19 Feb 2020
Dinda Ayu Saraswati
Balita
Balita
Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami rasa frustasi dan tertekan ketika tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Pada sebagian anak-anak, ketidaknyamana itu diekspresikan dalam bentuk ledakan amarah atau yang dikenal dengan istilah tantrum.
Tantrum merupakan hal yang lumrah dialami oleh anak-anak pada usia 2 hingga 4 tahun atau masa pra sekolah. Tantrum akan membuat anak mengenal dan mengendalikan sendiri egonya. Sebenarnya apa sih penyebabnya? Dan bagaimana tanda-tandanya jika anak akan tantrum? Simak ulasan berikut yuk, Moms.
Penyebab Tantrum pada Anak
Tantrum umumnya disebabkan oleh terbatasnya kemampuan bahasa anak untuk mengekspresikan perasaannya. Sehingga mereka hanya bisa meluapkan emosinya dengan cara berteriak, meronta, menjerit, menangis, hingga menghentakkan kedua kaki dan tangannya ke lantai.
Selain itu, tantrum juga bisa menjadi momen bagi anak untuk melakukan observasi dan mengenali cara mendapatkan keinginanannya. Contohnya saat anak mengamuk untuk mendapatkan sesuatu kemudian Moms menurutinya, anak akan mengulangi cara tersebut di kemudian hari. Jika hal ini terus dibiarkan, ini bisa menjadi kebiasaan buruk bagi Si Kecil.
Tanda-tanda Tantrum pada Anak
Setiap anak memang sangat mungkin mengalami tantrum dan merupakan bagian dari proses perkembangan dirinya. Tetapi, kewajaran tantrum harus diperhatikan oleh orang tua. Jika berlebihan, tandanya adalah masalah perkembangan emosional pada si kecil. Berikut tanda-tandanya.
Wajar jika anak merajuk untuk menunjukkan keinginannya terhadap sesuatu. Namun jika amukannya melebihi batas, misalnya sehari lebih dari lima kali atau setiap kali meminta sesuatu dengan berteriak dan marah, Moms harus jeli akan hal ini.
Selain itu, anak yang tantrumnya berlebihan bisa dilihat dari durasi mengamuknya. Umumnya anak akan mengamuk lalu tantrum selama tak lebih dari 1 menit. Namun jika anak tantrum lebih dari 25 menit, Mom harus waspada akan masalah terhadap perkembangan jiwanya.
Terkadang, tantrum anak ditunjukkan tidak hanya lewat jeritan, melainkan juga kontak fisik. Jika anak memukul, menendang, menggigit, mencubit orang lain, maka ini sudah termasuk di luar kewajaran. Begitu juga jika anak menunjukkan kemarahannya lewat cara melukai diri sendiri.
Sebagai orang tua, Moms perlu untuk segera mengambil tindakan. Anak perlu didukung untuk meredakan emosinya, dimulai dari lingkungan sekitar keluarga. Jika Mom merasa kewalahan, segeralah berkonsultasi tentang keadaan anak kepada psikolog.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM