01 Sep 2021
Anggraini Nurul F
0-6 bulan
0-6 bulan
Hipotonia adalah kondisi yang ditandai dengan tubuh yang sulit digerakkan dan terasa lemas, terutama pada siku dan lutut yang membuatnya sulit ditekuk.
Hipotonia merupakan kondisi yang terjadi karena tonus otot yang buruk dan biasanya terdeteksi saat bayi baru lahir.
Umumnya kondisi ini juga disebut sebagai sindrom floppy.
Penyebab dari hipotonia pada bayi ini masih menjadi perdebatan. Para ahli mengatakan ini karena pengaruh kekuatan otot, saraf motorik, dan sel otak yang tidak berfungsi.
Jika kondisi ini tidak mendapat perhatian penuh, akan berakibat fatal pada kelangsungan hidup Si Kecil.
Gejala hipotonia pada bayi memang bervariasi. Setiap anak mungkin mengalami gejala yang berbeda.
Gejala bervariasi tergantung pada penyebab masalah yang mendasarinya.
Mengutip Boston's Children Hospital, adapun beberapa gejala umum yang bisa dilihat pada bayi seperti:
Selain itu, gejala juga dapat dilihat dari tingkat kecerdasan pada anak. Anak-anak dengan hipotonia kongenital jinak mungkin tidak mengalami keterlambatan perkembangan.
Namun, anak dengan tingkatan hipotonia lebih parah, akan mengalami sebaliknya.
Gejala dari hipotonia pada bayi dengan penyakit lainnya sering berdampingan atau terlalu mirip.
Oleh karena itu ,perlu pemeriksaan oleh dokter ahli untuk tahu gejala pastinya.
Hipotonia atau penurunan fungsi otot disebabkan oleh sejumlah masalah, bisa berupa faktor neurologis atau non-neurologis.
Melansir National Health Services, kondisi neurologis adalah kondisi yang mempengaruhi saraf dan sistem saraf.
Untuk berfungsi secara normal, otot bergantung pada sinyal dari saraf motorik.
Sinyal-sinyal ini dapat menjadi terganggu pada tingkat otak dan sumsum tulang belakang yang mengakibatkan kondisi hipotonia pada bayi.
Hipotonia dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk yang melibatkan sistem saraf pusat, kelainan otot, dan kelainan genetik.
Beberapa penyebab umum hipotonia, seperti:
Kondisi ini juga sering terjadi pada anak yang mengidap celebral palsy. Ini adalah sejumlah masalah terkait saraf otak yang memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh.
Dalam beberapa kasus, bayi yang lahir prematur mengalami hipotonia karena tonus otot mereka belum sepenuhnya berkembang pada saat mereka lahir.
Jika Si Kecil telah didiagnosis menderita hipotonia, harus dirujuk lebih lanjut untuk proses penanganan yang tepat.
Biasanya riwayat kesehatan bayi akan ditanyakan terkait kehamilan hingga proses persalinan.
Sejumlah tes juga akan dilakukan termasuk tes darah, CT scan, atau MRI scan.
Perawatan bayi dengan kondisi ini tentu tergantung pada tingkat keparahannya.
Salah satu cara mengatasi hipotonia pada bayi yakni dengan rutin melakukan terapi dan rangsangan untuk menstimulasi geraknya.
1. Belajar Merangkak
Melatih bayi merangkak adalah satu cara mengatasi hipotonia pada bayi.
Membiarkan anak melintasi permukaan alas yang berbeda atau kasar akan membantu saraf ototnya untuk berfungsi dengan baik.
Sediakan alas seperti karpet atau matras bermain yang bertekstur untuk anak merangkak. Ini bertujuan merangsang saraf anak dalam bergerak.
Sejumlah jenis tekstur alas yang bisa dipakai, contohnya:
2. Terapi Berdiri
Anak dengan hipotonia perlu beberapa terapi dalam mendukung fungsi ototnya.
Mengajarkan anak berdiri merupakan salah satu cara mengatasi hipotonia dengan alami.
Rajin-rajinlah melatih anak untuk dapat berdiri di hadapan Moms dan Dads.
Berikan dukungan seperti pelukan atau ciuman agar Si Kecil merasa didukung penuh.
Moms bisa memulainya dari hal sederhana, misalnya berdiri setelah duduk, ataupun berdiri dengan pegangan di meja rendah.
Melansir NAPA Center, berlutut juga menjadi salah satu kemajuan dalam proses anak berdiri. Jadi, jangan berkecil hati jika anak baru sampai tahap ini.
Jika anak sulit untuk berdiri, bantulah dengan menggunakan bangku rendah atau bantal untuk menopang tangannya.
3. Stimulasi Sensorik
Cara lain mengatasi hipotonia pada bayi yaitu dengan menstimulasi sarafnya. Ini meliputi respons penglihatan, suara, sentuhan, penciuman, dan rasa.
Kenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya mulai dari hal sederhana. Seperti memutarkan alat musik yang bisa mengasah pendengarannya.
Untuk merangsang penciuman, bisa dengan mengenalkan anak aroma essential oil yang menenangkan.
Ini akan melatih otak anak dalam merangsang kemampuan sensorik tubuhnya.
4. Terapi Wicara
Kesulitan berbicara menjadi salah satu gejala dari hipotonia pada bayi.
Untuk itu, cara mengatasinya yakni dengan terapi wicara oleh seorang ahli di bidangnya.
Terapi wicara bahasa akan membantu masalah pernapasan, berbicara, dan menelan pada bayi.
Selain oleh terapis khusus, Moms juga bisa kok melatihnya dengan mengajak bayi bernyanyi hingga menirukan suara hewan.
Carilah board book atau buku bergambar yang sesuai dengan usianya yang mendorong anak-anak untuk melihat dan menyebutkan gambar-gambar tersebut.
5. Fisioterapi
National Health Services merekomendasikan fisioterapi sebagai cara lain mengatasi hipotonia pada bayi.
Fisioterapis akan membantu tonus otot anak untuk melakukan serangkaian fungsi dan gerak tubuh.
Dalam mengobati hipotonia, tujuan utama fisioterapi adalah untuk:
Fisioterapi turut mencakup serangkaian latihan untuk dilakukan anak setiap harinya.
Nantinya, ahli fisioterapi akan menyesuaikan pengobatan yang dilakukan sesuai dengan kondisi Si Kecil.
Dalam beberapa kasus, bayi atau balita dengan kondisi parah mungkin memerlukan kursi roda untuk aktivitas sehari-hari.
Karena kondisi ini membuat persendian menjadi sangat longgar, dislokasi persendian juga sering terjadi.
Gips juga dapat membantu mencegah dan memperbaiki cedera pada persendian anak.
Moms bisa gunakan MUGU Folding Play Mat untuk alat bantu stimulasi Si Kecil yah Moms.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM