21 Dec 2020
Dinda Ayu Saraswati
Aritmia atau detak jantung tidak beraturan tidak boleh disepelekan. Terutama pada ibu hamil.
Jika dibiarkan, maka akan berisiko terhadap janin. Bahkan bisa menyebabkan sindrom kematian mendadak.
Dilansir dari situs Cleveland Clinic, ada beberapa hal yang wajib Moms ketahui tentang aritmia pada ibu hamil. Di antaranya sebagai berikut.
Berdasarkan jurnal Arrhythmias in Pregnancy, menunjukkan bahwa jantung berdebar saat hamil lazim terjadi. Beberapa wanita akan mengalami palpitasi jantung untuk pertama kalinya selama kehamilan. Yang lain mendapatkannya sebelum mereka hamil, dan terus merasakannya selama kehamilan.
Jantung berdebar saat hamil biasanya tidak berbahaya, tetapi terkadang bisa menjadi tanda adanya masalah.
Palpitasi jantung adalah sensasi atau perasaan bahwa jantung Moms tidak berdetak dengan normal. Kita mungkin menjadi sangat sadar akan detak jantung dan merasa seperti jantung seperti:
Moms bisa merasakan jantung berdebar saat hamil di dada, tetapi kita juga bisa merasakannya di leher dan tenggorokan.
Berbagai faktor dapat menyebabkan jantung berdebar saat hamil. Kebanyakan tidak serius, namun dalam beberapa kasus, penyebab palpitasi memerlukan perawatan medis. Beberapa penyebab jantung berdebar saat hamil yang tidak berbahaya meliputi:
Penyebab yang lebih serius meliputi:
Wanita hamil dan penyedia layanan kesehatan mungkin kesulitan membedakan penyebab jantung berdebar saat hamil.
Banyak gejala masalah jantung terjadi selama kehamilan normal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah kondisi yang mendasari menyebabkan gejala tersebut.
Aritmia pada ibu hamil bisa jadi tidak menunjukkan gejala apa pun. Seorang dokter dapat mendeteksi detak jantung yang tidak teratur selama pemeriksaan.
Yakni, dengan mendengarkan jantung berdebat saat hamil pasien atau dengan melakukan tes diagnostik. Namun, gejala umumnya sebagai berikut:
Gejala palpitasi mewakili 15-25 persen dari semua gejala yang dilaporkan oleh pasien jantung wanita.
Gejala ini terkait dengan sindrom pramenstruasi, kehamilan, dan periode perimenopause.
Ketika jantung berdebar, dokter memulai evaluasinya dengan mencari penyakit jantung yang mendasarinya.
Wanita dan pria serupa dalam hal detak jantung dan ritme dasar. Namun, wanita cenderung memiliki denyut jantung awal yang lebih cepat. Karena itu juga, Moms sangat mungkin mengalami jantung berdebar saat hamil.
Lalu bacaan EKG wanita mungkin berbeda. Rata-rata, wanita cenderung memiliki denyut jantung awal yang lebih cepat daripada pria.
EKG atau elektrokardiogram adalah tes yang digunakan untuk merekam aktivitas elektrik jantung pada kertas grafik.
Gambar, yang diambil oleh komputer dari informasi yang disediakan oleh elektroda yang ditempatkan pada kulit dada, lengan dan kaki, menunjukkan waktu dari berbagai fase irama jantung.
Ada beberapa jenis aritmia, namun aritmia tertentu lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Misalnya, fibrilasi atrium, salah satu irama jantung tidak teratur yang paling umum.
Ini adalah irama jantung cepat yang tidak teratur yang berasal dari atrium. Wanita lebih cenderung mengalami fibrilasi atrium yang terkait dengan penyakit katup.
Sedangkan pria, lebih sering mengalami fibrilasi atrium yang terkait dengan penyakit arteri koroner. Studi Jantung Kopenhagen menunjukkan bahwa wanita dengan atrial fibrilasi memiliki peningkatan risiko stroke dan kematian kardiovaskular dibandingkan dengan pria.
Hal ini terutama berlaku pada wanita yang memiliki fibrilasi atrium dan lebih tua dari usia 75.
Kematian jantung mendadak adalah kematian mendadak dan tak terduga yang disebabkan oleh hilangnya fungsi jantung.
Kematian jantung mendadak (SCD) terjadi lebih jarang pada wanita, tetapi masih terkait dengan sekitar 400.000 kematian per tahun pada wanita.
Studi Kesehatan Perawat di Kanada menunjukkan bahwa sementara mayoritas wanita yang memiliki SCD tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular sebelum kematian.
Namun, mereka memiliki setidaknya satu faktor risiko jantung. Seperti merokok, hipertensi dan diabetes memiliki dampak terbesar.
Riwayat keluarga juga memainkan peran dalam peningkatan risiko.
Aritmia dapat terjadi lebih sering selama kehamilan karena perubahan hormon.
Wanita yang mengalami perbaikan kelainan jantung bawaan memiliki peningkatan risiko aritmia selama kehamilan.
Aritmia pada kehamilan diperlakukan secara konservatif. Setelah menentukan jenis aritmia, dokter akan mengevaluasi penyebab yang mendasari.
Ketika aritmia menyebabkan gejala atau penurunan tekanan darah, obat antiaritmia dapat digunakan.
Namun, tidak ada obat antiaritmia yang sepenuhnya aman selama kehamilan.
Oleh karena itu, obat-obatan harus dihindari selama trimester pertama untuk membatasi risiko pada janin.
Menurut Management of Arrhythmia Syndromes During Pregnancy, perawatan untuk jantung berdebar saat hamil tergantung pada penyebab dan gejalanya. Jika jantung berdebar saat hamil, tidak selalu memerlukan perawatan. Dokter Moms mungkin hanya memantau gejala dan meminta kita untuk melacak palpitasi.
Jika dokter merasa Moms membutuhkan perawatan, mereka akan merawat kita dengan cara yang paling aman selama kita hamil. Mereka mungkin akan:
Dikutip dari laman NCBI, obat seperti propranolol, metoprolol, digoxin, dan adenosin telah diuji dan terbukti dapat ditoleransi dengan baik dan aman selama dikonsumsi pada trimester kedua dan ketiga.
Kemudian, kardioversi aman selama semua trimester kehamilan dan dapat digunakan jika perlu.
Dalam banyak kasus, penggunaan obat antiaritmia mengarah pada hasil yang aman dan sukses untuk ibu dan bayi. Kesimpulannya, aritmia perlu perhatian khusus dari pihak medis. Namun, aritmia pada ibu hamil masih bisa diobati dengan baik.
(Sumber: orami)
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM