Ciri-ciri Alergi Debu pada Bayi dan Cara Mengatasinya

calendar icon

20 Nov 2021

author icon

Anggraini Nurul F

category icon

0-6 bulan

Ciri-ciri Alergi Debu pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Alergi debu pada bayi merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi. Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk mengetahui penyebab dan cara menangani alergi yang dialami bayi agar gejala yang muncul dapat segera teratasi.

Tak hanya orang dewasa, bayi juga dapat memiliki alergi terhadap makanan yang mereka konsumsi, benda-benda yang mereka sentuh, dan partikel halus yang mereka hirup di dalam rumah atau di luar ruangan.

Namun, orang tua sering kali merasa kesulitan menentukan apa penyebab alergi pada bayi, karena ia belum dapat menjelaskan gejala yang dialami. Oleh karena itu orang tua harus lebih cermat untuk memperhatikan gejala alergi debu pada bayi  yang dapat dialami bayi.

Ciri-ciri Alergi Debu pada Bayi

alergi debu pada bayi

Bayi yang mengalami alergi debu pada bayi akan menunjukkan beberapa gejala berikut ini:

  • Bengkak pada wajah, bibir, dan lidah
  • Muntah
  • Diare
  • Kulit gatal atau melepuh
  • Batuk-batuk atau bersin-bersin
  • Kulit memerah atau ruam
  • Susah bernapas
  • Hilang kesadaran atau pingsan

Cara Mengatasi Alergi pada Bayi

Jika Si Kecil menunjukkan gejala seperti yang telah disebutkan di atas, segera bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan. Jika hasil pemeriksaan menyatakan Si Kecil menderita alergi, dokter dapat memberikan saran dan penanganan, seperti:

1. Menghindarkan bayi dari pemicu alergi

Dokter akan mengidentifikasi zat yang memicu alergi pada Si Kecil. Dengan mengetahui pemicunya, Anda dapat menghindarkan Si Kecil dari paparan zat tersebut.


Baca Juga:
Kenali Gejala Alergi Dingin Pada Anak dan Cara Mengatasinya


bannerbanner

2. Menjaga kebersihan rumah

Jika Si Kecil menderita alergi debu, tungau, atau jamur, disarankan untuk selalu menjaga kebersihan rumah. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kebersihan rumah adalah:

  • Ganti dan cuci sprei bayi setidaknya seminggu sekali.
  • Cucilah mainan anak secara rutin dengan air panas.
  • Jangan biarkan hewan peliharaan masuk ke dalam kamar bayi.
  • Buka jendela rumah agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.
  • Hindari penggunaan karpet karena dapat menjadi sarang debu atau tungau.

3. Memberikan bayi makanan bergizi

Jika memungkinkan, berikan Si Kecil ASI eksklusif setidaknya selama 6 bulan pertama hidupnya guna menurunkan risiko alergi. Akan lebih baik bila ASI tetap diberikan setelah bayi berusia 6 bulan.

4. Meresepkan obat

Obat antihistamin dan hidrokortison juga dapat digunakan untuk meredakan alergi pada bayi. Pemakaian obat tersebut tentunya harus berada di bawah pengawasan dokter atau dokter spesialis anak.

Jangan lupa, bawa bayi ke dokter untuk pemeriksaan rutin setidaknya 6 kali sebelum ulang tahun pertamanya. Pemeriksaan ini dilakukan guna memantau kondisi kesehatan bayi, memastikan tumbuh kembangnya berjalan normal, dan mendeteksi masalah apa pun sejak dini, termasuk alergi pada bayi.

Penyebab dan Faktor Risiko Alergi pada Bayi

Alergi pada bayi terjadi ketika sistem imun bayi bereaksi terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya, sehingga menimbulkan reaksi alergi. Hingga saat ini, belum diketahui mengapa hal tersebut terjadi. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya  alergi pada bayi, antara lain:

1. Genetik

Alergi pada bayi umumnya dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini berarti bayi berisiko memiliki alergi bila salah satu atau kedua orang tuanya juga memiliki alergi terhadap sesuatu, meskipun jenis alerginya bisa saja berbeda dengan jenis alergi orang tuanya.


Baca Juga:
Kenali Ciri-ciri Bayi Alergi Susu Formula, Moms Wajib Catat!


2. Lingkungan yang terlalu bersih

Faktor yang satu ini memang tidak terduga. Namun, lingkungan yang terlalu bersih dan bebas kuman justru dapat membuat sistem kekebalan tubuh bayi tidak mendapat kesempatan untuk mengenal dan melawan kuman.

Hal ini membuat tubuh bayi bereaksi secara berlebihan terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya.

3. Gangguan kesehatan tertentu

Bayi yang mengalami angguan kesehatan, seperti eksim, diduga berisiko memiliki alergi terhadap makanan tertentu atau asma saat mereka dewasa nanti.

4. Tidak diberi ASI

Risiko alergi makanan juga dapat meningkat jika bayi tidak diberi ASI secara rutin atau sudah diberi makanan padat atau susu formula sebelum mereka berusia 3 atau 4 bulan. Hal ini karena ASI mengandung beragam nutrisi yang dapat membentuk dan meningkatkan sistem imun bayi.

Selain beberapa faktor di atas, ada pula zat atau benda yang dapat memicu alergi pada bayi, antara lain:

  • Makanan, seperti kacang, susu, telur, kerang, dan ikan
  • Tungau atau debu
  • Bulu binatang
  • Jamur
  • Serbuk sari pohon
  • Gigitan serangga
  • Obat-obatan tertentu
  • Bahan kimia, seperti detergen atau pembersih rumah tangga


 


Bagikan Artikel


Artikel Terkait

Shop at MOOIMOM