Pengertian Retensio Plasenta, Faktor Risiko dan Penanganannya

calendar icon

09 Jul 2021

author icon

Ika

category icon

Pengertian Retensio Plasenta, Faktor Risiko dan Penanganannya

Masa-masa kehamilan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang janin. Selama periode sembilan bulan kehamilan, Moms memang perlu ekstra hati-hati. Terlebih jika calon ibu didiagnosis dengan retensio plasenta.

Retensio plasenta menandai ari-ari yang tertahan di dalam rahim hingga 30 menit sesudah melahirkan. Ketika retensio plasenta terjadi, persalinan tak hanya untuk melahirkan bayi, melainkan juga plasenta. Maka kerap disebut tiga tahap perslainan. Pertama adalah kontraksi. Kedua, proses persalinan. Dan, ketiga, mengeluarkan plasenta.

 

Berdasarkan kondisi ari-ari, retensio plasenta dibagi menjadi tiga:

    Retensio plasenta saat plasenta tidak terpisah secara spontan dari rahim dalam waktu 30 menit sejak bayi dilahirkan. Ini merupakan jenis retensi plasenta yang paling umum.

    Plasenta yang terperangkap terjadi saat plasenta terlepas dari rahim, tetapi tidak secara spontan meninggalkan rahim.

    Plasenta akreta terjadi ketika plasenta tumbuh ke dalam lapisan rahim yang lebih dalam dan tidak dapat lepas secara spontan dari rahim. Ini merupakan jenis plasenta yang paling berbahaya dan dapat menyebabkan histerektomi dan transfusi darah.

 

Faktor Risiko Retensio Plasenta

Tertahannya sebagian atau seluruh plasenta di dalam tubuh hingga satu jam setelah proses persalinan usai, merupakan gejala utama retensi plasenta. Bila plasenta masih tertinggal di dalam rahim, gejala lain akan muncul sehari setelah persalinan, seperti perdarahan hebat, nyeri yang berlangsung lama, demam, keluar cairan dan jaringan berbau tidak sedap dari vagina.

retensio plasenta

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memunculkan potensi retensio plasenta.

    Bayi yang meninggal pada saat dilahirkan.

    Terjadi kontraksi rahim yang kuat.

    Ukuran plasenta sangat kecil.

    Pengalaman melahirkan lebih dari lima kali.

    Pernah menjalani operasi bedah rahim.

    Kondisi plasenta tertanam hingga memasuki keseluruhan lapisan otot pada rahim.

    Kehamilan pada wanita di atas usia 30 tahun.

    Pernah mengalami retensio plasenta pada kelahiran sebelumnya.

    Persalinan yang prematur, pada usia kehamilan di bawah 34 minggu.

    Respons terhadap suntikan induksi atau obat tambahan saat proses persalinan berlangsung.

    Plasenta tertanam dalam rahim akibat penyempitan yang terjadi di mulut rahim.

    Kehamilan ganda yang memerlukan implasi plasenta yang luas.

Baca juga: 4 Faktor Risiko Retensio Plasenta, Ketika Ari-Ari Tertahan di dalam Rahim

 

Penanganan retensi plasenta bertujuan untuk mengeluarkan plasenta dari dalam rahim, menggunakan sejumlah metode antara lain:

· Mengeluarkan plasenta dari rahim menggunakan tangan. Prosedur ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat meningkatkan risiko infeksi.

· Menggunakan obat-obatan. Beberapa obat bentuk suntik seperti ergometerine, methylergometrine atau oksitosin, dapat digunakan untuk membuat rahim berkontraksi, sehingga bisa mengeluarkan plasenta.

Baca juga: Larangan Ibu Hamil dengan Plasenta Previa

· Dokter akan menyarankan pasien untuk sering berkemih. Hal ini karena kandung kemih yang penuh dapat mencegah keluarnya plasenta.

· Dokter juga akan menyarankan pasien agar segera menyusui, untuk memicu pelepasan hormon yang dapat meningkatkan kontraksi rahim dan membantu plasenta keluar.

Semoga persalinan berjalan lancar tanpa kendala dan gangguan pada ari-ari, ya. Jangan lupa melengkapi nutrisi pascamelahirkan dengan Prenavita Honey Lychee. Suplemen pendukung semasa menyusui ini dapat diperoleh lewat situs Mooimom, Penyedia kebutuhan terbaik bagi ibu dan anak.

suplemen menyusui


Bagikan Artikel


Artikel Terkait

Shop at MOOIMOM