17 Apr 2020
Intan
0-6 bulan
0-6 bulan
Salah satu hal yang dikhawatirkan oleh ibu hamil adalah kelahiran prematur. Terlebih lagi, faktanya, penyebab bayi lahir prematur adalah hal-hal yang sering disepelekan dalam kaitannya dengan kesehatan.
Agar Moms tak khawatir berlebihan, simak artikel Mamapedia berikut ini, yuk! Mamapedia akan membahas beragam penyebab bayi lahir prematur sehingga Moms bisa mengantisipasinya sejak dini.
Kelahiran prematur atau premature labor adalah kelahiran yang terjadi terlalu dini sebelum hari perkiraan lahir (HPL) tiba. Kelahiran bisa dikatakan prematur apabila terjadi lebih awal 3 minggu sebelum HPL, atau pada usia kandungan di bawah 37 minggu.
Pada beberapa kasus, kelahiran prematur tidak mengganggu perkembangan bayi setelah ia hidup di dunia. Namun, bayi yang lahir secara prematur tentu memerlukan proteksi serta perawatan ekstra, khususnya dalam pemenuhan nutrisinya. Sebab, bayi yang lahir prematur tergolong lahir dengan berat badan rendah.
Namun, kelahiran prematur juga tidak menutup kemungkinan adanya risiko gangguan kesehatan saat bayi tumbuh. Misalnya, pertumbuhannya lebih lambat, masalah paru-paru, masalah penglihatan dan pendengaran, hingga risiko cerebral palsy.
Dikutip dari laman Orami, kelahiran prematur dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Mamapedia mencoba merangkumnya untuk Moms, sekaligus memberikan tips untuk cara pencegahannya.
Merokok, minum alkohol, dan kurangnya asupan makanan bergizi selama kehamilan bisa menjadi salah satu faktor kelahiran prematur. Untuk mencegahnya, pastikan Moms selalu memperhatikan setiap nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, ya.
Moms juga wajib melengkapinya dengan istirahat dan tidur yang cukup, serta olahraga yang teratur. Ada banyak olahraga sederhana yang bisa Moms lakukan selama hamil, seperti senam, yoga, ataupun renang.
Adanya riwayat penyakit yang menyebabkan komplikasi kehamilan dapat mengakibatkan risiko kelahiran prematur, Moms. Beberapa diantaranya seperti plasenta previa, tekanan darah tinggi yang berlanjut menjadi preeklampsia, diabetes, gangguan pembekuan darah, hingga infeksi.
Menerapkan pola hidup sehat serta rutin kontrol ke dokter kandungan sesuai dengan jadwalnya adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Tak jarang, banyak persalinan prematur yang terjadi secara berulang karena ibu hamil pernah mengalaminya sebelumnya.
Riwayat persalinan prematur juga bisa diturunkan dari genetik. Misalnya, saat ibu Moms pernah mengalami persalinan prematur, maka Moms juga memiliki risiko untuk mengalami persalinan prematur.
Saat Moms mengandung anak kembar, rahim Moms akan menyesuaikan ukuran janin. Faktanya, rahim yang terlalu besar juga menjadi salah satu faktor kelahiran prematur, lho, Moms.
Jika Moms adalah salah satu yang mengandung bayi kembar, pastikan Moms lebih ekstra menjaga kehamilan Moms, ya. Pantau terus perkembangan kehamilan Moms dan konsultasikan secara rutin dengan dokter kandungan.
Tak lupa, selalu penuhi nutrisi untuk kesehatan Moms dan calon bayi, ya!
Kehamilan melalui bayi tabung juga memiliki risiko prematur. Meski jarang terjadi, namun hal ini tetap harus Moms waspadai.
Ketika Moms mendapatkan kehamilan melalui bayi tabung, Moms juga wajib melakukan upaya ekstra untuk menjaga kehamilan. Kontrol kondisi janin di dalam kandungan melalui USG (ultrasonografi) secara rutin adalah salah satunya.
Moms yang pernah mengalami keguguran, khususnya keguguran berulang, sangat rentan terhadap risiko kelahiran prematur. Hal ini bisa disebabkan karena struktur rahim atau serviks yang terganggu.
Ibu hamil yang mengalami stres, depresi, trauma, serta cidera saat hamil juga berisiko terhadap proses persalinan prematur.
Kondisi stres menyebabkan pelepasan hormon pemicu kontraksi terjadi sebelum waktunya, sehingga menyebabkan kontraksi dini.
Untuk mengurangi stres saat hamil, Moms wajib mendapatkan support system yang baik, ya! Hal ini juga bermanfaat untuk mencegah baby blues, lho, Moms.
Moms yang hamil di bawah 17 tahun atau terlalu muda, serta kehamilan di atas 35 tahun, berisiko terhadap kelahiran prematur.
Meski tak semua Moms mengalaminya, namun faktor kesehatan serta kesiapan rahim menjadi inti utama dari faktor ini.
Perawatan prenatal adalah hal yang penting dan berpengaruh langsung pada kesehatan Moms serta janin. Beberapa diantaranya ialah kebersihan vagina, kebersihan mulut, hingga kebersihan kulit.
Namun, ketika melakukan perawatan, Moms perlu berhati-hati agar tidak mengganggu pertumbuhan janin di dalam kandungan. Pastikan semua langkah serta produk perawatan yang Moms gunakan sudah teruji aman untuk ibu hamil dan menyusui, ya.
Paparan zat kimia berbahaya dalam produk perawatan bisa menghambat perkembangan janin di dalam kandungan lho, Moms. Tidak optimalnya perkembangan janin bisa berisiko menyebabkan kelahiran prematur.
Namun sekarang, Moms tak perlu khawatir lagi khususnya dalam menjaga kesehatan kulit selama kehamilan. MOOIMOM Belly Cream dapat menjadi pilihan Moms untuk melembabkan, menghidrasi, serta mencegah munculnya stretch mark sebelum hingga setelah melahirkan.
Tak hanya digunakan di perut dan bagian lipatan tubuh saja, Moms juga bisa menggunakan MOOIMOM Belly Cream sekaligus sebagai krim wajah, lho! Krim pelembab ini memang didesain multifungsi dengan bahan-bahan alami seperti ekstrak edelweiss, croton lechieri extract, minyak biji kakao maroko, serta collagen essence.
Formula produk MOOIMOM Belly Cream teruji aman untuk ibu hamil dan menyusui, ya! Selain teksturnya yang ringan dan mudah meresap, MOOIMOM Belly Cream juga tidak mengandung zat kimia berbahaya. Moms bisa mengeceknya bahwa MOOIMOM Belly Cream ini bebas paraben dan bebas alkohol!
Tertarik untuk mencobanya, Moms? Segera klik di sini, yuk!
Selamat menjaga kehamilan dengan sehat dan bahagia ya, Moms :)
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM