Donor Sperma, Efektifkah Dilakukan untuk Program Bayi Tabung?

calendar icon

29 Oct 2021

author icon

Dinda Ayu Saraswati

category icon

Pra-kehamilan

Donor Sperma, Efektifkah Dilakukan untuk Program Bayi Tabung?

Sperma yang disumbangkan akan digunakan untuk membantu seorang wanita hamil melalui proses inseminasi buatan. Jenis inseminasi buatan yang paling banyak dilakukan untuk donor sperma adalah intrauterine insemination (IUI), yang dilakukan dengan cara memasukkan sperma donor langsung ke rahim.

Kendati demikian, di Indonesia donor sperma tidak bisa dilakukan. Pasalnya, undang-undang di Indonesia melarang seorang wanita menerima donor sperma dari laki-laki yang bukan pasangannya.

Oleh sebab itu, sulit bagi seorang pria jika ingin mendonorkan spermanya di Indonesia. Niat tersebut mungkin bisa ia wujudkan di negara yang aturannya memperbolehkan donor sperma, misalnya Inggris.

Apa Itu Donor Sperma?

Ternyata donor itu tak hanya darah atau organ saja loh Moms. Donor sperma juga merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan bagi mereka yang sulit hamil.

Mengutip artikel dari Mayo Clinic, donor sperma adalah prosedur di mana seorang pria menyumbangkan air mani (cairan yang mengandung sperma yang dilepaskan saat ejakulasi) untuk membantu seseorang atau pasangan untuk hamil.

Dalam melakukan donor sperma, pria yang memberikan donasi sperma dapat diketahui atau tidak dikenal oleh penerima. Donasi sperma yang diberikan kepada penerima yang dikenal disebut donasi terarah.

Sebelum seorang pria dapat menyumbangkan sperma, ia harus menjalani pemeriksaan untuk mengetahui kondisi medis dan faktor risiko lainnya. Penting juga untuk memahami kemungkinan masalah emosional, psikologis, dan hukum dari donasi sperma.

Sementara di Indonesia sendiri, donor sperma tidak bisa dilakukan. Pasangan atau seorang wanita yang membutuhkan donor sperma dari orang lain harus ke luar negeri karena undang-undang di Indonesia tidak mengizinkan seorang wanita menerima donor dari lelaki yang bukan pasangannya. Oleh karena itu, akan sulit bagi pria jika ingin mendonorkan spermanya di Indonesia.

Namun, hal ini masih bisa dilakukan di luar negeri atau di negara yang membolehkan hal ini terjadi. Di negara di mana seorang pria bisa menyumbangkan spermanya, kemungkinan besar mereka akan dibayar untuk setiap sumbangan yang lolos proses penyaringan bank sperma. Pembayaran dimaksudkan untuk memberi kompensasi atas waktu dan segala pengeluaran terkait.

Namun sayangnya, jumlahnya biasanya cukup rendah sehingga uang bukanlah insentif utama untuk berdonasi.

Jika seorang pria sedang mempertimbangkan untuk mendonor sperma, pertama-tama ia harus memperhatikan dampak jangka panjang dari keputusan ini.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:

  • Apakah ia siap menjadi ayah biologis dari satu anak atau banyak anak yang mungkin tidak pernah ditemui?
  • Bagaimana jika anak-anak yang dikandung dengan bantuan donor sperma ingin bertemu suatu hari nanti?
  • Apakah ia akan memberi tahu keluarga saat ini atau di masa depan tentang keputusan untuk menyumbangkan sperma?
  • Jika memberikan donasi sperma kepada seseorang yang dikenal, pertimbangkan untuk menyewa pengacara untuk membuat draf kontrak yang menjelaskan hak dan kewajiban finansial.

Baca Juga:

Jenis Kelainan Sperma dan Cara Mengobatinya


Persyaratan untuk Pendonor Sperma

Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi seorang pria apabila ingin mendonorkan spermanya. Berikut adalah beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk mendonorkan sperma:

1. Masuk kategori usia pendonor

Umumnya usia pendonor sperma dibatasi mulai dari 18−39 tahun. Beberapa klinik atau bank sperma bahkan ada yang membatasi usia pendonor maksimal hingga 34 tahun.

2. Lolos pemeriksaan kesehatan

Seorang pria yang ingin mendonorkan spermanya harus lolos pemeriksaan kesehatan, yang meliputi tes darah dan tes urine.

Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa pendonor sperma bebas dari penyakit genetik, seperti cystic fibrosis dan anemia sel sabit, serta penyakit menular, seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C.

Selain itu, untuk benar-benar memastikan bahwa pemberi donor sperma tidak memiliki penyakit atau kelainan genetik, pendonor wajib melampirkan riwayat penyakit keluarga, minimal 2 generasi sebelumnya.

3. Lolos pemeriksaan cairan mani

Pendonor sperma juga biasanya diminta untuk memberikan sampel cairan maninya. Hal ini dilakukan untuk memeriksa sperma secara menyeluruh, seperti kuantitas, kualitas, dan pergerakannya.

Dengan alasan tersebut, pendonor biasanya diminta untuk tidak melakukan ejakulasi selama 2–5 hari sebelum pengambilan sampel cairan mani.

4. Lolos pemeriksaan riwayat pribadi

Gaya hidup dan aktivitas pendonor sperma juga biasanya akan ditinjau guna memastikan bahwa gaya hidupnya tidak berisiko mengundang penyakit, seperti infeksi HIV. Beberapa perilaku yang dinilai antara lain penyalahgunaan narkoba dan kehidupan seksnya.

Setelah melalui serangkaian tes dan pemeriksaan di atas, sperma dari pendonor yang lolos uji kelayakan kemudian akan dibekukan dan dikarantina selama beberapa waktu, biasanya minimal 6 bulan.

Kemudian, sebelum dikeluarkan dari karantina dan dipakai untuk terapi, sperma akan diperiksa kembali guna memastikan bahwa sperma tersebut benar-benar bersih dari risiko penyakit.

 


Baca Juga:

7 Cara Meningkatkan Kualitas Sperma Secara Alami


Tahapan Proses Donor Sperma

Sebelum melakukan donor sperma, ada beberapa pemeriksaan dasar untuk penyakit menular dan faktor risiko tertentu.

Di Amerika Serikat Sendiri, beberapa negara bagian dan pemerintah lokal memerlukan penyaringan tambahan.

American Society for Reproductive Medicine juga merekomendasikan bahwa pria yang ingin melakukan donor sperma, termasuk mereka yang diketahui penerimanya harus menyelesaikan beberapa pemeriksaan berikut:

1. Usia

Sebagian besar bank sperma mengharuskan donor berusia antara 18 dan 39. Bahkan beberapa bank sperma menetapkan batas atas usia 34 tahun.

2. Uji Fisik

Ujian ini mencakup pengambilan sampel darah dan urine untuk menguji penyakit menular, seperti HIV. Jika seorang pria menjadi donor sperma tetap, ia harus menjalani pemeriksaan fisik setiap 6 bulan saat memberikan donasi sperma. Ia juga akan diminta untuk melaporkan setiap perubahan dalam kesehatannya.

3. Pengujian Air Mani

Seorang pria harus memberikan beberapa sampel air mani. Sebelum memberikan setiap sampel, ia mungkin akan diminta untuk tidak ejakulasi, baik melalui seks atau masturbasi, setidaknya selama 48 hingga 72 jam. Sampel akan dianalisis kuantitas, kualitas, dan pergerakannya.

4. Pengujian Genetik

Sampel darah akan dianalisis untuk melihat apakah ia pembawa kondisi genetik. Tanyakan pada bank sperma individu tes mana yang mereka lakukan, karena beberapa bank melakukan tes yang lebih intensif daripada yang lain.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Seorang pria yang hendak menjadi pendonor sperma juga harus memberikan rincian tentang riwayat kesehatan setidaknya dua generasi keluarga sebelumnya. Riwayat yang menunjukkan adanya penyakit keturunan mungkin membuat seorang pria tidak memenuhi syarat untuk menyumbangkan sperma.

6. Evaluasi Psikologis

Seorang pria calon pendonor sperma juga mungkin akan ditanya apakah ia khawatir tentang informasi pribadi yang dibagikan dengan anak kandung atau tentang kontak di masa depan dengan mereka.

Jika donor sperma dilakukan kepada seseorang yang dikenal, kemungkinan besar ia akan diminta untuk membicarakan hubungan penerima donor dan pendonor. Jika masing-masing pendonor dan penerima donor memiliki pasangan, konseling mungkin bisa membantu juga.

7. Riwayat Pribadi dan Seksual

Seorang calon pendonor sperma harus memberikan riwayat terperinci tentang aktivitas seksual, penggunaan narkoba, dan informasi pribadi lainnya.

Tujuannya untuk menunjukkan apakah ia memiliki faktor risiko untuk mengembangkan penyakit menular, seperti HIV. Ia juga akan diminta untuk membagikan informasi terperinci tentang kebiasaan pribadi, pendidikan, hobi, dan minat. Calon pendonor juga mungkin diminta untuk memberikan gambar atau video tentang diri atau rekaman audio suara.

Jika seorang pria calon pendonor dinyatakan positif untuk kondisi medis apa pun selama proses tes, ia akan diberi tahu dan dirujuk ke perawatan atau konseling.

Jika lulus proses penyaringan, ia akan diminta untuk menandatangani formulir persetujuan, yang kemungkinan besar akan menyatakan bahwa dirinya menyangkal memiliki faktor risiko untuk infeksi menular seksual atau kondisi genetik.

Penting untuk mendiskusikan apakah pendonor kelak akan terbuka untuk kontak dari anak mana pun yang dikandung dengan bantuan sperma yang telah diberikan.

Donasi sperma biasanya dilakukan di bank sperma. Pendonor akan memberikan sampel air mani dalam cangkir steril melalui masturbasi di ruang pribadi.

Setelah prosedur, sampel akan dibekukan (dikriopreservasi) dan disimpan di karantina setidaknya selama 6 bulan. Kemudian sampel akan diuji lagi untuk penyakit menular, seperti HIV.

Jika semua hasil tes negatif, sampel beku akan dicairkan dan kuantitas, kualitas, dan pergerakan sperma akan dievaluasi lagi. Sampel sperma dari beberapa pria lebih rentan terhadap kerusakan selama proses pembekuan daripada yang lain. Kerusakan yang disebabkan oleh proses pembekuan juga dapat berbeda antar sampel dari donor yang sama.

Jika sperma memenuhi standar kualitas, seorang pria akan dipilih sebagai donor. Sementara jika hasil tes positif untuk kondisi medis apa pun, pendonor akan diberitahu dan dirujuk ke perawatan dan konseling.


Bagikan Artikel


Artikel Terkait


Produk Terkait

Shop at MOOIMOM


Shop at MOOIMOM