30 Jul 2020
Dinda Ayu Saraswati
Kegiatan menyusui merupakan momen yang penting bagi Moms dan Si Kecil. Namun dalam melakukannya, Moms mungkin akan memiliki beberapa tantangan, salah satunya jumlah ASI yang sedikit.
Karena itu, penting untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab dari jumlah pasokan ASI yang kurang, sehingga permasalahan ini dapat diatasi dan Si Kecil mendapatkan cukup nutrisi untuk tumbuh dan berkembang.
Yuk, cari tahu penjelasan lebih lengkapnya berikut ini, Moms!
Pada umumnya, sebagian besar wanita yang baru saja melahirkan sanggup memproduksi jumlah ASI yang cukup untuk bayinya. Tetapi, beberapa ibu bisa merasa khawatir dengan pasokan ASI yang sedikit.
Mengutip American Pregnancy Association, ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab ASI sedikit:
Baca Juga: 10 Penyebab Produksi ASI Sedikit
Jika Moms tidak yakin apakah Si Kecil mengonsumsi ASI yang hanya sedikit atau sudah cukup, ada beberapa tanda yang bisa Moms perhatikan. Berikut ini ciri-cirinya, mengutip La Leche League International:
Warna ASI biasanya kuning, putih, bening, krem, cokelat, atau biru. Namun, pada titik tertentu selama pengalaman menyusui, Moms mungkin terkejut menemukan bahwa ASI bisa memiliki warna lain juga.
Dalam Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, ada banyak variasi warna pada ASI yang merupakan hal normal. Diet, obat-obatan, dan kesehatan payudara dapat berkontribusi pada warna ASI.
Mengutip Very Well Family, berikut ini beberapa penjelasannya.
Kolostrum adalah ASI pertama yang diproduksi oleh tubuh. Moms hanya membuat sedikit kolostrum, tetapi terkonsentrasi dan sangat bergizi.
Meskipun kolostrum kadang jernih, tipis, dan berair, kolostrum lebih sering berwarna kuning atau oranye dan teksturnya tebal. Tingginya kadar beta-karoten dalam kolostrum membuatnya berwarna kuning atau oranye gelap
Setelah beberapa hari pertama memproduksi kolostrum, produksi ASI meningkat dan tubuh mulai membuat ASI transisi. Selama masa transisi dua minggu ini, warna ASI biasanya berubah dari kuning menjadi putih.
Setelah sekitar dua minggu, tubuh mencapai tahap susu matang. ASI matang berubah penampilan berdasarkan berapa banyak lemak yang dikandungnya. Ada dua jenis susu dewasa atau mature milk.
Secara umum, ketika ASI mulai mengalir keluar dari payudara di awal sesi menyusui atau memompa, susu ini lebih tipis dan lebih rendah lemak, dan disebut foremilk. Karena foremilk tipis, maka cenderung terlihat jernih atau kebiruan.
Saat Moms terus memompa atau menyusui, kadar lemak dalam ASI akan naik. Seiring meningkatnya lemak, ASI berubah menjadi susu berkrim yang disebut hindmilk. Hindmilk biasanya berwarna putih atau kuning yang lebih tebal.
ASI yang berwarna hijau bisa jadi karena Moms telah mengonsumsi makanan hijau atau makanan yang mengandung pewarna hijau. Misalnya sayuran hijau seperti bayam atau rumput laut, atau konsumsi suplemen vitamin tertentu.
Moms mungkin melihat ASI berwarna merah muda, oranye, atau merah setelah mengonsumsi makanan yang punya warna ini, baik itu warna alami atau pewarna tambahan.
Jika darah dari dalam payudara bocor ke saluran ASI, warna ASI yang dimiliki mungkin terlihat cokelat, oranye gelap, atau berwarna karat.
Darah juga bisa masuk ke dalam ASI jika Moms mengalami puting pecah-pecah. Warna ASI-nya mungkin terlihat seperti ada garis merah atau merah muda. Tetapi jangan panik, dan tidak perlu membuang ASI tersebut atau berhenti menyusui.
Sedikit darah dalam ASI tidak akan membahayakan Si Kecil. Biasanya, perdarahan akan hilang sendiri dalam beberapa hari. Jika Moms masih melihat darah pada ASI setelah seminggu, konsultasikan ke dokter.
Produksi ASI warna hitam terkait dengan konsumsi antibiotik Minocin (minocycline). Minocin juga menyebabkan kulit menjadi gelap. Penggunaan Minocin tidak dianjurkan pada ibu menyusui.
Pada dasarnya, kunci untuk meningkatkan suplai ASI yang sedikit adalah dengan stimulasi dan pengosongan payudara sesering mungkin.
Selain itu, penting juga bagi Moms untuk mencari nasihat dari konsultan laktasi, perawat kesehatan ibu dan anak, atau profesional perawatan kesehatan lainnya yang terampil dalam manajemen menyusui.
Mengutip The Royal Women's Hospital, berikut ini beberapa tips yang bisa Moms lakukan:
Lakukan kontak fisik skin-to-skin antara kulit Si Kecil dengan kulit payudara Moms, hal ini akan membantu menjaga bayi tetap terjaga dan juga untuk meningkatkan pelepasan hormon yang terlibat dalam produksi ASI.
Sering-seringlah menyusui Si Kecil, 2-3 jam dengan total setidaknya delapan kali dalam 24 jam. Bayi mungkin perlu dibangunkan untuk menyusu lebih sering lagi, sehingga produksi ASI tidak lagi sedikit.
Selain itu, berikan kedua sisi payudara saat menyusui. Ketika Si Kecil terlihat lelah atau tidak lagi sering menelan, lepaskan bayi dari payudara dan 'alihkan' ke sisi berikutnya. Ulangi pada kedua payudara.
Dalam Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing yang berbeda, disebutkan bahwa bayi yang sering menyusu selama beberapa hari pertama setelah kelahiran terbukti memiliki efek positif pada produksi susu berikutnya.
Pastikan bahwa keterikatan atau latching dilakukan dengan baik dan Si Kecil dapat mengisap dan menelan. Moms dapat mencari tahu bagaimana posisi menyusui yang benar.
Saat menyusui atau memompa, kompres atau pijat payudara untuk membantu aliran ASI dan drainase, sebagai tips mengatasi produksi ASI yang sedikit.
Penting untuk memerhatikan kondisi Si Kecil saat kegiatan menyusui. Jika bayi mengantuk di payudara dan tidak menyusu dengan baik, Moms mungkin perlu mengurangi waktu menyusui.
Gunakan waktu untuk memompa setiap payudara dua kali, misalnya, lima menit sisi kiri, lima menit sisi kanan, dan ulangi. ASI yang dipompa harus disusui untuk bayi.
Itu dia Moms, penjelasan tentang ASI dan kegiatan menyusui. Jika Moms masih mengalami permasalahan pasokan ASI yang sedikit, maka bisa langsung berkonsultasi dengan dokter atau ahli laktasi.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM