28 Aug 2020
Dinda Ayu Saraswati
0-6 bulan
0-6 bulan
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan fungsional serta dinamis dengan manfaat gizi dan kesehatan untuk neonates dan bayi.
ASI memiliki khasiat imunologi yang kuat, melindungi Si Kecil dari penyakit pernapasan, infeksi telinga tengah, dan penyakti gastro-intestinal.
Selain itu jurnal Early Human Development, mengungkapkan ASI juga memiliki dampak kesehatan seumur hidup, seperti efek perlindungan terhadap diabetes mellitus, obesitas, hyperlipidemia, hipertensi, penyakit kardiovaskular, autoimunitas, dan asma.
ASI sendiri memberikan nutrisi yang optimal untuk Si Kecil. Berapa banyak rahasia lain yang dikandungnya?
Nah, tahukah Moms banyak yang mengklaim bahwa ASI menjadi pengobatan alternatif untuk infeksi mata, atau konjungtivitis. Namun, apakah benar mata bila bayi belekan ditetesi ASI bisa sembuh?
Si Kecil yang baru lahir konjungtivitis mengalami drainase dari mata dalam satu hari hingga dua minggu setelah lahir.
Dilansir dari Center of Disease Control and Prevention, konjungtivitis pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh saluran air mata yang tersumbat, iritasi yang disebabkan oleh antimikroba topikal yang diberikan saat lahir, atau infeksi virus atau bakteri yang ditularkan dari ibu ke bayinya saat melahirkan. Lalu, benarkah mata bayi belekan ditetesi ASI mampu mengatasinya?
Menurut Journal of Tropical Pediatrics, sebuah studi dilakukan di India, dengan melibatkan 51 bayi baru lahir dan diberi tetes kolostrum selama 3 hari, sementara 72 bayi baru lahir tidak menerima perawatan mata sama sekali.
Sekitar 35 persen bayi yang tidak diberi dan 6 persen bayi kolostrum mengembangkan infeksi mata yang terlihat selama percobaan.
Sekilas, hasi lini membuat kolostrum seperti pencegah infeksi yang hebat. Sayangnya, studi ini memiliki masalah desain sehingga datanya tidak terlalu berguna.
Studi dari International Journal of Environmental Research and Public Health, menunjukkan minat yang tinggi pada aplikasi ASI non-gizi ditunjukkan di antara ibu-ibu Polandia yang menyusui.
Karena tingkat kesiapan yang tinggi untuk menggunakan metode praktik yang direkomendasikan di forum online, ada kebutuhan untuk mendidik orang tua tentang kemungkinan risiko dan untuk menyoroti pentingnya konsultasi medis untuk memulai pengobatan yang memadai.
Lalu, menurut studi tersebut mata bayi belekan ditetesi ASI hanyalah berdasarkan pengalaman pribadi semata.
Pengalaman tersebut dijadikan bukti anekdot yang memastikan keefektifan ASI dalam pencegahan dan pengobatan penyakit selaput lendir merupakan argumen yang cukup bagi para ibu untuk menggunakan metode yang ditemukan di internet.
Kemudian, ada kebutuhan akan informasi yang dapat dipercaya yang memverifikasi manfaat dan risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan ASI untuk tujuan terapeutik pada selaput lendir. Penelitian ilmiah lebih lanjut di bidang ini harus dilakukan.
Penelitian dari University of California bahkan mengemukakan bahwa mata bayi belekan ditetesi ASI hanya memasukkan bakteri baru ke dalam mata. Untuk penelitian tersebut, ASI dikumpulkan dari 23 ibu sehat di rumah sakit San Francisco.
ASI tersebut diuji efeknya pada penyebab umum mata merah dan juga dibiakkan untuk menemukan bakteri yang sudah ada di dalam susu. ASI memiliki efek kecil pada beberapa jenis bakteri, tetapi tidak bekerja sebaik antibiotik. Dan bakteri yang sudah ada di dalam ASI dapat menyebabkan infeksi mata serius lainnya.
Setelah mengetahui pengobatan mata bayi belekan ditetesi ASI masih belum diperkuat sama sekali.
Moms pun harus mengetahui Jenis infeksi atau konjungtivitis bayi baru lahir yang paling umum meliputi:
Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan inklusi konjungtivitis dan infeksi genital (klamidia).
Wanita dengan klamidia yang tidak diobati dapat menularkan bakteri tersebut ke bayinya saat melahirkan.
Gejala konjungtivitis inklusi termasuk kemerahan pada mata, pembengkakan pada kelopak mata, dan keluarnya nanah. Gejala cenderung muncul 5 hingga 12 hari setelah lahir.
Sekitar setengah dari bayi baru lahir dengan konjungtivitis klamidia juga mengalami infeksi di bagian lain tubuh mereka.
Bakteri dapat menginfeksi paru-paru dan nasofaring (di mana bagian belakang hidung terhubung ke mulut).
Neisseria gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis gonokokal, serta infeksi menular seksual yang disebut gonore.
Wanita dengan gonore yang tidak diobati dapat menularkan bakteri tersebut ke bayinya saat melahirkan.
Gejala biasanya berupa mata merah, nanah kental di mata, dan pembengkakan pada kelopak mata. Jenis konjungtivitis ini biasanya dimulai sekitar 2 hingga 4 hari setelah lahir.
Ini dapat dikaitkan dengan infeksi serius pada aliran darah (bakteremia) dan lapisan otak dan sumsum tulang belakang (meningitis) pada bayi baru lahir.
Baca Juga: Mata Bayi Belekan, Ini Dia Penyebab & Penanganannya
Saat obat tetes mata diberikan kepada bayi baru lahir untuk membantu mencegah infeksi bakteri, mata bayi baru lahir dapat mengalami iritasi. Ini dapat didiagnosis sebagai konjungtivitis kimiawi.
Konjungtivitis kimiawi biasanya berupa mata merah ringan dan beberapa pembengkakan pada kelopak mata. Gejala cenderung berlangsung hanya selama 24 hingga 36 jam.
Virus dan bakteri selain Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis.
Misalnya, bakteri yang biasanya hidup di vagina wanita dan tidak ditularkan secara seksual dapat menyebabkan konjungtivitis.
Selain itu, virus penyebab herpes genital dan oral dapat menyebabkan konjungtivitis neonatal dan kerusakan mata yang parah.
Sang ibu mungkin menularkan virus tersebut ke bayinya saat melahirkan.
Namun, konjungtivitis herpes lebih jarang terjadi dibandingkan konjungtivitis yang disebabkan oleh gonore dan klamidia. Gejala biasanya berupa mata merah dan kelopak mata bengkak dengan nanah.
Jika saluran air mata yang tersumbat menyebabkan konjungtivitis, pijatan lembut dan hangat antara mata dan area hidung dapat membantu.
Jika saluran air mata yang tersumbat tidak sembuh pada usia 1 tahun, bayi baru lahir mungkin memerlukan pembedahan.
Perawatan untuk penyebab umum konjungtivitis pada mata bayi adalah sebagai berikut:
Dokter biasanya menggunakan antibiotik oral untuk mengobati konjungtivitis inklusi.
Dokter biasanya memberikan antibiotik intravena (IV) untuk mengobati konjungtivitis gonokokal.
Jika tidak diobati, bayi baru lahir dapat mengalami ulserasi kornea (luka terbuka di kornea) dan kebutaan.
Karena jenis konjungtivitis ini disebabkan oleh iritasi kimiawi, pengobatan biasanya tidak diperlukan. Bayi baru lahir biasanya akan membaik dalam 24 hingga 36 jam.
Dokter biasanya memberikan tetes atau salep antibiotik untuk mengatasi konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri selain Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae.
Untuk konjungtivitis bakteri dan virus, kompres hangat pada mata dapat meredakan pembengkakan dan iritasi. Pastikan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh mata yang terinfeksi.
Menurut American Academy of Ophthalmology, diperkirakan hampir 20 persen bayi baru lahir memiliki saluran air mata yang tersumbat sehingga menyebabkan mata bayi belekan, tetapi kondisi tersebut biasanya sembuh dengan sendirinya dalam waktu empat hingga enam bulan.
Sedangkan, pada orang dewasa, penyumbatan saluran air mata dapat terjadi akibat infeksi mata, pembengkakan, cedera, atau tumor dan hal ini butuh konsultasi lebih lanjut ke dokter untuk penanganan.
Terakhir dilansir dari All About Vision, jika mata Si Kecil mengeluarkan cairan kuning atau hijau pekat, atau ada kemerahan dan bengkak di sekitar mata, ini bisa mengindikasikan infeksi mata yang harus segera dievaluasi oleh dokter mata bukan dengan cara mengatasi mata bayi belekan dengan ASI.
Itu dia Moms ulasan mengenai mata belekan pada bayi yang ditetesi ASI. Bila Si Kecil mengalami masalah belekan, lebih baik konsultasikan ke dokter ya, Moms. (Sumber: orami)
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM