10 May 2021
Dinda Ayu Saraswati
Gaya Hidup
Gaya Hidup
Infeksi vagina yang disebabkan oleh jamur dan virus. Dengan mengetahui penyebabnya, infeksi vagina umumnya dapat ditangani dengan baik. Infeksi vagina merupakan kondisi abnormal yang berdampak kepada vagina, baik sebagian maupun keseluruhan. Pada kondisi normal, vagina mengeluarkan cairan berwarna jernih atau sedikit keruh. Cairan tersebut berfungsi membersihkan vagina agar tidak menimbulkan rasa gatal maupun bau.
Gejala infeksi vagina sangat beragam, namun yang sering kali muncul adalah:
Banyak faktor yang bisa menyebabkan vaginitis. Tetapi pada sebagian besar kasus, vaginitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Keberadaan bakteri di vagina sebenarnya adalah hal yang normal, selama jumlahnya seimbang. Vaginitis terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara jumlah bakteri ‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di vagina.
Selain karena infeksi bakteri, penyebab lain infeksi vagina adalah:
Cynthia Krause, MD, asisten profesor klinis kebidanan dan kandungan di Fakultas Kedokteran Mount Sinai di New York City mengatakan ada beberapa jenis infeksi yang umumnya menyerang vagina, misalnya infeksi jamur, bacterial vaginosis, atau trichomoniasis.
Tapi, nyatanya jenis infeksi vagina tidak hanya tiga itu saja. Lalu, apa saja jenis-jenis umum infeksi vagina yang patut Moms waspadai? Yuk, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini.
1. Infeksi Jamur
Jenis infeksi vagina yang paling umum adalah infeksi jamur. Gejala infeksi jamur vagina antara lain keputihan, gatal-gatal, dan vulva berwarna kemerahan. Infeksi ini disebabkan oleh jamur genus Candida yang tumbuh secara berlebihan di daerah vagina.
Dari lebih dari 150 jenis jamur Candida, setidaknya ada 15 spesies yang menyebabkan infeksi vagina apabila tumbuh terlalu banyak. Berdasarkan studi yang dilakukan The Lancet, 75% wanita pernah mengalami infeksi jamur pada vagina setidaknya sekali seumur hidupnya dan sekitar 40-50% wanita mengalaminya lebih dari satu kali.
Dalam jumlah normal, Candida yang ada pada tubuh tidak menyebabkan infeksi. Namun, jamur Candida dapat tumbuh secara berlebihan akibat perubahan level hormon karena kehamilan, pil KB, atau menstruasi. Beberapa kondisi lain yang meningkatkan risiko infeksi jamur vagina yaitu gula darah tinggi dan menurunnya kekebalan tubuh akibat sakit tertentu.
2. Bacterial Vaginosis
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Military Medical Research, sekitar 20-30% wanita pada usia reproduktif (15-44 tahun) pernah mengalami Bacterial Vaginosis. Jenis infeksi vagina ini terjadi ketika Lactobacillus spp., bakteri baik yang ada pada vagina, digantikan oleh bakteri anaerob, seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus curtisii, M. mulieris, dan Mycoplasma hominis.
Infeksi ini ditandai dengan keluarnya cairan pekat atau cairan licin dan jernih dari vagina, disertai bau amis saat berhubungan seksual. Wanita yang sering berganti pasangan ketika berhubungan seks, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi jenis ini.
3. Trikomoniasis
Journal of Parasitology Research menyebutkan bahwa setiap tahun ada 250 juta kasus baru yang dilaporkan sebagai trikomoniasis. Infeksi ini disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, parasit protozoa yang menginfeksi saluran urogenital.
Gejala trikomoniasis mirip dengan infeksi vagina lainnya, yakni rasa terbakar, iritasi, kemerahan, dan pembengkakan vulva, dengan keputihan berwarna kuning keabu-abuan atau kehijauan, dan dapat juga disertai dengan bau amis. Beberapa wanita juga mengalami rasa sakit saat buang air kecil.
Trikomoniasis menyumbang hampir setengah dari infeksi menular seksual yang dapat disembuhkan menurut WHO dan penyebarannya terjadi melalui hubungan seksual.
Pada wanita, infeksi jenis ini dapat menyebabkan komplikasi serius pada kehamilan seperti ketuban pecah dini, kelahiran prematur, berat lahir bayi rendah, infertilitas, dan kanker serviks.
4. Chlamydia Vaginitis
Klamidia adalah penyakit menular seksual yang dapat menyebabkan peradangan pada vagina. Moms yang terkena klamidia akan mengalami rasa sakit dan perdarahan pada saat berhubungan intim. Klamidia biasanya tidak memiliki gejala yang jelas sehingga banyak pengidap tidak dapat mendeteksinya sejak awal.
Oleh sebab itu lakukanlah tes penyakit menular seksual setidaknya satu tahun sekali untuk mencegah klamidia atau penyakit lainnya, ya.
5. Gonorrhea
Gonorrhea atau gonore merupakan infeksi menular seksual yang seringkali tidak menimbulkan gejala apapun. Kondisi ini dapat menyebabkan keputihan, nyeri saat buang air kecil, dan nyeri saat berhubungan seks.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penularan penyakit ini melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa kondom. Seperti klamidia, penyakit gonore tidak memiliki gejala yang jelas sehingga diperlukan pemeriksaan dokter untuk mengetahuinya.
6. Non-Infectious Vaginitis
Non-infectious vaginitis terjadi ketika kulit di sekitar vagina menjadi sensitif terhadap iritasi akibat pemakaian produk sehari-hari seperti pembalut, sabun, atau deterjen.
Kondisi ini bukanlah merupakan suatu infeksi parah dan dapat dihindari dengan tidak memakai produk-produk yang menyebabkan iritasi tersebut. Bentuk lain dari non-infectious vaginitis disebut atrophic vaginitis. Kondisi ini biasanya terjadi karena kadar menurunnya hormon saat menopause sehingga dinding vagina menjadi lebih tipis dan kering.
Beberapa langkah berikut ini dapat dilakukan untuk merawat vagina:
Dapatkan di www.mooimom.id ya!
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM