18 Aug 2021
Anggraini Nurul F
Gatal saat hamil juga bisa mengganggu aktivitas Moms, lho. Salah satu permasalahan kulit gatal yang biasa dialami oleh ibu hamil adalah prurigo atau sering disebut sebagai prurigo of pregnancy (PP).
Biasanya, kondisi ini mulai dialami oleh ibu hamil saat memasuki trimester kedua atau ketiga.
1. Papula urtikaria pruritus dan plak kehamilan (PUPPP)
Disebut juga pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy, ini adalah gatal pada kulit dan ruam yang umumnya muncul di trimester ketiga kehamilan. Awalnya, PUPPP terasa seperti bercak kemerahan yang gatal di area perut, dekat dengan munculnya stretch marks. Kemudian, ruam bisa meluas ke lengan, kaki, dan bokong.
Penanganan untuk PUPPP bisa dengan mengoleskan krim kortikosteroid atau minum obat antihistamin dan prednisone. PUPPP lebih rentan terjadi pada kehamilan pertama atau kehamilan anak kembar. Namun, ruam ini akan menghilang dengan sendirinya setelah persalinan.
2. Prurigo
Prurigo pada ibu hamil bisa terjadi pada trimester kapanpun. Bahkan, ruam jenis ini bisa bertahan hingga beberapa minggu atau bulan setelah persalinan. Gejalanya adalah benjolan kasar dan gatal di tangan, kaki, juga perut.
Mengoleskan steroid dan minum obat antihistamin termasuk cara-cara untuk mengatasi prurigo. Ibu hamil juga bisa mengoleskan pelembap untuk mengurangi rasa gatal saat hamil. Jika kehamilan pertama disertai prurigo, ada kemungkinan terjadi kembali di kehamilan berikutnya.
3. Kolestasis intrahepatik
Kolestasis merupakan penyakit pada hati yang disebabkan aliran empedu dari hati melambat atau tersumbat. Gatal ruam saat hamil yang kerap muncul di trimester ketiga ini bisa menjadi indikasi penyakit pada hati. Terkadang, tidak ada ruam yang muncul namun ada rasa gatal di seluruh tubuh, utamanya di telapak tangan dan kaki. Rasa gatal ini bisa sangat mengganggu hingga sulit untuk tidur.
Gejala lain yang menyertai adalah kulit dan mata tampak kuning. Meski kolestasis intrahepatik umumnya mereda setelah persalinan, tetap penting melakukan penanganan selama mengandung. Alasannya karena kondisi ini meningkatkan risiko melahirkan secara prematur, lahir mati (stillbirth), atau masalah paru-paru bayi karena menelan mekonium.
Untuk menanganinya, dokter akan memberikan resep obat bernama ursodiol untuk menurunkan kadar cairan empedu di dalam darah. Dokter juga akan mengawasi betul kondisi bayi untuk memastikan tidak ada komplikasi.
4. Herpes gestasional
Sesuai namanya, ini adalah jenis herpes yang terjadi saat mengandung. Penyakit dengan nama lain pemphigoid gestationis ini adalah masalah autoimun pada kulit langka yang bisa terjadi pada 1 dari tiap 50.000 ibu hamil. Umumnya, herpes gestasional bisa terjadi pada trimester 2 dan 3.
Ruam ini akan muncul tiba-tiba di perut dan tengkuk. Kemudian, ruam kemerahan akan menyebar dalam hitungan beberapa hari atau minggu. Ruam akan berubah menjadi luka dengan tekstur menonjol.
Untuk mengobati herpes gestasional, dokter akan meresepkan obat kortikosteroid oral atau oles. Meskipun herpes ini dapat mereda setelah persalinan, tetap penting mendiskusikannya dengan dokter karena ada risiko bayi memiliki berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur.
5. Folikulitis pruritus
Kondisi ini dimulai dengan munculnya luka di tubuh bagian atas dan perlahan menyebar ke bagian tubuh lain. Luka ini bisa saja mengandung nanah sehingga sekilas terlihat seperti jerawat. Kondisi langka ini biasanya berlangsung selama 2-3 minggu, namun tidak akan berdampak pada janin dalam kandungan.
Penyebab pasti terjadinya folikulitis pruritus tidak diketahui, namun biasanya akan mereda dengan sendirinya usai persalinan. Penanganan untuk kondisi ini meliputi terapi cahaya ultraviolet B, obat kortikosteroid oles, dan pemberian benzoyl peroxide.
6. Impetigo herpetiformis
Masalah gatal ruam saat hamil ini biasanya terjadi pada trimester kedua hingga ketiga. Ruam dapat muncul di bagian tubuh mana pun dan terlihat sangat merah, meradang, dan pecah-pecah. Gejala lain yang bisa menyertai impetigo adalah mual, muntah, demam, diare, dan masalah pada nodus limfa.
Penanganannya bisa dengan memberikan kortikosteroid seperti prednisone. Terkadang, dokter juga akan memberikan antibiotik apabila luka terinfeksi. Meski sebagian besar impetigo herpetiformis hilang dengan sendirinya setelah persalinan, namun ada satu studi yang mendeteksi korelasi dengan kelahiran mati atau stillbirth.
7. Biang keringat
Disebut juga heat rash atau prickly heat, ruam ini bisa muncul di bagian tubuh mana pun. Penyebab utamanya adalah karena berkeringat berlebih. Ibu hamil rentan mengalami kondisi ini karena temperatur tubuhnya meningkat.
Umumnya, ruam akibat biang keringat akan mereda setelah beberapa hari. Kondisi ini juga tidak mengancam kondisi janin dalam kandungan. Ibu hamil sangat disarankan menjaga kebersihan kulit untuk mempercepat pemulihan.
1. Memakai pelembap kulit
Gatal dan ruam saat hamil kerap disebabkan oleh kulit kering. Untuk mengatasinya, Anda bisa mengoleskan pelembap kulit pada area yang kering untuk mengatasi rasa gatal. Pilihlah produk pelembap yang tidak mengandung pewangi untuk mencegah iritasi.
2. Kompres dingin
Untuk mengurangi rasa gatal dan perih akibat ruam, ibu hamil juga bisa mengompres area kulit yang gatal dengan air dingin atau es batu yang dibungkus kain. Sensasi dingin ini akan mengurangi rasa gatal dan membuat kulit lebih nyaman.
3. Kenakan pakaian yang nyaman
Saat mengalami gatal dan ruam kulit, hindari memakai pakaian yang ketat. Pilihlah baju yang longgar dan berbahan katun, karena dapat menyerap keringat. Jika Anda juga mengalami ruam di bawah payudara saat hamil, hindari menggunakan bra yang ketat dan berbahan kasar. Pilihlah bra dengan bahan yang lembut.
4. Jaga udara ruangan tetap lembap
Salah satu cara untuk mencegah kulit kering saat hamil adalah dengan menjaga kelembapan ruangan. Anda bisa menggunakan humidifier, agar suhu ruangan. Moms juga bisa coba gunakan MOOIMOM Belly Lotion yang dapat digunakan sebagai pelembab untuk berbagai bagian tubuh ibu hamil.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM