Bayi Muntah atau Hanya Meludah, Isyarat Sistem Pencernaan Belum Sempurna

calendar icon

07 May 2021

author icon

Ika

category icon

0-6 bulan

Bayi Muntah atau Hanya Meludah, Isyarat Sistem Pencernaan Belum Sempurna

Tak satupun bayi yang betul-betul sehat hingga menginjak usia setahun. Pasti ada satu atau dua, setidak-tidaknya, gangguan dalam tubuh mereka. Entah ringan, sedang atau berat. Ya, semoga hanya gangguan ringan.

Dari pelbagai gangguan itu, banyak yang sifatnya “tiba-tiba”. Tiba-tiba ia rewel. Tiba-tiba ia sulit menyusu. Tiba-tiba ia muntah.

Tunggu dulu. Muntah atau meludah?

Ada perbedaan antara muntah dan meludah. Muntah, secara literal, memuntahkan cairan atau makanan apapun yang beberapa waktu lalu dikonsumsi bayi. Sedangkan meludah, hanya sebagian kecil saja. Mungkin ada sayur yang tak tertelah, sehingga dikeluarkan kembali oleh bayi. Sepotong kecil sayur, yang bisa dengan mudahnya dilap.

Keduanya normal, kok, Moms. Bayi baru lahir memiliki sfingter—salah satu jenis otot dalam tubuh—yang perkembangannya belum sempurna. Otot sfingter yang ini terletak di antara esofagus dan perut, yang memungkinkan makanan untuk kembali dengan mudah. Pada bayi yang lebih tua, sedikit susu bisa keluar saat bersendawa. Muntah, di sisi lain, lebih kuat dan mungkin disebabkan oleh infeksi atau kondisi mendasar yang mungkin memerlukan perhatian medis.

Meludah seharusnya berkurang seiring bertambahnya usia. Pastikan untuk berbicara dengan dokter anak jika Si Kecil meludah setiap kali makan. Sudah begitu, berat badannya tak kunjung bertambah.

Jika bayi muntah ketika memiliki gejala lain, seperti rewel setelah makan, ruam atau diare, beri tahu dokter.


Baca juga:
Perkembangan Sistem Pencernaan Bikin Bayi Sering Kentut


bannerbanner

Mengapa Bayi Muntah?

Bayi yang muntah setelah mengisap air susu ibu (ASI) mungkin sekali mengisyaratkan gastroesophageal reflux disease atau GERD. Bahasa sederhananya, penyakit asam lambung.

Pertama-tama yang perlu dipahami, sebetulnya dunia kedokteran tak mengenal istilah "penyakit asam lambung". Pada hakikatnya lambung bersifat asam. Namun, jika kandungannya berlebihan, asam di dalam lambung dapat melukai dindingnya. Sehingga, itu tadi, tiba-tiba terasa nyeri pada ulu hati. Lambung sedang terluka. Jika dibiarkan, cairan asamnya bisa naik hingga kerongkongan. Ciri-ciri kenaikan asam lambung, dapat disimak dalam artikel ini.

Sebetulnya asam di dalam lambung memiliki manfaat bagi tubuh. Yakni sebagai penghalus; penghancur makanan yang masuk ke dalam sistem pencernaan. Kenaikan cairan asam lambung terjadi, ketika salah satu bagian dalam lambung, namanya lower esophageal sphinchter, tidak berfungsi dengan baik. Lebih jauh mengenai kenaikan asam lambung, khususnya pada ibu hamil, bisa dicek di sini, ya.

GERD diprediksi terjadi pada 1 dari 70.000 bayi. GERD terjadi ketika lambung bayi penuh dengan cairan asam. Lantaran kepenuhan, pelan-pelan asam dan ASI yang telah sampai ke sistem pencernaan akan kembali naik ke esofagus.

Gejala semacam ini lumrah terjadi kala bayi berusia 0-5 bulan. Melewati masa itu, biasanya ia tak lagi muntah. Hanya gumoh, cegukan atau batuk-batuk kecil. Pertanda seperti ini tak perlu diwaspadai.

Moms bisa mengatasi gejala itu dengan membuat bayi bersendawa. Hindari pula mengajak bayi bermain atau membuatnya tertawa sepanjang waktu menyusui.

Yang perlu dicermati lebih dalam adalah ketika bayi seringkali muntah, bahkan sesudah melewati usia lima bulan. Selain batuk-batuk, ia akan kerap menangis lantaran ada sesuatu yang tak beres dalam tubuhnya. Jika dibiarkan, pertumbuhan bayi mungkin sekali bakal terhambat. Ia juga berpotensi terkena pneumonia karena refluks.

Sekali gejala itu terlihat, Moms mesti lekas membawa bayi ke dokter. Nantinya dokter akan meresepkan obat khusus lambung sekaligus pengental makanan. Pengental harus ditambahkan ke dalam botol susu untuk bayi.

Jika belum sempat ke dokter, ada beberapa cara yang dapat Moms lakukan di rumah untuk meredam masalah pencernaan pada bayi. Misalnya memijat dengan lembut, mengatur ulang posisi makan atau menyusui serta, lebih sering menyusui.  


Bagikan Artikel


Artikel Terkait