Sindrom Nefrotik pada Anak yang Harus Moms Waspadai

calendar icon

05 Nov 2021

author icon

Dinda Ayu Saraswati

category icon

7-12 bulan

Sindrom Nefrotik pada Anak yang Harus Moms Waspadai

Moms mungkin tidak begitu memerhatikan urine anak, entah warnanya atau seberapa sering anak buang air kecil. Padahal, ini perlu diperhatikan lho, Moms, karena beberapa masalah kesehatan bisa turut memengaruhi urine si Kecil.

Salah satu masalah kesehatan yang gejalanya bisa terlihat dari urine anak adalah sindrom nefrotik. Penyakit ini mungkin tidak terlalu familiar di telinga Moms, namun angka kejadiannya cukup banyak, lho.

Apa sih yang dimaksud dengan sindrom nefrotik? Sindrom nefrotik merupakan salah satu jenis penyakit ginjal pada anak-anak maupun orang dewasa. Kondisi yang menyerang sistem urinaria ini dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, sindrom nefrotik (SN) pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang paling sering ditemukan. Moms ingin tahu lebih lanjut mengenai gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh anak kehilangan banyak protein ini? Simak penjelasan lengkapnya berikut yuk!

Pengertian Sindrom Nefrotik pada Anak

Seperti pada orang dewasa, sindrom nefrotik pada anak terjadi jika pembuluh darah kecil di ginjal, disebut dengan glomerulus, mengalami kerusakan dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kondisi normal, glomerulus berperan untuk menyaring darah demi mengeluarkan sampah dan kelebihan cairan.

Kelebihan sampah metabolisme dan ekstra air tersebut kemudian dibuang keluar tubuh melalui urine. Protein dan zat lain yang masih diperlukan tubuh akan tetap berada di aliran darah. Namun, jika glomerulus rusak dan mengalami disfungsi dalam kasus sindrom nefrotik pada anak, glomerulus tidak dapat menyaring secara efektif sehingga protein pun akan “bocor” dan masuk ke dalam urine.

Salah satu protein yang masuk ke urine tersebut adalah albumin. Albumin berperan untuk menarik ekstra cairan dari tubuh ke dalam ginjal sehingga bisa dikeluarkan melalui urine. Jika tubuh anak kehilangan banyak albumin pada sindrom nefrotik, tubuhnya pun akan membengkak karena penumpukan cairan.

Sindrom nefrotik bisa terjadi pada 1 di antara 50.000 anak. Biasanya, sindrom nefrotik pada anak terdiagnosis saat ia berusia 2-5 tahun. Anak laki-laki lebih berisiko mengalami sindrom ini dibandingkan anak perempuan. Anak dengan riwayat keluarga yang memiliki alergi atau berasal dari Asia lebih rentan mengalami sindrom nefrotik (walau penyebabnya tidak diketahui).


Baca Juga:

Hati-Hati Moebius Syndrome, Sindrom Tanpa Ekspresi yang Diderita Anak


Gejala Sindrom Nefrotik pada Anak

sindrom nefrotik pada anak

Sindrom nefrotik pada anak dapat menimbulkan beberapa gejala khas, termasuk:

1. Edema

Edema adalah pembengkakan di bagian tubuh tertentu akibat penumpukan cairan. Pembengkakan paling sering terjadi di tungkai, telapak kaki, atau pergelangan kaki. Pembengkakan juga mungkin terlihat di tangan atau wajah walau jarang terjadi.

2. Perubahan pada Urine

Salah satu gejala sindrom nefrotik pada anak terkait urinenya adalah albuminuria. Kondisi ini terjadi jika urine anak mengandung kadar albumin (protein) yang tinggi akibat glomerulus yang rusak. Anak penderita sindrom nefrotik yang gejalanya kambuh juga bisa mengeluarkan urine lebih sedikit.

3. Infeksi

Protein yang bocor ke urine akibat sindrom nefrotik menyebabkan anak lebih rentan mengalami infeksi. Pasalnya, protein mengandung antibodi yang berperan vital untuk menangkal infeksi.

4. Gumpalan Darah

Sindrom nefrotik pada anak menyebabkan Si Kecil kehilangan protein yang berperan dalam pencegahan gumpalan darah. Protein yang bocor tersebut dapat meningkatkan risiko serius berupa gumpalan darah pada tubuhnya.

5. Gejala Sindrom Nefrotik pada Anak Lainnya

Selain gejala di atas, sindrom nefrotik pada anak juga akan menimbulkan gejala berikut ini:

  • Demam dan tanda infeksi lainnya
  • Kelelahan
  • Mudah marah
  • Kehilangan selera makan
  • Munculnya darah dalam urine
  • Diare
  • Tekanan darah menjadi tinggi

Baca Juga:

Bagaimana Cara Mencegah Sakit Meningtis Pada Anak?


Penyebab Sindrom Nefrotik pada Anak

Pada banyak kasus sindrom nefrotik pada anak, penyebabnya tidak diketahui.Banyak anak-anak penderita sindrom nefrotik mengalami penyakit perubahan minimal. Artinya, ginjal Si Kecil terlihat normal atau hampir normal apabila sampel jaringannya diteliti melalui mikroskop biasa.

Namun, jika menggunakan mikroskop elektron, perubahan jaringan ginjal akan bisa terdeteksi. Penyebab penyakit perubahan minimal ini tidak diketahui.Pada beberapa kasus, sindrom nefrotik pada anak dapat terjadi akibat masalah ginjal atau kondisi lain, seperti:

  • Glomerulosklerosis, yakni adanya jaringan parut pada glomerulus
  • Glomerulonefritis atau peradangan glomerulus
  • Infeksi seperti infeksi HIV atau hepatitis
  • Lupus
  • Diabetes
  • Anemia sel sabit
  • Jenis kanker tertentu, seperti leukemia, multiple myeloma, atau limfoma (jarang terjadi)

Sebagian anak penderita kondisi ini mengalami sindrom nefrotik bawaan. Sindrom nefrotik pada anak ini mulai terlihat di 3 bulan awal-awal kehidupan Si Kecil. Sindrom nefrotik bawaan dapat disebabkan oleh kelainan gen turunan atau infeksi yang terjadi sesaat setelah kelahiran anak. Anak penderita sindrom nefrotik bawaan juga biasanya membutuhkan transplantasi ginjal.

Mengatasi Sindrom Nefrotik pada Anak

Pengobatan utama untuk sindrom nefrotik pada anak adalah kortikosteroid. Namun, jika anak mengalami efek samping yang signifikan, dokter mungkin akan meresepkan obat lain.

1. Kortikosteroid

Pada awalnya, anak-anak penderita sindrom nefrotik biasanya diresepkan steroid berupa prednisolone selama 4 minggu. Setelah itu, dokter akan menyesuaikan dosisnya menjadi lebih kecil setiap dua hari selama 4 minggu berikutnya.

Strategi ini dapat menghentikan kebocoran protein dari ginjal anak ke urinenya.Sebagian besar anak penderita sindrom nefrotik dapat merespons prednisolone dengan baik. Kebocoran protein ke urine dapat diatasi dan pembengkakan di tubuhnya bisa berkurang dalam beberapa minggu. Periode ini disebut dengan periode remisi.

2. Obat-obatan diuretik

Selain kortikosteroid, dokter mungkin juga akan meresepkan diuretik atau pil air untuk mengatasi sindrom nefrotik dan mengurangi pembengkakan pada anak. Diuretik dapat membantu mengurangi penumpukan cairan di dalam tubuh Si Kecil dan meningkatkan volume produksi urine.

3. Penisilin

Penisilin merupakan antibiotik. Dokter mungkin akan  meresepkan penisilin selama periode kambuh untuk mengurangi kemungkinan infeksi pada anak.


Bagikan Artikel


Artikel Terkait


Produk Terkait

Shop at MOOIMOM


Shop at MOOIMOM