22 Jun 2021
Ika
Gaya Hidup
Gaya Hidup
Selama beratus-ratus tahun, lesitin atau lecithin digunakan sebagai bahan baku makanan dan suplemen kesehatan. Mula-mula lesitin dikenal lantaran terkandung dalam kuning telur. Yang unik lagi, kata “lesitin” berasal dari bahasa Yunani, “lekithos” yang berarti “kuning telur”.
Pada 1845, ahli farmasi sekaligus pakar biokomia asal Prancis, Theodore Gobley, berhasil mengisolasi oranye, zat pengemulsi kuning telur. Ia lalu memberi nama zat ini “lecithin”.
Pada masa itu, biaya produksi besar-besaran lesitin terlalu mahal. Sementara nafsu makan akan lesitin—yang ditemukan terkandung dalam kuning telur—begitu tinggi. Mengingat permintaan dan biaya produksi yang tak berbanding lurus, sejumlah peneliti kemudian memproses kacang kedelai menjadi apa yang juga disebut sebagai “lecithin”.
Maka ada dua sumber utama lesitin yang saat itu dikenal luas: dari kuning telur dan kacang kedelai.
Bersumber dari berbagai zat yang terkandung dalam berbagai bentuk menjadikan lesitin sebagai bahan kimia dengan nilai gizi bervariasi.
Ya, Moms. Lesitin merupakan bahan kimia. Lebih tepatnya, sekelompok bahan kimia. Lesitin termasuk dalam senyawa fosfolipid. Senyawa ini merupakan bagian penting dari otak, darah, saraf dan jaringan lain. Fosfolipid juga merupakan bagian dari membran sel.
Tubuh menggunakan lesitin dalam proses metabolisme serta pemindahan lemak. Lesitin umumnya digunakan sebagai bahan tambahan makanan untuk mengemulsi makanan. Banyak orang tahu lesitin sebagai lapisan berminyak pada penggorengan mereka ketika menggunakan peralatan masak antilengket.
Lesitin, baik yang terkandung dalam kuning telur maupun produk sampingan kedelai, ditemukan bermanfaat dalam mempertahankan memori manusia. Lesitin mampu mencegah gejala demensia, Alzheimer, gangguan pada kantung empedu, gagal hati dan, pada bayi, memaksimalkan kinerja otak.
Di pasaran, lesitin hadir dalam bentuk kapsul, cair dan butiran.
Beberapa perempuan hamil cenderung menolak suplemen atau makanan apapun yang mengandung lesitin. Salah satu sebabnya karena, seperti disebutkan pada awal tulisan ini, lesitin merupakan sekelompok bahan kimia.
Moms, zat lesitin terkandung dalam membran sel semua makhluk hidup. Jadi, jangan pikirkan lesitin sebagai cairan dalam botol-botol kimia. Bukan begitu. Maka, lesitin aman dikonsumsi selama kehamilan. Asalkan tak berlebihan. Misalnya, Moms makan berbutir-butir telur dalam sehari. Lama-kelamaan bisa didera kolesterol tinggi.
Kelebihan lesitin juga dapat memicu muntah, diare, sakit kepala, pertambahan berat badan serta iritasi kulit. Tak satupun dampak akibat kelebihan lesitin yang dapat memengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Dengan kata lain, konsumsi lesitin aman bagi Si Kecil dalam rahim.
Makanan yang mengandung lesitin dan mudah ditemukan—serta diolah—antara lain:
- Kuning telur
- Kedelai
- Gandum
- Kacang kacangan
- Hati ikan
Sejauh ini belum ada penelitian yang secara mendetail turut menjabarkan dampaknya. Kalaupun ada dampak kekurangan, mungkin bukan karena lesitin tetapi kolin. Senyawa kolin turut menopang perkembangan otak dan saraf janin. Kelak, ketika Si Kecil telah lahir dan terus bertumbuh, dampak kekurangan kolin dapat terlihat dari perilakunya yang bergejala attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Kekurangan kolin juga dapat memicu schizophrenia.
Kekurangan kolin juga dapat menyebabkan:
- Kerusakan otot
- Masalah hati
- Kerusakan ginjal
Untuk menopang perkembangan janin yang sehat, Moms dapat mengambil manfaat dari suplemen pendukung nutrisi yang mengandung lesitin. Salah satunya Prenavita Milk Vanilla. Suplemen berupa serbuk ini dapat diperoleh melalui situs Mooimom, platform penyedia kebutuhan ibu dan anak.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM