapat tablet penambah darah. Minimal 90 tablet selama kehamilan.
  2. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.
  3. Pemenuhan gizi bagi ibu hamil.
  4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli.
  5. Mendorong Inisiasi Menyusui Dini atau IMD.
  6. Memberikan ASI eksklusif kepada bayi dari usia 0 hinggga 6 bulan.
  7. Memberikan Makanan Pendamping ASI atau MPASI untuk bayi di atas 6 bulan hingga 2 tahun.
  8. Memberikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A.
  9. Memantau pertumbuhan balita di Posyandu terdekat.
  10. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

Bagikan Artikel


Artikel Terkait

Shop at MOOIMOM