07 Feb 2021
Ika
0-6 bulan
0-6 bulan
Pagi belum terlalu terang. Si Kecil, yang sudah terbangun, tiba-tiba tertawa. Kencang dan rasa-rasanya sulit berhenti. Awalnya Moms merasa senang. Sungguh menggemaskan. Lama-kelamaan mulai berpikir: "Anakku tidak sedang kenapa-kenapa, kan?"
Tenang saja, Moms. Bayi yang tertawa, dengan suara kencang dan terus-menerus, justru mendapat perhatian dari sejumlah peneliti, loh. Tentu penelitian yang menghadirkan pertanyaan serta jawaban menyenangkan.
Moms mengenal nama Charles Darwin, bukan? Dahulu, Darwin sempat mempelajari cara tertawa bayi laki-lakinya. Ia penasaran akan pelbagai cara tertawa yang ditunjukkan oleh putranya, disertai nada serta bahasa tubuh yang berbeda-beda.
Seorang psikolog yang mengkhususkan penelitian pada perkembangan kehidupan manusia, Jean Piaget namanya, berpendapat bahwa, sebetulnya, orang tua dapat "melihat" ke dalam pikiran Si Kecil ketika mereka tertawa. Asalkan, orang tua mau menyelidikinya.
Itulah mengapa, papar Piaget, mempelajari tawa bayi dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi bagi orang tua mengenai bagaimana anak mereka memahami dunia. gagasan Piaget akan dunia tawa bayi terpaparkan pada tahun 1940. Kini, kita sudah memasuki tahun 2021. Adakah penelitian terbaru tentang makna tawa bayi, apalagi ketika seolah-olah mereka sulit berhenti terbahak-bahak?
Ada. Caspar Addyman, seorang peneliti dari Inggris, menyurvei lebih dari 1.000 orang tua dari pelbagai negara di dunia. Ribuan orang tua itu belum lama memiliki anak. Entah anak pertama, kedua dan seterusnya. Yang pasti, setidak-tidaknya mereka baru memiliki seorang anak (lagi). Bayi mereka sedang pelan-pelan bertumbuh. Mulai memperlihatkan geliat dalam rupa bahasa tubuh. Seperti dalam artikel ini.Dalam survei, ia menanyakan soal kapan, di mana serta mengapa, kira-kira, bayi mereka tak habis-habisnya tertawa. Hasilnya cukup menghangatkan hati. Sejumlah responden memaparkan senyuman pertama bayi mereka bermula pada enam pekan sesudah lahir. Senyum, ya, bukan tawa.
Tiga bulan kemudian, bayi mereka mulai belajar tertawa. Salah satu stimulasi sederhana adalah bermain cilukba. Moms atau ayah yang menjadi responden penelitiannya berupaya menutup kedua mata dengan kedua tangan. Saat itu terjadi, bayi mereka mulai tertawa. Bahkan hingga terbahak-bahak.
Sejumlah besar responden menyatakan bayi mereka akan tertawa ketika bersama orang lain. Si Kecil lebih mudah tertawa sesudah melihat apa yang orang tua mereka, atau siapapun yang berada di dekat mereka, melakukan sesuatu. Bagi bayi, apa yang orang-orang lakukan di sekitar ranjangnya sungguh menggelitik. Sehingga, mereka pun mulai tertawa. Tawa yang bersifat sosial.
Tepuk tangan dan suara melengking dapat memicu tawa bayi. Bunyi-bunyian, bagi bayi, lebih menarik ketimbang mendengarkan orang-orang berbicara dengan suara yang normal. Unik, ya?
Begitu pula dengan sentuhan. Meski menurut Moms, sentuhan tangan kita pada tubuhnya terasa biasa-biasa saja, tetapi tidak demikian dengan bayi. Bagi mereka, beberapa cara menyentuh termasuk menggelitik. Sehingga mereka, kembali lagi, tertawa.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM