16 Jul 2021
Dinda Ayu Saraswati
Sebagian Moms pasti merasa gemas bayinya gemuk dan berisi. Bahkan ada yang menganggap ini adalah ciri bayi sehat. Namun, ternyata ini bisa menjadi salah satu gejala obesitas pada bayi lho.
Yap, tidak hanya pada orang dewasa, obesitas juga bisa dialami oleh bayi. Saat ini, hampir 1 dari 4 bayi di negara maju mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Bayi yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) pada level yang sama atau lebih tinggi dari 95% teman seumurannya dianggap mengalami obesitas.
BMI adalah standar yang digunakan untuk menentukan "status berat badan" seseorang. BMI dihitung menggunakan tinggi dan berat badan, kemudian ditentukan menggunakan jenis kelamin dan usia. Obesitas pada bayi merupakan ancaman kesehatan yang serius bagi mereka kelak. Anak-anak dalam kategori obesitas telah melampaui kelebihan berat badan dan berisiko mengalami sejumlah kondisi kesehatan kronis.
Bayi yang obesitas bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti di bawah ini:
1. Keturunan
Obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Studi membuktikan bahwa bayi obesitas lebih sering dialami oleh Moms yang sudah obesitas sebelum hamil. Pola makan juga biasanya menjadi kebiasaan dalam keluarga, sehingga kemungkinan besar obesitas terjadi pada satu keluarga.
2. Moms Mengalami Diabetes Gestasional
Moms yang mengalami diabetes gestasional, yaitu diabetes yang terjadi pada masa kehamilan, kemungkinan besar akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir berlebih hingga di atas 4 kg. Kelak, bayi tersebut akan berisiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas. Selain itu, kondisi diabetes gestasional juga bisa menyebabkan berbagai komplikasi kehamilan lainnya. Kontrol secara rutin ke dokter kandungan sangat penting agar bayi dapat terhindar dari risiko obesitas.
3. Kenaikan Berat Badan Berlebih saat Hamil
Studi juga membuktikan bahwa bayi obesitas lebih sering terjadi pada ibu hamil yang mengalami kenaikan berat badan terlalu signifikan. Oleh sebab itu, penting untuk membatasi kenaikan berat badan yang terjadi ketika hamil. Konsumsilah makanan yang sehat dan bergizi ketika hamil. Usahakan kenaikan berat badan sekitar 11,5-16 kg untuk Anda yang memiliki indeks massa tubuh normal.
4. Bayi Tidak Diberi ASI Eksklusif
Memberikan ASI eksklusif memiliki banyak sekali manfaat baik bagi Moms maupun sang bayi. Studi sudah membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif secara langsung akan menurunkan risiko bayi obesitas, sedangkan pemberian susu formula akan berisiko overfeeding.
5. Pemberian Makanan Padat Terlalu Dini
Biasanya, makanan pendamping ASI (MPASI) dimulai sejak bayi berusia 6 bulan. Namun, ada saja Moms yang bandel memberikan MPASI ke bayi lebih dini. Ketahuilah bahwa memberikan makanan padat sebelum usia 4 bulan akan meningkatkan risiko obesitas. Berikan MPASI pada saat usia 4-6 bulan ketika bayi sudah siap.
Sebelum memeriksakan bayi ke dokter atau puskemas, tak ada salahnya untuk mengetahui gejala bayi obesitas berikut ini:
1. Bayi Malas Bergerak
Biasanya bayi akan aktif bergerak dan berusaha untuk berkembang seperti mengangkat leher, miring ke kanan kiri, tengkurap, merangkak, dan sebagainya. Pada bayi obesitas, mereka harus berusaha lebih untuk bergerak karena beban cukup berat, dan akhirnya menjadi malas bergerak karena lelah. Alhasil, perkembangan mereka pun menjadi terlambat.
2. Kualitas Tidur Bayi Berkurang
Terdapat hubungan antara berat badan bayi dan kualitas tidur. Pada bayi yang kualitas tidurnya kurang akan mengalami kenaikan berat badan. Hal ini mungkin berhubungan dengan orang tua yang sering memberikan botol susu untuk menenangkan bayi dan membuatnya tidur kembali.
Masalah obesitas pada bayi bisa dicegah lho Moms! Berikut ini cara mencegah bayi dari obesitas:
1. Memberikan ASI
Sebagian Moms mungkin tidak dapat meng-ASI-hi hingga maksimal. Tetapi, selama ASI Moms masih produktif, berikanlah untuk si Kecil. ASI mengandung semua kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh bayi. Sangat jarang terjadi menyusui berlebihan bila bayi mengonsumsi ASI. Bahkan jika bayi lekat dengan payudara Moms dalam waktu lama, kebanyakan mereka hanya mengisap untuk kenyamanan, bukan karena kelaparan.
2. Hindari Merespon Tangisan dengan Makanan
Bayi menangis karena berbagai alasan. Kadang karena lapar, kadang juga karena alasan lain yang mungkin tidak bisa dimengerti langsung oleh Moms. Apabila bayi menangis setelah menyusu, cobalah menghiburnya dengan cara lain, bukan dengan memberikannya susu lagi. Sebab, tidak selamanya bayi menangis karena lapar. Dengan cara ini, Moms dapat menciptakan hubungan yang sehat antara anak dengan makanan, yang akan dibawanya hingga dewasa nanti.
3. Jangan Berlebihan Memberi Makanan
Secara alamiah, orangtua ingin bayi menghabiskan makanannya, entah itu susu atau makanan padat. Tetapi, bila bayi berhenti makan dan ia menunjukkan tanda-tanda tidak menginginkannya lagi, penting untuk menghormati responnya tersebut dengan tidak memaksa menghabiskan makanannya. Beda cerita apabila dokter mendiagnosis si Kecil kurang berat badan atau kurang nutrisi sehingga ia perlu 'dipaksa' untuk makan lebih banyak. Biarkan bayi berlatih mendengarkan kebutuhan tubuhnya sendiri.
4. Beri Makanan Padat yang Sehat
Segera setelah bayi siap makan makanan padat, perkenalkan ia dengan buah-buahan dan sayuran, biji-bijian, ikan, dan daging. Percayalah, bayi Anda sebetulnya mau kok mencoba semuanya. Manfaatkan momen ini sebaik-baiknya sebelum nanti tiba masanya ia mulai menjadi picky eater dan membangun preferensinya sendiri terhadap makanan yang disukainya.
Meskipun bubur bayi fortifikasi dinilai sehat, jangan berlebihan pula memberikannya dan tetap variasikan dengan bahan makanan lain ya, Moms. Dalam rangka mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi, MOOIMOM memiliki perlengkapan menyusui yang bisa Moms beli, salah satunya MOOIMOM Collection Shell.
Dapatkan di www.mooimom.id atau klik gambar di atas ya Moms!
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM