13 Feb 2021
Ika
0-6 bulan
0-6 bulan
Warna kotoran (feses) bayi kerap berubah selama satu tahun pertama kehidupannya. Ragam warnanya menjadi salah satu indikator kesehatan si kecil. Bayi yang mengonsumsi air susu ibu (ASI) secara eksklusif biasanya mengeluarkan kotoran bertekstur sangat lembek, berair, hingga berserat. Kondisi ini tergolong normal. Sementara, feses bayi yang diberi susu formula cenderung lebih padat.
Setiap bayi memiliki frekuensi buang air besar ( BAB) yang berbeda. Sebagai contoh bayi baru lahir dengan ASI eksklusif. BAB akan terjadi setiap bayi selesai menyusu dan ini adalah hal normal. Kemudian, setelah usia enam minggu, biasanya bayi akan makin jarang BAB. Lalu, untuk bayi yang diberi susu formula, frekuensi BAB-nya sekali sehari. Kurang dari ini, bisa mengindikasikan si kecil mengalami sembelit.
Jika bayi tidak menunjukkan gejala sakit perut dan tidak nyaman di perut, tak ada yang perlu dicemaskan. Namun tak semua bayi cocok minum susu formula, beberapa gangguan pencernaan terjadi seperti diare, gatal-gatal, mudah rewel, demam, hingga masalah serius lainnya.
Penting bagi orang tua untuk mengenali tekstur feses bayi tidak cocok susu formula. Ada beberapa kasus ditemukan anak yang tidak cocok dengan susu formula, akibatnya pencernaan terganggu. Normalnya warna feses bayi adalah kuning dan coklat gelap dalam beberapa hari awal mengonsumsi susu formula.
Memang, setiap bayi bentuk fesesnya berbeda-beda. Ini tergantung pada makanan dan minuman yang dikonsumsi, dan itu semua adalah hal yang normal. Warna feses hijau pada bayi mungkin akan mengejutkan untuk sebagian Moms. Namun tenang saja, warna feses ini menunjukkan bahwa bayi mengonsumsi susu formula yang mengandung banyak zat besi.
Bayi ASI setelah melalui fase mekonium, fesesnya akan berubah menjadi kuning yang berarti ASI terserap dengan baik oleh tubuh mungilnya. Namun pada bayi susu formula, warna kuning ini tidak muncul dan justru cokelat terang seperti selai kacang. Namun, bisa juga cokelat kekuningan, bahkan kehijauan. Tidak perlu khawatir dengan warna-warna ini karena ini menandakan Si Kecil sehat.
Kotoran bayi yang berwarna hijau bertekstur encer hingga berair sebenarnya masih terbilang normal. Namun, tak jarang bisa juga sebaliknya untuk mengetahui ada masalah atau tidak bisa dilaukan dengan mengecek frekuensi BAB bayi, apakah lebih sering dari biasanya atau tidak. Bila frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering, misalnya dari tiga kali menjadi enam kali dalam sehari, kemungkinan si kecil sedang diare. Kondisi tersebut umumnya disebabkan bayi salah makan atau mengalami alergi terhadap suatu zat makanan. Diare parah juga dapat mengindikasi gangguan kesehatan serius, misalnya virus atau infeksi bakteri.
Sama dengan hijau yang encer, kuning kecokelatan dan juga encer merupakan indikasi Si Kecil terserang diare. Namun, jika tekstur feses keras, ini menandakan bayi mengalami konstipasi dan tergolong normal.
Segera bawa bayi ke dokter apabila ia mengeluarkan kotoran berwarna merah. Pasalnya, kondisi ini mengartikan feses telah terkontaminasi dengan darah. Kemungkinannya, bayi tengah mengalami infeksi, alergi, pendarahan usus, atau konstipasi (sembelit). Untuk membantu dokter memastikan penyakit yang diderita bayi, jangan lupa bawa popok yang terdapat kotoran darah.
Meski jarang terjadi, apabila bayi tiba-tiba BAB berwarna putih, segera konsultasikan dengan dokter. Kondisi tersebut umumnya mengindikasi si kecil tengah mengalami gangguan hati atau empedu. Selain warna kotoran, Moms juga perlu memperhatikan berat badan bayi. Namun, agar lebih pasti, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.
Untuk mengatasi sembelit pada bayi, perlu dibedakan menurut kelompok umurnya. Berbeda dengan orang dewasa, kondisi fisik bayi pada tiap perkembangan usianya akan berbeda-beda. Namun pada bayi yang masih hanya mengonsumsi susu formula, diskusikan dulu dengan dokter untuk mengubah takaran susu formula. Biasanya kalau anak tetap aktif dan tidak mengalami sembelit, dokter belum akan menyarakan untuk mengganti susu formula yang dikonsumsi.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM