05 Apr 2021
Dinda Ayu Saraswati
Anak terlambat bicara adalah salah satu jenis keterlambatan perkembangan yang paling umum terjadi. Terlambatnya bicara pada anak biasanya bersifat sementara. Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini bisa menjadi tanda adanya gangguan pendengaran atau perkembangan anak.
Gangguan bicara dan bahasa sering dialami anak, mulai dari bicara yang tidak jelas hingga kesulitan mengungkapkan apa yang mereka butuhkan. Kondisi ini kerap membuat para orang tua khawatir dan membandingkan anak mereka dengan anak lain seusianya. Padahal, perkembangan berbicara tiap anak bisa berbeda-beda.
Penyebab keterlambatan bicara pada anak bisa terjadi karena berbagai faktor, antara lain:
Meski tahap perkembangan bicara tiap anak berbeda-beda, ada patokan dasar yang umum digunakan untuk mengukur kemampuan bicara anak. Ini juga bisa menjadi patokan apakah anak membutuhkan bantuan atau tidak.
Berikut adalah tahapan perkembangan berbicara anak sesuai usianya:
Bayi usia 3 bulan “berbicara” dengan suara yang tidak memiliki arti atau bisa dibilang bahasa bayi. Pada usia ini, ia mungkin akan lebih banyak berkomunikasi menggunakan ekspresi, misalnya dengan tersenyum ketika melihat atau mendengarkan suara ibunya.
Memasuki usia 6 bulan, bayi mulai mengeluarkan suara-suara yang terdengar lebih jelas suku katanya, walau tetap tidak memiliki arti, seperti “da-da” atau “ba-ba”. Pada akhir usia 6 bulan, bayi sudah bisa menggunakan suara ini untuk mengekspresikan rasa senang atau tidak suka, bukan hanya dengan menangis.
Yang penting untuk diketahui juga, pada usia ini bayi sudah bisa melihat ke arah yang menimbulkan suara, memperhatikan alunan musik, dan menoleh saat namanya dipanggil.
Bayi umumnya sudah bisa mengucapkan kata “mama” atau “ayah” dan menirukan kata-kata yang ia dengar. Pada usia satu tahun ini, ia juga sudah bisa memahami beberapa perintah seperti, “Ayo, kemari” atau “Ambil botolnya”.
Di usia ini, bayi biasanya sudah bisa mengucapkan sekitar 10–20 kata dasar. Namun, normal jika ada beberapa kata yang masih belum jelas pengucapannya seperti kata “makan” disebutkan “mam”.
Pada usia 18 bulan, bayi sudah mengenali nama orang, benda, dan beberapa bagian tubuh. Ia juga bisa mengikuti petunjuk sederhana yang disertai dengan gerakan.
Bayi usia 2 tahun biasanya sudah bisa mengucapkan setidaknya 50 kata dan berkomunikasi memakai 2 kosakata seperti “mau susu”. Ia juga sudah mulai memahami pertanyaan sederhana.
Kosakata yang dimiliki anak pada usia 3–5 tahun akan meningkat dengan cepat. Pada usia 3 tahun, sebagian besar anak dapat menangkap sekitar 300 kosakata baru. Mereka juga sudah bisa memahami perintah yang lebih panjang, seperti, “Ayo, cuci kaki dan sikat gigi,” atau, “Buka sepatunya, lalu ganti baju.”
Pada usia 4 tahun, umumnya anak sudah bisa berbicara menggunakan kalimat yang lebih panjang dan menjelaskan sebuah peristiwa. Sementara pada usia 5 tahun, mereka sudah bisa berbincang-bincang dengan orang lain.
Jangan percaya pada mitos bahwa anak bisa belajar bicara dengan sendirinya. Peran aktif Moms sebagai orang terdekat Si Kecil sangat berpengaruh terhadap perkembangan bicaranya. Ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk merangsang kemampuan berkomunikasi anak. Berikut adalah di antaranya:
Perhatikan suara-suara yang terucap dari Si Kecil. Meski Moms tidak mengerti maksudnya, ulangi lagi suaranya sesuai yang Moms tangkap. Dengan begitu, Si Kecil akan merasa sedang berbicara dengan Moms dan membiasakan diri untuk meniru kata-kata dan nada bicara Moms.
Ini tentunya akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Jadi, bersabarlah dan tetap berikan Si Kecil kesempatan sebanyak mungkin untuk “mengobrol” dengan Moms.
Saat berbicara dengan Si Kecil, Moms juga harus aktif bergerak dan ekspresif. Misalnya, katakan, “Ayo, kita minum susu,” sambil menggoyang-goyangkan botol susu atau, “Sayangi bonekanya, ya,” sambil mengelus-ngelus boneka tesebut. Begitu pula saat mengajarkannya mengenal bagian-bagian tubuh.
Meski Si Kecil belum bisa berbicara layaknya orang dewasa, Moms tetap bisa memakai percakapan sehari-hari saat berkomunikasi dengannya. Misalnya, saat memakaikan baju pada Si Kecil, Moms bisa berbicara, “Hari ini Adik pakai baju motif bunga-bunga untuk bermain ke taman,” sambil memperlihatkan bajunya.
Hal ini bisa membantu Si Kecil memahami objek tertentu melalui perkataan Moms. Terapkanlah hal ini pada kegiatan lainnya, seperti saat mandi, memberikan makan, atau mengganti popok.
Biasakan selalu berbicara menggunakan kalimat lengkap kepadanya. Contohnya, ketika ia menunjuk ke arah boneka yang berada di atas meja. Moms jangan langsung mengambilkannya. Lebih baik ucapkanlah satu atau dua kalimat seperti, “Kamu mau bermain dengan boneka ini?” Ketika dia merespons dengan anggukan atau senyuman, Moms bisa langsung memberikannya.
Ketika memiliki anak, terkadang orang tua harus bisa berakting menjadi anak kecil. Ajaklah Si Kecil untuk bermain, bermain peran, atau membayangkan sesuatu untuk mengembangkan kemampuan verbalnya. Misalnya, Moms bisa mengajak Si Kecil untuk pura-pura menelepon Dads dengan telepon mainan.
Selalu beri pujian, senyuman, dan pelukan tiap kali Si Kecil mengeluarkan suara atau kosakata baru yang baik. Pada umumnya, bayi belajar berbicara dari reaksi orang-orang di sekitarnya.
Kunci utama merangsang berkembangnya kemampuan berbicara anak adalah dengan banyak-banyak berkomunikasi dengannya. Pastikan Moms juga selalu memakai respons yang positif dan penuh kasih sayang.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM