Kulit Bayi Biru, Waspada Sianosis Gejala Kelainan Jantung pada Bayi

calendar icon

30 Nov 2021

author icon

Anggraini Nurul F

category icon

0-6 bulan

Kulit Bayi Biru, Waspada Sianosis Gejala Kelainan Jantung pada Bayi

Sianosis adalah kondisi ketika jari tangan, kuku, dan bibir tampak berwarna kebiruan karena kurangnya oksigen dalam darah. Sianosis umumnya disebabkan oleh suatu kondisi atau penyakit yang memerlukan penanganan segera dari dokter.

Salah satu penyebab tubuh mengalami sianosis adalah paparan suhu dingin yang membuat suhu tubuh menurun atau hipotermia. Udara dingin bisa membuat pembuluh darah dalam tubuh menyempit, sehingga kadar oksigen yang dialirkan ke seluruh tubuh menjadi berkurang (hipoksia).

Pada bayi baru lahir, sianosis bisa disebabkan oleh penyakit jantung bawaan atau asfiksia akibat cedera leher atau kepala saat proses persalinan atau tersedak mekonium.

Penyebab Sianosis

kulit bayi biru sianosis adalah

Saat jumlah oksigen dalam darah sangat rendah, warna darah akan berubah dari warna merah terang menjadi lebih gelap. Hal inilah yang membuat kulit dan bibir terlihat berubah menjadi kebiruan.

Ada beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan seseorang mengalami sianosis, yaitu:

1. Gangguan pada paru-paru

Ketika fungsi atau kinerja paru-paru bermasalah, tubuh akan sulit untuk memperoleh oksigen dan membuang karbon dioksida. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya sianosis.

Ada beberapa masalah pada paru-paru yang sering menyebabkan perubahan warna kulit, kuku, dan bibir menjadi kebiruan, yaitu asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi paru-paru atau pneumonia, bronkiektasis, acute respiratory distress syndrome (ARDS), pembengkakan paru (edema paru), dan pneumotoraks.


Baca Juga:
12 Makanan ibu Hamil Agar Kulit Bayi Putih dan Bersih Saat Lahir


bannerbanner

2. Gangguan pada jalan napas

Sianosis juga dapat muncul ketika jalan napas terganggu atau terhambat, misalnya akibat tersedak, tercekik, atau kemasukan benda asing. Kondisi ini kerap dialami oleh balita dan anak-anak.

Selain itu, sianosis akibat gangguan pada jalan napas juga bisa disebabkan oleh pembengkakan atau penyempitan jalan napas akibat infeksi atau reaksi alergi berat (anafilaksis).

3. Gangguan pada jantung

Pada kasus tertentu, perubahan warna kulit menjadi kebiruan bisa disebabkan oleh masalah pada jantung. Beberapa jenis gangguan pada jantung yang dapat menimbulkan sianosis, antara lain penyakit jantung bawaan, serangan jantung, dan gagal jantung.

4. Penyakit arteri perifer

Penyakit arteri perifer dapat terjadi akibat penyumbatan di pembuluh darah, misalnya akibat trombosis atau bekuan darah, atheroma, dan emboli. Kondisi ini dapat membuat suplai darah ke kaki dan tungkai berkurang. Akibatnya, kadar oksigen dalam darah yang ada di kaki pun ikut berkurang sehingga menyebabkan sianosis.

5. Deep vein thrombosis

Sama halnya dengan penyakit arteri perifer, terhambatnya aliran pembuluh vena akibat pembekuan darah atau deep vein thrombosis (DVT) juga bisa membuat aliran darah berkurang.

DVT lebih sering terjadi di tungkai, namun terkadang bisa berpindah dan menimbulkan penyumbatan pada organ atau bagian tubuh lain sehingga memicu terjadinya sianosis.

6. Kekurangan hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang terkandung dalam darah dan bertugas membawa oksigen melalui darah ke seluruh organ tubuh. Ketika jumlah hemoglobin berkurang, tubuh akan kekurangan oksigen sehingga akan tampak pucat dan kebiruan.

Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya anemia, penyakit ginjal, kanker, gangguan fungsi hati, hingga perdarahan di saluran pencernaan.

7. Methemoglobinemia

Methemoglobinemia merupakan kondisi ketika hemoblogin tetap membawa oksigen, namun tidak bisa melepaskannya ke organ dan jaringan tubuh dengan efektif. Akibatnya, kebutuhan oksigen pada organ tubuh pun tidak tercukupi.

Selain akibat berbagai kondisi dan penyakit di atas, sianosis juga dapat disebabkan oleh kelainan sirkulasi darah, syok, hingga efek samping obat-obatan tertentu, misalnya obat golongan beta blocker dan antibiotik golongan sulfa.

Cara Mendiagnosis dan Menangani Sianosis

Sianosis bisa disebabkan oleh banyak hal dan sebagian penyebabnya terbilang cukup berbahaya. Oleh karena itu, jika Anda mengalami tanda atau gejala sianosis, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk menjalani pemeriksaan.

Dalam menentukan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa analisa gas darah, tes darah, dan foto Rontgen atau CT scan.

Setelah penyebabnya diketahui, dokter dapat memberikan penanganan yang tepat. Berikut ini adalah beberapa penanganan yang umumnya dilakukan dokter untuk mengatasi sianosis:

Pemberian oksigen

Kondisi sianosis menunjukkan bahwa kadar oksigen di dalam tubuh sangat kurang. Oleh karena itu, dokter akan memberikan terapi oksigen untuk meningkatkan kadar oksigen di dalam tubuh penderita.

Terapi oksigen biasanya dilakukan sedini mungkin, misalnya di IGD. Terapi ini bisa diberikan melalui selang atau masker oksigen. Namun, apabila penderita sianosis tidak bisa bernapas atau koma, dokter mungkin akan memberikan bantuan pernapasan melalui intubasi dan pemasangan ventilator.


Baca Juga:
Jenis Penyakit Kulit pada Bayi yang Umum Terjadi, Moms Harus Waspada!


Pemberian obat-obatan

Dokter juga akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi penyakit atau kondisi medis yang menyebabkan sianosis. Misalnya, jika sianosis disebabkan oleh asma, dokter akan memberikan obat asma berupa bronkodilator.

Jika disebabkan oleh pneumonia atau infeksi, dokter dapat memberikan antibiotik. Sementara itu, untuk menangani sianosis yang disebabkan oleh pembengkakan paru, dokter dapat memberikan obat diuretik untuk mengeluarkan cairan berlebih pada paru-paru.

Operasi

Penanganan dengan operasi biasanya dilakukan pada kasus sianosis yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan. Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan operasi untuk mengeluarkan benda asing yang menghambat jalan napas, apabila benda asing tersebut memang sulit dikeluarkan.

Sianosis tidak selalu berbahaya, namun kondisi ini perlu diwaspadai apabila muncul secara mendadak atau disertai keluhan lain, seperti sesak napas, nyeri dada, pingsan, demam, atau kejang.


Bagikan Artikel


Artikel Terkait

Shop at MOOIMOM