17 Jan 2021
Ika
Bilirubin yang tinggi pada bayi baru lahir kerap membuat Si Kecil menjadi lebih kuning. Penyakit ini meski lazim terjadi tetap membuat banyak orang tua panik. Padahal, Penyakit kuning ringan pada bayi biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah hati bayi berkembang sempurna.
Agar tidak panik, Moms cobalah simak tips mengatasi penyakit kuning pada bayi berikut ini!
Sering Memberikan ASI
Saat baru lahir, air susu ibu (ASI) adalah sumber kehidupan Si Kecil. Terlebih untuk bayi yang terkena penyakit kuning ringan, sering-seringlah memberi ASI atau susu formula (antara 8-12 kali sehari) untuk membantu bayi menghilangkan bilirubin dari tubuhnya. Selain itu, tidak ada salahnya Moms menjemur Si Kecil pada pagi hari yang dipercaya juga berguna untuk mengurangi kuning pada Si Kecil. Seumpama fungsi fototerapi yang harus dilakukan pada penyakit kuning yang lebih parah.
Namun, jika bayi kuning tak kunjung membaik setelah dua minggu, maka membutuhkan penanganan dari dokter. Lumrahnya akan menjalani rawat inap. Untuk menangani kondisi bayi kuning, dokter dapat melakukan beberapa metode perawatan.
Fototerapi
Fototerapi adalah metode perawatan bayi kuning yang memanfaatkan paparan cahaya khusus untuk menghancurkan bilirubin dalam tubuh bayi agar mudah dikeluarkan melalui urine atau tinja. Fototerapi sangat efektif untuk mengobati bayi kuning dengan efek samping yang relatif ringan, seperti ruam atau diare. Saat menjalani fototerapi, bayi akan diberikan pelindung mata agar sinar fototerapi tidak merusak mata bayi.
Pemberian suntikan imunoglobulin (IVIG)
Pengobatan ini diberikan jika penyakit kuning yang diderita bayi disebabkan oleh golongan darah yang berbeda antara bayi dan ibu. Bayi yang memiliki golongan darah berbeda dapat membawa antibodi tertentu dari ibu dan membuat produksi bilirubin meningkat. Pemberian suntikan imunoglobulin bertujuan untuk mengurangi antibodi penyebab tingginya kadar bilirubin tersebut.
Transfusi darah
Apabila kedua metode di atas tidak efektif untuk mengatasi kondisi bayi kuning, maka transfusi darah mungkin akan dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengambil darah bayi, kemudian menggantinya dengan darah yang cocok dari donor atau bank darah. Prosedur ini biasanya berlangsung selama beberapa jam dan selama itu pula, kondisi bayi akan terus diawasi oleh dokter dan perawat di rumah sakit.
Meski kebanyakan kasus bayi kuning tidak berbahaya, Moms tetap dianjurkan untuk membawa Si Kecil ke dokter anak apabila ia menunjukkan gejala penyakit kuning. Penanganan bayi kuning yang terlambat dapat menyebabkan bayi mengalami komplikasi serius, seperti kerusakan otak akibat penumpukan bilirubin (kernikterus), cerebral palsy, dan gangguan pendengaran.
Pencegahan
Meski belum ada ilmu yang pasti bagaimana mencegah bayi kuning, Moms bisa melakukan beberapa hal untuk mencegah sakit kuning yang parah. Misalnya dengan melakukan uji darah. Selain itu, setelah Si Kecil lahir, perlu juga dilakukan tes darah untuk mengetahui ketidakcocokan jenis darah pada ibu dan bayi yang dapat menyebabkan bayi kuning.
Baca juga: Gumoh pada bayi, Apa yang Harus Moms Lakukan?
Buukan cuma tes darah, pastikan nutrisi ASI pada Moms baik sehingga saat Si Kecil menyusu setiap dua jam sekali, Si Kecil juga mendapatkan nutrisi yang terbaik dan juga terhidrasi. Namun, saat ASI Moms belum keluar, jangan paksakan diri berilah susu formula dengan konsultasi dengan dokter. Terus awasi Si Kecil selama lima hari pertama kehidupan Si Kecil, biasanya gejala penyakit kuning datang pada hari-hari tersebut.
Saat bilirubin Si Kecil tinggi ada beberapa gejala yang mungkin muncul, seperti demam, muntah, kemampuan mengisap baik ASI maupun dengan botol buruk, lesu, kulit dan mata menguning, rewel, serta gerisah.
Penyakit kuning pada bayi tergolong parah jika kadar bilirubin lebih dari 25 mg. Jika penyakit tersebut tidak diobati menyebabkan cerebral palsy, tuli, serta bentuk kerusakan otak lainnya. Dalam kasus yang jarang terjadi, penyebab bayi kuning adalah adanya kondisi lain, semacam infeksi atau masalah tiroid.
Meski lebih jarang terjadi, bayi kuning bisa juga disebabkan oleh beberapa kondisi atau penyakit seperti, sepsis pada bayi infeksi virus atau bakteri, pendarahan internal, kerusakan hati, gangguan saluran empedu, misalnya karena atresia bilier.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM