01 Jul 2021
Dinda Ayu Saraswati
0-6 bulan
0-6 bulan
Penyebab bayi mencret, mungkinkah diare? Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dialami bayi dan balita. Pada umumnya, penyakit ini disebabkan oleh virus (rotavirus), infeksi bakteri, dan parasit yang menyerang saluran pencernaan. Diare ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar, tinja terlihat lebih encer, dan dalam kasus diare yang parah bahkan tinja berwarna hitam hingga terdapat bercak darah. Hal ini sering kita sebut dengan bayi mencret.
Bayi mencret cenderung lebih berisiko mengalami komplikasi dibandingkan orang dewasa yang sedang mengalami diare. Bayi mencret dapat mengalami dehidrasi dengan cepat, bahkan dalam waktu dua jam setelah diare bermula. Kondisi ini bisa sangat berbahaya, terutama pada bayi baru lahir.
Bayi baru lahir, terutama yang mengonsumsi ASI, memang mengeluarkan tinja yang lebih encer dan berbusa dibandingkan bayi yang mengonsumsi susu formula. Ini membuat Moms terkadang bingung menentukan apakah tinja yang dikeluarkannya normal atau tidak. Daripada Moms bingung berkepanjangan, ada baiknya Moms simak penyebab bayi mencret berikut ini.
Diare disebabkan adanya infeksi virus, bakteri, atau parasit pada saluran cerna. Pada bayi, sebagian besar kasus diare diakibatkan kontaminasi kuman dan bakteri yang masuk melalui mainan atau benda-benda yang dimasukkan bayi ke dalam mulutnya.
Selain itu, diare juga bisa disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya:
Bayi yang sudah mulai mengonsumsi MPASI dan sedang mengalami diare, disarankan untuk menghindari makanan berminyak, berserat tinggi, mengandung banyak gula, dan susu sapi. Hal ini karena jenis makanan dan minuman tersebut dapat memperburuk gejala diare pada bayi.
Dilansir dari situs Alodokter, tanda dan gejala utama bayi diare adalah buang air besar lebih sering dengan tekstur tinja encer atau mencret. Oleh karena itu, Moms dapat mendeteksi diare pada si Kecil dengan melihat perubahan tekstur dan warna tinjanya.
Namun, walau tidak terkena diare, bayi yang mengonsumsi ASI terkadang juga dapat menghasilkan tinja yang lebih cair. Dengan demikian, Moms perlu berhati-hati dalam membedakan tinja pada bayi diare dan bayi yang mengonsumsi ASI.
Sementara itu, tinja yang berbentuk bulatan kecil dan keras dapat menjadi pertanda bayi mengalami konstipasi. Berikut ini adalah arti warna tinja yang dapat menjadi panduan Bunda untuk mendeteksi kondisi kesehatan si Kecil:
Warna dan tekstur tinja bayi pun akan berubah seiring bertambahnya usia dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Efek terburuk dari diare adalah dehidrasi. Maka untuk mencegah terjadinya dehidrasi, pastikan bayi mendapat asupan cairan yang cukup. Jika bayi masih minum ASI, maka tingkatkan intensitas menyusui. Sedangkan pada bayi yang minum susu formula, sebaiknya turunkan tingkat kekentalan susu atau ganti dengan susu bebas laktosa sementara waktu. Hal ini bertujuan untuk meringankan kerja usus sehingga diare tidak semakin parah.
Moms juga disarankan untuk memberikan oralit, berupa campuran garam, gula, dan air untuk menggantikan cairan tubuh serta elektrolit yang hilang. Saat ini sudah banyak cairan oralit yang bisa Moms dapatkan di apotek, sehingga lebih praktis dan rasanya pun lebih enak.
Jika bayi sudah mulai MPASI, sebaiknya hindari memberikan makanan tinggi serat seperti sayur, buah-buahan, keju dan daging. Tidak masalah jika pada saat ini Moms harus menurunkan tekstur makanan bayi agar lebih mudah dicerna. Moms bisa memberikan pisang, saus apel, bubur, dan cereal guna memadatkan feses sehingga diare pun lebih cepat berhenti.
Selain cara-cara tersebut, Moms bisa mulai membiasakan si Kecil mendapat istirahat yang berkualitas dengan menggunakan MOOIMOM Baby Pillow. Bantal bayi ini terbuat dari bahan yang lembut dan halus sehingga si Kecil akan nyaman selama waktu istirahatnya.
Dapatkan bantal bayi ini di www.mooimom.id atau klik gambar di atas ya Moms!
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM