14 Oct 2021
Anggraini Nurul F
Trimester Pertama
Trimester Pertama
Sebuah penelitian dari Association for Psychological Science menemukan bahwa janin yang berumur enam bulan bisa merasakan emosi yang sedang ibu rasakan. Kondisi janin saat ibu menangis, ketika seorang ibu menangis karena atau stres, bayi juga ikut mengalami kecemasan yang luar biasa. Ia bisa mengusap wajahnya seperti orang dewasa yang sedang mengalami stres. Hal ini terjadi karena pada saat ibu merasa tertekan, tubuh akan menghasilkan hormon stres yang akan disalurkan ke janin melalui plasenta.
Semakin sering ibu merasa khawatir atau cemas, semakin banyak pula hormon stres yang dihasilkan dan disalurkan ke janin. Bila janin terus menerus mendapatkan hormon stres, kondisi janin saat ibu menangis akan mengalami stres kronis. Padahal selama di dalam kandungan, janin sedang mengalami berbagai proses perkembangan termasuk salah satunya perkembangan sistem sarafnya.
1. Memengaruhi Perkembangan Psikis Janin
Kondisi janin saat ibu menangis karena stres akan berdampak pada kondisi psikologis anak nantinya ketika mereka sudah beranjak besar. Hal ini karena perasaan sedih ibu juga akan membuat Si Kecil menjadi tidak nyaman. Bila sejak masih di kandungan bayi sudah merasakan stres dari ibu, maka bukan tidak mungkin Si Kecil akan tumbuh menjadi anak yang cengeng atau penakut.
2. Menghambat Perkembangan Fisik Janin
Tidak hanya perkembangan psikis janin saja yang akan terganggu bila ibu sering menangis, perkembangan fisiknya pun juga ikut terpengaruh. Ibu yang menangis karena merasa depresi akan menyebabkan berat badan bayi menjadi rendah saat dilahirkan. Hal ini terjadi karena menangis membuat aliran darah yang disalurkan ke bayi menjadi tidak lancar, sehingga pertumbuhan janin pun jadi terhambat.
3. Berkurangnya Suplai Oksigen Ke Janin
Kondisi janin saat ibu menangis saat ibu menangis karena stres, ikatan pembuluh darah akan semakin menguat karena produksi hormon norepinephrine yang meningkat. Hal ini menyebabkan sirkulasi oksigen ke janin menjadi berkurang, sehingga menghambat perkembangannya.
4. Meningkatkan Risiko Lahir Prematur
Berada dalam kondisi stres hingga menangis terus menerus saat hamil juga bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur. Hal ini karena saat stres, plasenta akan menghasilkan banyak hormon pelepas kortikotropin (CRH), yang merupakan hormon pengatur jangka waktu kehamilan. Bila hormon ini terus menerus diproduksi oleh plasenta, maka ibu berisiko melahirkan jauh lebih cepat dari waktu yang seharusnya.
5. Janin kekurangan nutrisi
Bila ibu hamil menangis terus-menerus, ia bisa mengalami stres berat, kecemasan, hingga depresi. Kondisi-kondisi tersebut dapat berpengaruh pada kesehatan ibu, seperti sulit tidur dan nafsu makan menurun.
Jika hal ini terjadi, tubuh ibu akan kekurangan energi dan nutrisi. Padahal, nutrisi sangat dibutuhkan oleh ibu hamil bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk tumbuh kembang janin.
6. Tubuh kekurangan energi
Selain kekurangan nutrisi, menangis berkepanjangan dapat menguras energi. Bukan hanya membuat ibu hamil kelelahan, kekurangan energi juga dapat menghambat perkembangan janin.
Terlebih lagi saat hamil, kebutuhan energi ibu mengalami peningkatan yang cukup drastis.
7. Dehidrasi atau kekurangan cairan
Pada kondisi tertentu, air mata mungkin perlu untuk membersihkan mata dari debu dan kotoran. Namun, saat ibu hamil menangis berkepanjangan, air mata yang terus menerus dikeluarkan dapat membuat tubuh ibu kekurangan cairan. Selain membuat ibu kehausan dan kelelahan, kurangnya cairan juga dapat mengurangi suplai darah ke janin.
8. Mengganggu proses perkembangan saraf bayi
Kondisi janin saat ibu menangis , janin mengalami stres kronis akibat ketidakseimbangan hormon. Kondisi ini dapat menghambat perkembangan sistem sarafnya. Hal ini berdasarkan penelitian dari University of California-Irvine dan Association for Psychological Science. Studi tersebut menjelaskan adanya risiko gangguan saraf pada bayi yang dikandung oleh ibu hamil yang menangis karena stres.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM