08 Jan 2021
Jessica Nathania
Air sangat diperlukan dalam kehamilan untuk membentuk plasenta yang memberikan nutrisi pada janin dan membantu janin berkembang dengan sehat. Oleh sebab itu, ibu hamil membutuhkan cairan lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak hamil. Untuk alasan kebutuhan cairan yang banyak ini juga menyebabkan ibu hamil lebih rentan dehidrasi.
Pada awal kehamilan, risiko dehidrasi meningkat seiring dengan keluhan mual dan muntah yang dialami sehingga menyebabkan sulit makan dan minum. Cairan yang masuk dan keluar dari tubuh seharusnya seimbang, terutama saat sedang hamil. Untuk itu, cairan yang keluar secara berlebihan dan tidak diimbangi dengan asupan yang cukup akan membuat ibu hamil kekurangan cairan, bahkan dehidrasi.
Selain dipicu oleh mual dan muntah yang hebat, dehidrasi juga dapat disebabkan karena diare, infeksi dan aktivitas fisik yang berlebihan. Dehidrasi yang terjadi di trimester ketiga dapat mempengaruhi produksi ASI. Sedangkan dampaknya bagi janin, dehidrasi bisa membuat cairan ketuban kurang dan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Dehidrasi yang masih tergolong ringan umumnya tidak berbahaya selama cairan yang hilang dapat langsung diganti. Namun, dehidrasi yang tergolong berat dapat memicu komplikasi bagi ibu hamil maupun janin di dalam kandungan.
Moms sebaiknya mewaspadai bahaya-bahaya dehidrasi selama hamil, sebagai berikut:
1. Produksi Cairan Ketuban Berkurang
Dehidrasi yang terjadi selama kehamilan dapat menurunkan produksi cairan ketuban. Cairan ketuban ini berfungsi untuk melindungi janin, maka apabila produksi cairan ketuban berkurang akan berdampak pada perkembangannya di dalam kandungan. Produksi air ketuban yang terlalu sedikit pada awal kehamilan dapat mengganggu perkembangan janin dan bahkan berisiko keguguran. Sementara pada tahap akhir kehamilan dapat berisiko kelahiran prematur dan terjadinya komplikasi pada saat melahirkan.
2. Memicu Kontraksi Palsu
Ibu hamil yang mengalami dehidrasi pada trimester akhir dapat memicu terjadinya kontraksi uterus yang berujung pada kelahiran prematur. Dehidrasi yang terjadi selama kehamilan juga dapat memicu kontraksi palsu yang umumnya berlangsung selama 1-2 menit. Apabila Moms mengalami kondisi ini, sebaiknya segera minum air putih dalam jumlah yang cukup. Jika keadaan membaik, maka kemungkinan besar kontraksi yang dialami disebabkan oleh dehidrasi.
Baca juga: 6 Hal yang Terjadi Jika Ibu Menyusui Kekurangan Kalsium
3. Berdampak Pada Produksi ASI
Dehidrasi yang dialami selama kehamilan juga dapat berpengaruh pada produksi ASI. ASI yang nantinya akan diproduksi jumlahnya bisa menjadi lebih sedikit. Risiko yang mungkin terjadi lainnya adalah bayi mengalami cacat lahir, cacat pada sistem saraf dan bahkan persalinan prematur. Selain rutin minum air putih untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, dehidrasi juga dapat dicegah dengan membatasi minuman manis atau minuman yang mengandung kafein.
4. Kematian Pada Bayi atau Ibu
Apabila dehidrasi yang dialami sudah tergolong berat dan tidak segera ditangani dengan baik, maka ibu hamil dapat mengalami syok hipovolemik. Syok hipovolemik merupakan kondisi ketika tubuh mengalami kehilangan lebih dari 20 persen darah atau cairan. Kehilangan cairan yang berat ini dapat membuat kerja jantung untuk memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh akan menjadi lebih berat pula. Kondisi ini dapat mengancam nyawa ibu hamil serta janin di dalam kandungan.
Untuk mencegah terjadinya hal-hal diatas, Moms perlu selalu mencukupi kebutuhan cairan setiap harinya. Cara yang paling mudah untuk mengenali tanda kekurangan cairan adalah dengan memperhatikan warna urine. Apabila warna urine kuning pekat atau lebih gelap, artinya asupan cairan kurang. Sebaliknya, bila warna urine jernih dan bening maka tubuh sudah cukup terhidrasi. Ingat untuk segera memeriksakan diri ke dokter apabila Moms mengalami gejala dehidrasi.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM