13 Feb 2021
Ika
Bayi yang mengalami masalah pencernaan kerap membuat orang tua khawatir. Apalagi kalau BAB-nya tidak lancar hingga sembelit. Beberapa dokter beranggapan hal ini normal, namun bukan berarti bisa disepelakan.
Untuk diketahui, pada bulan-bulan pertama, bayi cenderung buang air besar sekali sehari. Setelah itu, bayi dapat buang air besar beberapa hari atau bahkan seminggu sekali. Si kecil mungkin sulit mengeluarkan feses karena otot perut mereka lemah. Jadi bayi cenderung tegang, menangis, dan wajah yang memerah ketika ia buang air besar. Namun, kondisi ini tidak berarti bayi susah buang air besar.
Apalagi, frekuensi buang air besar ini tidak sama pada setiap bayi. Beberapa bayi dalam kondisi sehat bisa saja buang air besar lebih banyak dari frekuensi standar, sementara lainnya bisa jadi lebih sedikit, dengan kondisi kesehatan tubuh yang sama. Ketika bayi buang air besar lebih sedikit dari angka normal, ia tidak lantas langsung mengidap sembelit.
Selain itu, ada beberapa tanda yang bisa Moms perhatikan jika Si Kecil mengalami sembelit seperti, rewel dan muntal, sulit buang air besar hingga menangis, tinja keras dan kering, perut kembung, ada darah pada feses, dan ada ampas tinja di popok.
Penyebab Sembelit
Sudah tahu tanda-tandanya, beberapa hal bisa menjadi penyebab sembelit pada bayi, yaitu baru mulai makan-makanan pendamping air susu ibu (MPASI). Pada saat baru mulai makan, Si Kecil menjadi sembelit karena belum terbiasa dengan makanan padat di lambungnya.
Faktor lainnya adalah kekurangan asupan cairan bisa menyebabkan kotoran menjadi kering atau keras sehingga susah dikeluarkan. Bukan cuma itu, terkadang sebagian bayi akan susah menerima makanan dan minuman karena mulut mereka bermasalah, seperti pertumbuhan gigi susu atau adanya sariawan. Begitu juga dengan hal lain yang membuat anak menjadi malas minum sehingga menyebabkan dehidrasi, misalnya pilek, infeksi telinga, atau infeksi tenggorokan.
Kondisi medis tertentu dapat berkontribusi kepada terjadinya sembelit pada bayi. Pada bayi usia di bawah 6 bulan, beberapa penyebab sembelit yang umum terjadi adalah kelainan organ saluran cerna sejak lahir, alergi susu sapi, penyakit celiac, kadar kalsium terlalu tinggi dalam darah (hiperkalsemia), hipotiroid, penyakit Hirschprung, dan kelainan sumsum tulang belakang.
Penyebab Sembelit
Sudah tahu tanda-tandanya, beberapa hal bisa menjadi penyebab sembelit pada bayi, yaitu baru mulai makan-makanan pendamping air susu ibu (MPASI). Pada saat baru mulai makan, Si Kecil menjadi sembelit karena belum terbiasa dengan makanan padat di lambungnya.
Faktor lainnya adalah kekurangan asupan cairan bisa menyebabkan kotoran menjadi kering atau keras sehingga susah dikeluarkan. Bukan cuma itu, terkadang sebagian bayi akan susah menerima makanan dan minuman karena mulut mereka bermasalah, seperti pertumbuhan gigi susu atau adanya sariawan. Begitu juga dengan hal lain yang membuat anak menjadi malas minum sehingga menyebabkan dehidrasi, misalnya pilek, infeksi telinga, atau infeksi tenggorokan.
Kondisi medis tertentu dapat berkontribusi kepada terjadinya sembelit pada bayi. Pada bayi usia di bawah 6 bulan, beberapa penyebab sembelit yang umum terjadi adalah kelainan organ saluran cerna sejak lahir, alergi susu sapi, penyakit celiac, kadar kalsium terlalu tinggi dalam darah (hiperkalsemia), hipotiroid, penyakit Hirschprung, dan kelainan sumsum tulang belakang.
Cara Mengatasi Sembelit pada Bayi
Untuk mengatasi sembelit pada bayi, perlu dibedakan menurut kelompok umurnya. Berbeda dengan orang dewasa, kondisi fisik bayi pada tiap perkembangan usianya akan berbeda-beda. Masalah sembelit pada bayi berusia kurang dari 6 - 12 bulan membutuhkan penanganan seperti, mengubah atau mengganti susu formula.
Jika selama ini anak diberikan susu formula, diskusikan dulu dengan dokter untuk mengubah takaran susu formula atau menanyakan mengenai penggantian susu formula anak yang tinggi serat. Selain itu, cobalah memanfaatkan pelembut tinja sesuai anjuran dokter. Pelembut tinja ini dapat ditambahkan ke dalam susu bayi untuk diberikan tiga kali sehari.
Sedangkan untuk bayi berkisar usia 1 - 2 tahun, maka lebih tepat untuk membiasakan duduk di toilet secara teratur. Hal ini dilakukan sekitar 3-5 menit setelah makan. Anak diminta duduk di toilet meski tidak merasa ingin buang air besar. Ciptakan suasana yang nyaman agar anak merasa nyaman tiap buang air besar di toilet. Dengan cara ini juga anak bisa belajar merespons keinginannya sendiri untuk buang air besar dengan selalu duduk di toilet.
Bukan cuma itu, berikan makanan yang tinggi serat. Tambahkan serat dari tiga porsi sayuran dan 2 porsi buah setiap hari. Utamakan memberinya asupan serat dari buah-buahan berkulit yang bisa langsung dikonsumsi, seperti buah plum, aprikot, persik, atau prune. Selain buah-buahan, roti gandum dan susu tinggi serat juga bisa diberikan kepadanya. Hindari sereal siap saji yang sudah diproses, seperti corn flake atau rice bubble.
Selain itu, pada usia yang lebih besar, bisa diajarkan banyak mengonsumsi air mineral dibandingkan minuman manis juga untuk membantu mencegah sembelit. Saat Si Kecil sudah sangat tidak nyaman karena buang air besarnya yang sulit dan jarang, hingga kesakitan, segera bawa Si Kecil ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.inggu sekali. Si kecil mungkin sulit mengeluarkan feses karena otot perut mereka lemah. Jadi bayi cenderung tegang, menangis, dan wajah yang memerah ketika ia buang air besar. Namun, kondisi ini tidak berarti bayi susah buang air besar.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM