18 Nov 2021
Dinda Ayu Saraswati
Trimester Pertama
Trimester Pertama
Memiliki hewan peliharaan bisa menjadi hiburan tersendiri dan mampu menghidupkan suasana rumah. Namun, banyak pasangan suami istri yang sedang merencanakan atau menjalani kehamilan merasa takut untuk memelihara hewan.
Alasannya tentu karena takut membahayakan janin. Padahal, bahaya memelihara hewan saat hamil sebenarnya tidak akan Moms alami selama hewan peliharaan tersebut terjaga kebersihannya.
Bila Moms sering berdekatan dengan hewan yang tidak terawat atau hewan liar, hal inilah yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada kehamilan dan janin.
Wanita hamil harus berhati-hati tentang jenis binatang yang mereka pelihara di rumah mereka dan tahu bagaimana cara menangani dan merawat mereka dengan aman.
Sebab, ada dampak buruk hewan peliharaan tertentu saat Moms memeliharanya.
Salah satu masalah kesehatan terkait hewan peliharaan terbesar adalah toksoplasmosis, parasit yang dapat dibawa dan dikeluarkan kucing dalam kotorannya.
Meskipun kemungkinan terinfeksi sangat rendah, terutama jika Moms memiliki kucing dalam ruangan, toksoplasmosis dapat berbahaya bagi bayi Moms selama (atau sebelum) kehamilan.
Tes darah sederhana tersedia yang akan mengkonfirmasi kekebalan Moms, tetapi itu tidak akan berguna kecuali Moms melakukan tes sebelum hamil.
Sebab, tes tidak cukup sensitif untuk menunjukkan apakah Moms memiliki infeksi baru atau hanya memiliki antibodi dari infeksi lama.
Diskusikan dengan dokter Moms mengenai hal tersebut dan apa yang perlu dilakukan. Sebagai tindakan pencegahan, kita mungkin bisa menyuruh anggota keluarga lain dalam membersihkan kotak pasir kucing.
Menurut Baby Center, Moms juga dapat tertular toksoplasmosis melalui berkebun (parasit dapat ditemukan di tanah) atau dengan bersentuhan dengan daging mentah atau kurang matang.
Jadi, sebagai aturan umum, bersikaplah hati-hati seperti pada kucing Moms. Cuci tangan sesering mungkin, terutama setelah menyiapkan makanan hewan dan jika Moms harus mengganti tempat sampah ataupun berkebun, pastikan untuk mengenakan sarung tangan pelindung.
Beberapa keluarga memiliki reptil, seperti kadal, ular, dan kura-kura, untuk hewan peliharaan. Beberapa hewan ini dapat membawa kuman yang membuat orang sakit. Salah satu penyakit yang mereka bawa adalah salmonellosis (juga disebut infeksi salmonella).
Menurut March of Dimes, sebagian besar infeksi salmonella berasal dari sumber makanan, seperti unggas, daging, dan telur. Tetapi infeksi salmonella dapat dikaitkan dengan reptil. Bahkan jika reptil peliharaan memiliki tes negatif untuk salmonella, itu tidak berarti hewan itu tidak terinfeksi.
Ini mungkin berarti bahwa hewan itu tidak "menunjukkan salmonella" pada hari diuji. Wanita hamil dan anak-anak di bawah usia 5 tahun berisiko lebih tinggi terkena infeksi salmonella.
Jika Moms hamil, lepaskan semua reptil peliharaan dari rumah sebelum bayi lahir. Di masa depan, tantangan dalam mengurus anak di antara peliharaan yang kita miliki akan lebih besar.
Moms tentunya harus mengajarkan Si Kecil bagaimana bersikap lembut dengan teman-teman berbulu itu. Setelah bayi mulai besar dan mengerti, banyak sekali manfaat memiliki peliharaan bagi Si Kecil lho Moms. Dampak buruk hewan saat hamil memang riskan dalam kehamilan yang dijalani.
Moms bisa menitipkan terlebih dahulu pada keluarga terdekat selama hamil atau Moms bisa memelihara binatang yang aman untuk ibu hamil, misalnya ikan hias.
Bolehkah saat hamil memelihara hewan peliharaan? Mempunyai peliharaan saat hamil diperbolehkan, namun tidak semua hewan bisa dipelihara. Pasalnya, sejumlah hewan bisa saja membawa parasit yang bisa membahayakan janin dalam kandungan. Berikut sejumlah hewan peliharaan yang harus dihindari oleh ibu hamil:
Hewan peliharaan yang perlu dihindari saat hamil yang pertama adalah hamster. Memelihara hamster saat hamil perlu dihindari, karena bisa berisiko membawa virus LCMV (Lymphocytic Choriomeningitis Virus). LCMV adalah sebuah virus yang terdapat pada hewan pengerangat.
Jika ibu hamil terinfeksi LCMV, bayi bisa mengalami kecacatan hingga meninggal. Penularan virus ini dapat melalui urin atau kotoran hamster. Gejala terinfeksi virus LCMV di antaranya adalah flu, mual, demam, nyeri otot, leher kaku, sakit kepala, muntah, kurang nafsu makan.
Anjing juga menjadi salah satu hewan yang perlu dihindari saat hamil. Memelihara anjing saat hamil bisa berisiko terkena rabies dan infeksi kutu di tubuhnya yang membahayakan ibu dan janin.
Akan berbahaya jika bulu-bulu anjing terdapat banyak bakteri kutu karena bisa menyebabkan penyakit kulit, seperti jamur. Jamun ini akan menimbulkan rasa gatal dan masalah kehamilan lainnya.
Memelihara hewan unggas saat hamil juga sebaiknya dihindari. Unggas seperti ayam, bebek, atau burung, perlu dihindari karena bisa saja terjangkit flu burung. Saat hamil memelihara burung, sebaiknya Moms memastikan bahwa unggas yang Moms pelihara di rumah sudah mendapatkan vaksin flu burung.
Selain itu, usahakan agar tempat tinggal tidak berdampingan langsung dengan tempat pemeliharaan unggas untuk menjaga kebersihan dan kesehatan rumah.
Hewan peliharaan yang perlu dihindari saat hamil selanjutnya adalah kucing. Memelihara kucing saat hamil berisiko pada infeksi toksoplasma yang bisa ditularkan dari kotoran kucing.
Bukan hanya kucing, memelihara kelinci saat hamil juga berisiko menularkan toksoplasma. Toksoplasma berakibat buruk untuk kesehatan janin, bisa menyebabkan keguguran hingga kematian.
Jenis hewan lainnya yang sebaiknya dihindari ibu hamil adalah reptil, seperti kura-kura. Kura-kura bisa menularkan bakteri salmonella yang berbahaya untuk ibu hamil dan janin, karena bisa menyebabkan diare hingga muntah-muntah.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM