Resusitasi Bayi Baru Lahir, Memberikan Napas Bantuan Setelah Bayi Lahir

calendar icon

31 Aug 2021

author icon

Anggraini Nurul F

category icon

0-6 bulan

Resusitasi Bayi Baru Lahir, Memberikan Napas Bantuan Setelah Bayi Lahir

Resusitasi adalah bantuan yang diberikan setelah bayi lahir agar ia bisa bernapas, biasanya dilakukan setelah tali pusat dipotong.

Bayi yang setelah lahir tidak kunjung bisa bernapas, akan mengalami kekurangan oksigen sehingga memicu kematian.

Tujuan resusitasi bayi baru lahir juga termasuk mencegah angka kematian dan kesakitan bayi terkait cedera otak, jantung, dan ginjal.

Resusitasi termasuk dalam pemeriksaan bayi baru lahir yang membantu bayi bernapas normal dan memperkuat degup jantung.

Pada dasarnya, bayi juga mengambil oksigen selama di dalam rahim. Namun, ia tidak menghirup secara langsung, melainkan diambil dari aliran darah ibu melalui plasenta.

Namun, setelah bayi lahir, dokter akan memotong plasenta sehingga pasokan oksigen ke bayi akan terhenti. Kemudian bayi akan mengambil oksigen dari udara untuk bernapas.

Sebagian bayi mungkin membutuhkan pertolongan untuk bernapas dengan normal. Pasalnya, tidak semua bayi mungkin bisa mengambil napas dari udara setelah lahir secara spontan.

Kapan Resusitasi Bayi Baru Lahir Dibutuhkan?

Jika mengacu kepada tujuan resusitasi bayi baru lahir, tindakan ini diperlukan ketika bayi menunjukkan kesulitan bernapas sendiri.

Umumnya, dokter akan melakukan pengamatan pada cara bernapas bayi saat dilahirkan.

Terdapat indikator dan gejala lain yang dipantau untuk dinyatakan kesulitan bernapas, misalnya tangisan bayi lemah atau detak jantung terpantau tidak normal.

Baca Juga: Mengenal Bilirubin Bayi dan Kadar Normal yang Seharusnya Ada Pada Bayi Baru Lahir

Semuanya tercatat dengan metode scoring APGAR, yaitu salah satu pemeriksaan fisik bayi yang dilakukan pada menit pertama dan ke-5 setelah bayi baru lahir.

Dengan penilaian itu, tim medis akan segera mengetahui mana bayi yang membutuhkan resusitasi dan mana yang tidak.

Faktor yang Meningkatkan Pemberian Resusitasi Bayi Baru Lahir

Mengutip studi dalam Sari Pediatri, bayi prematur merupakan kelompok yang berisiko membutuhkan bantuan resusitasi aktif.

Meski begitu, ada risiko terganggunya fungsi tubuh jika menggunakan bantuan oksigen secara terus menerus.

Normalnya, persalinan normal bantu mempersiapkan paru-paru dan sistem pernapasan bayi untuk bisa bernapas secara mandiri.

Dalam beberapa hari terakhir sebelum persalinan normal, paru-paru bayi mulai memproduksi lebih sedikit cairan untuk persiapan bernapas.

Baca Juga: Mengenal Bilirubin Bayi dan Kadar Normal yang Seharusnya Ada Pada Bayi Baru Lahir

Kontraksi selama persalinan normal juga membantu proses keluarnya cairan dari paru-paru secara lebih maksimal.

Pada saat lahir, paru-paru harus cukup bersih dari cairan untuk mulai bernapas dan dalam 6-10 jam setelah lahir.

Sayangnya, ketika bayi lahir prematur, persiapan akhir paru-paru ini akan terganggu sehingga kemungkinan besar bayi prematur akan mengalami kesulitan bernapas.

Tidak hanya itu, terdapat berbagai faktor risiko yang meningkatkan kebutuhan resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia, antara lain:

  • Hipertensi ibu atau penyakit kardiovaskular
  • Hamil kembar
  • Penggunaan narkoba/alkohol pada ibu
  • Trauma saat lahir
  • Usia ibu di atas 40 tahun
  • Makrosomia janin
  • Cairan ketuban mengandung mekonium (feses pertama bayi)
  • Infeksi pada ibu
  • Solusio plasenta

Terlambat memberikan resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia bisa meningkatkan risiko autisme.

Langkah Resusitasi pada Bayi Baru Lahir

Saat bayi baru dilahirkan, dokter dan perawat atau bidan akan mengeringkan dan menyelimuti tubuh bayi, serta menjaga suhu tubuhnya agar tetap hangat. Setelah itu, dokter akan melakukan observasi dan memantau kondisi bayi. Jika diperlukan, dokter mungkin akan memberikan oksigen kepada bayi.

Selama melakukan observasi, dokter akan memeriksa pernapasan, pergerakan, tingkat kesadaran, dan perubahan warna kulit bayi. Jika dari hasil pemantauan ditemukan bahwa kondisi bayi memerlukan resusitasi, misalnya jika nilai APGAR bayi tersebut rendah, maka akan dilakukan beberapa tindakan berikut ini:

  • Pemberian stimulasi atau rangsangan untuk memancing bayi bernapas sendiri
  • Pemberian bantuan napas buatan melalui hidung dan mulut bayi
  • Kompresi atau menekan dada bayi secara konsisten untuk merangsang kerja jantung dan melancarkan sirkulasi darah bayi
  • Pemberian obat-obatan untuk membantu memulihkan kondisi bayi, jika diperlukan

Jika bayi baru lahir tetap tidak dapat bernapas spontan meski telah mendapatkan resusitasi, dokter akan melakukan tindakan intubasi pada bayi untuk memberikan napas bantuan. Setelah itu, bayi perlu menjalani perawatan di ruang NICU, terutama jika kondisinya melemah dan tidak stabil setelah dilakukan resusitasi.

Dokter juga dapat melakukan tindakan penyedotan cairan atau mekonium dari mulut bayi, terutama pada bayi yang dicurigai mengalami gangguan atau henti napas akibat tersedak atau asfiksia mekonium.

Jangan lupa kunjungi website kami di www.mooimom.id yah Moms!


Bagikan Artikel


Artikel Terkait


Produk Terkait

Shop at MOOIMOM


Shop at MOOIMOM