08 Aug 2021
Anggraini Nurul F
Moms, kehamilan pada saat usia sudah di atas 35 tahun mungkin sulit tercapai. Ovum atau sel telur yang dimiliki wanita di atas usia 35 tahun mungkin sudah tidak sesubur ketika ia masih berusia muda. Selain itu, wanita mempunyai jumlah ovum yang terbatas, sehingga jumlah ovum wanita semakin lama semakin menurun mengikuti usia. Jika Anda sudah berusia di atas 35 tahun dan sedang hamil, itu merupakan suatu karunia yang harus dijaga mengingat kehamilan di atas usia 35 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia di bawahnya.
1. Penyakit diabetes gestasional
Wanita hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko terkena penyakit diabetes gestasional yang lebih tinggi karena pengaruh hormon kehamilan. Oleh karena itu, Anda harus mengontrol kadar gula dalam darah Anda melalui asupan makanan yang sehat. Jangan lupa untuk tetap melakukan olahraga untuk mencegah penyakit tersebut memburuk. Beberapa kondisi mungkin mengharuskan Anda untuk mengonsumsi obat. Diabetes gestasional yang tidak diobati dapat menyebabkan bayi tumbuh lebih besar dan akan mempersulit proses kelahiran.
Baca Juga: Hamil di Atas Usia 35 Tahun Rentan Keguguran, Benarkah?
2. Penyakit hipertensi gestasional
Wanita hamil di atas usia 35 tahun juga rentan menderita hipertensi gestasional (tekanan darah tinggi selama kehamilan). Hipertensi gestasional dapat mengurangi suplai darah ke plasenta. Periksakan selalu kehamilan Anda ke dokter secara rutin. Dokter akan selalu memantau tekanan darah Anda serta pertumbuhan dan perkembangan janin.
Tekanan darah yang selalu dikontrol, makan makanan yang sehat, dan olahraga teratur dapat mencegah tekanan darah tinggi semakin memburuk. Jika kondisinya semakin buruk, mungkin Anda perlu mengonsumsi obat dengan resep dokter atau mungkin harus melahirkan bayi Anda sebelum waktunya untuk mencegah terjadinya komplikasi.
3. Kelahiran prematur dan bayi BBLR
Kehamilan di usia 35 tahun atau lebih berisiko untuk melahirkan bayi prematur. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi medis, bayi kembar, atau masalah lainnya. Wanita di atas 35 tahun mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk hamil kembar atau lebih, terutama jika kehamilan terjadi dengan bantuan terapi kesuburan. Bayi lahir prematur (sebelum usia kandungan 37 minggu) biasanya mengalami BBLR (Berat Badan Bayi Rendah). Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan bayi belum sempurna saat dilahirkan. Bayi yang lahir terlalu kecil dapat meningkatkan risiko bayi memiliki masalah kesehatan pada usia selanjutnya.
4. Bayi lahir caesar
Kehamilan pada usia lebih tua atau di atas 35 tahun meningkatkan risiko ibu menderita komplikasi penyakit saat hamil sehingga bayi harus dilahirkan dengan operasi caesar. Salah satu keadaan yang menyebabkan bayi harus dilahirkan lewat operasi caesar adalah plasenta previa, yaitu keadaan plasenta yang menghalangi leher rahim (serviks).
5. Ketidaknormalan kromosom
Bayi yang lahir dari wanita yang hamil di usia 35 tahun atau lebih dapat meningkatkan risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti Down syndrome. Semakin tua usia ibu saat hamil, semakin besar kemungkinan bayi terkena Down syndrome.
6. Keguguran atau kematian saat lahir
Kedua hal ini dapat disebabkan oleh kondisi medis ibu atau kelainan kromosom pada bayi. Risiko ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia ibu di atas usia 35 tahun. Untuk mencegah hal ini terjadi sebaiknya periksakan kehamilan Anda secara rutin, terutama selama minggu-minggu terakhir kehamilan.
1. Periksakan kehamilan secara rutin
Sebaiknya periksakan kehamilan Anda ke dokter secara rutin, minimal 3 kali. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi Anda dan janin serta untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit saat hamil. Lebih baik lagi jika Anda sudah mulai memeriksakan kondisi tubuh Anda sebelum hamil.
2. Tanyakan ke dokter Anda mengenai perawatan selama kehamilan
Anda harus mengetahui apa saja yang harus Anda lakukan dan perawatan apa yang harus Anda jalani untuk mencegah penyakit saat hamil, serta untuk mencegah bayi lahir prematur dan bayi BBLR. Tes darah untuk mengetahui risiko kelainan kromosom sebelum bayi lahir mungkin diperlukan.
3. Jaga asupan makan
Ibu hamil memerlukan banyak zat gizi yang diperlukan untuk dirinya dan janin. Memakan banyak makanan yang bervariasi membantu Anda untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh. Zat gizi penting, seperti asam folat dan kalsium Sebaiknya makan lebih sering dalam porsi kecil. Anda dapat mendapatkan karbohidrat dari nasi, jagung, kentang, dan roti; sumber lemak baik dari ikan, alpukat, sayuran hijau, dan minyak nabati; sumber protein dari daging, ayam, ikan, tahu, tempe; serta sumber vitamin dan mineral dari sayuran dan buah-buahan.
4. Kontrol kenaikan berat badan
Konsultasikan dengan dokter Anda berapa kenaikan berat badan yang harus Anda capai. Semakin banyak berat badan yang Anda miliki sebelum hamil, semakin kecil kenaikan berat badan yang harus Anda capai ketika hamil. Dan sebaliknya, semakin sedikit berat badan yang Anda miliki sebelum hamil, semakin banyak berat badan yang harus Anda tambah selama kehamilan. Kenaikan berat badan yang cukup selama kehamilan dapat mengurangi risiko ibu hamil terkena penyakit diabetes gestasional dan hipertensi gestasional.
Jangan lupa kunjungi website kami di www.mooimom.id yah Moms!
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM