30 Nov 2021
Anggraini Nurul F
0-6 bulan
0-6 bulan
Responsive feeding adalah proses mengenali tanda-tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan oleh bayi. Metode ini juga meliputi bagaimana Moms menanggapinya dengan tepat, seperti kapan harus memberi makan atau berhenti menyusui anak.
Ini merupakan proses yang bersifat interaktif dan aktif dalam hubungan Moms dan bayi.
Moms secara aktif memerhatikan Si Kecil saat makan, membaca isyarat yang ditunjukkan, dan memberikan feedback.
Pada waktu yang sama, buah hati akan berkomunikasi dengan Moms melalui minat yang ditunjukkan untuk makan atau sebaliknya.
Mengutip WHO, pemberian makan kepada bayi harus mengikuti kaidah responsive feeding.
Responsive feeding artinya memberikan MPASI pada anak dengan memerhatikan 5W1H yaitu:
Responsive feeding juga memungkinkan bayi makan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan fisiologisnya sendiri dan dapat mencegah terjadinya overfeeding alias makan berlebihan.
Dalam responsive feeding, Moms akan mengenali tanda-tanda overfeeding dan melakukan tindakan berdasarkan isyarat awal rasa lapar dan kekenyangan di akhir sesi makan.
Metode ini juga mengajarkan bahwa makanan diberikan saat bayi lapar, bukan memaksa bayi untuk makan.
Mengenalkan hal baru pada Si Kecil memang tak selalu mudah ya, Moms.
Begitupula dengan responsive feeding yang juga melibatkan Moms dalam prosesnya.
Namun tak usah bimbang, kini Moms bisa megikuti tips di bawah ini.
Melansir Harvard Medical School, ini dia tips-tips responsive feeding pada bayi:
Langkah pertama melakukan responsive feeding adalah mengenali isyarat lapar dan kenyang dari Si Kecil.
Melansir penelitian yang dikutip Healthy Children, sebagian besar orang tua cukup pandai dalam mengenali tanda-tanda lapar yang ditunjukkan bayinya.
Namun, sedikit orang tua yang tahu atau mengenali tanda kenyang.
Bahkan, kebanyakan orang tua akan terus menyuapi buah hatinya padahal si anak sudah memberikan isyarat kenyang.
Beberapa orang tua juga cenderung memaksakan buah hatinya untuk menghabiskan makanannya.
Padahal, dengan memaksakan bayi makan yang tidak sesuai keinginan dan kebutuhannya sama saja dengan mengabaikan naluri alaminya untuk makan atau berhenti makan.
Dalam jangka panjang, pemberian makan berlebih pada bayi dapat meningkatkan risiko masalah makan berlebihan dan obesitas.
Moms atau pengasuh harus sabar dan tidak memaksa dalam proses pemberian MPASI menggunakan responsive feeding.
Moms perlu cermat dalam memerhatikan tanda lapar atau kenyang pada anak. Serta perlu menghindari gangguan pengalih perhatian.
Baca Juga: Begini Cara Membuat dan Menyimpan Kaldu untuk MPASI
Pada responsive feeding, Moms yang menentukan kapan Si Kecil makan, apa yang dimakan, dan di mana ia akan makan.
Lalu bagaimana dengan Si Kecil?
Padahal, yang akan menentukan berapa banyak makanan yang dimakan dan mau tidaknya adalah dirinya sendiri.
Caranya bisa dimulai dengan berbagai cara, seperti:
Pernah lihat video viral ibu memberi makan anaknya dengan cara disuapi sambil tiduran, kemudian makanannya dituang ke mulutnya? Duh, kejam sekali, ya Moms!
Walaupun memang bukan proses yang mudah, tapi jangan pernah memaksa anak untuk makan, ya Moms.
Jika ia belum mau makan, tunggu hingga jam makan berikutnya agar ia lapar dan jangan berikan camilan atau susu sebagai pengganti makan.
Jika Si Kecil dipaksa untuk makan, hal ini bisa berakibat trauma makan yang efeknya bisa panjang ke tumbuh kembangnya hingga dewasa nanti, Moms.
Moms bisa coba gunakan MUGU Antispill Suction Bowl, Moms tidak perlu khawatir Si Kecil akan terkena tumpahan makanan saat ia makan sendiri karena karet di bagian bawah mangkuk menghisap kuat dan tidak akan membuat mangkuk makan MUGU bergeser kesana kemari
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM