19 Sep 2021
Anggraini Nurul F
Ketuban pecah dini dapat dipahami sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktu persalinan dimulai. Kondisi ini dapat terjadi baik sebelum janin matang dalam kandungan atau di bawah 37 minggu usia kehamilan, maupun setelah janin matang.
Semakin awal terjadinya ketuban pecah pada masa kehamilan, maka bisa dianggap kondisi tersebut makin serius.
Melansir Buku Goresan Tangan Spesialis Kandungan (2014) oleh Dr HM Andalas, Sp.OG, peluang ketuban pecah dini dilaporkan sekitar 3 persen dari populasi wanita hamil.
Penyebab pasti terjadinya ketuban pecah dini masih belum diketahui secara jelas, namun kondisi ini diduga muncul karena melemahnya kantong ketuban atau adanya tekanan berlebih di sekitar ketuban, misalnya akibat kontraksi rahim.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya ketuban pecah dini, yaitu:
Penanganan ketuban pecah dini biasanya akan disesuaikan dengan usia kehamilan, kondisi janin di dalam kandungan, dan kondisi kesehatan ibu. Berikut ini adalah beberapa penanganan yang akan dilakukan dokter berdasarkan saat terjadinya ketuban pecah dini:
1. Usia kehamilan lebih dari 37 minggu
Jika ketuban pecah dini terjadi saat usia kehamilan sudah melewati 37 minggu, janin dalam kandungan perlu segera dilahirkan. Semakin lama proses persalinan dilakukan, semakin besar peluang ibu hamil dan janin terkena infeksi.
2. Usia kehamilan 34-37 minggu
Dokter kemungkinan akan menyarankan induksi persalinan agar bayi lahir beberapa minggu lebih awal. Hal ini dilakukan guna menghindari bayi terkena infeksi.
3. Usia kehamilan 23-34 minggu
Biasanya dokter akan menyarankan untuk menunda kelahiran agar janin dalam kandungan memiliki cukup waktu untuk tumbuh dan berkembang. Ibu hamil akan diberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi, dan kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru janin.
4. Usia kehamilan kurang dari 23 minggu
Jika ketuban pecah sebelum kandungan berusia 23 minggu, maka dokter perlu mengevaluasi kondisi ibu dan janin untuk menentukan apakah kehamilan berisiko tinggi untuk tetap dipertahankan. Pada ketuban pecah dini di usia kehamilan yang masih sangat muda ini, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan pelemas rahim dan cairan ketuban tambahan (amnioinfusi).
Bagi ibu hamil yang berisiko mengalami ketuban pecah dini seperti yang telah disebutkan di atas, dianjurkan untuk rutin menjalani pemeriksaan kehamilan dan berkonsultasi ke dokter kandungan, agar ketuban pecah dini dapat dihndari.
Ibu hamil akan merasakan air ketuban yang keluar dari vagina ketika ketuban pecah. Air yang keluar ini dapat mengalir secara perlahan atau keluar dengan deras. Berbeda dengan urine, bocornya air ketuban tidak dapat ditahan sehingga akan tetap mengalir keluar walaupun sudah berusaha menahannya.
Untuk lebih memastikan apakah cairan tersebut urine atau air ketuban, Anda dapat menggunakan pembalut untuk menyerap cairan yang keluar. Selanjutnya lihat dan cium bau pembalut tersebut. Air ketuban memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan tidak berbau pesing seperti urine, tetapi cenderung berbau manis.
Selain bocornya air ketuban, ketuban pecah dini dapat disertai dengan beberapa gejala berikut:
Setelah ketuban pecah, dokter akan memeriksa apakah janin Anda sudah siap dilahirkan, karena menunda kelahiran setelah ketuban pecah berisiko menimbulkan infeksi. Apabila belum ada tanda-tanda akan melahirkan, maka dokter kandungan akan menyarankan induksi untuk mempercepat persalinan.
Namun apabila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu, paru-paru janin belum terbentuk sempurna sehingga belum siap untuk dilahirkan. Dalam kondisi ini, dokter akan memberikan obat kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru janin, agar dapat secepatnya dilahirkan. Untuk mencegah infeksi, dokter juga akan memberikan antibiotik. Setelah janin dirasa sudah siap untuk dilahirkan, baru dokter akan melakukan prosedur induksi.
Yuk Moms, jangan lupa kunjungi website kami di www.mooimom.id sebagai penyedia perlengkapan ibu dan anak terlengkap.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM