17 Feb 2021
Kenhari
Moms mungkin tahu bahwa selain lewat tangisan, kondisi bayi juga dapat dilihat dari buang air besar atau BAB-nya. Kondisi feses si Kecil yang lembek mungkin sudah sering ditemui, sehingga sudah tak terlalu membuat panik.
Kondisi feses si Kecil yang berbusa tentu saja akan membuat sebagian besar orang tua khawatir. Padahal, hal itu tak selalu menjadi pertanda adanya masalah kesehatan yang serius, lho! Ada beberapa hal yang dapat menentukan normal atau tidaknya BAB bayi, yaitu usia, pemberian ASI atau susu formula, serta sudah masuk masa Makanan Pendamping ASI (MPASI) atau belum.
Feses bayi yang berbusa bisa disebabkan oleh tak seimbangnya asupan foremilk dan hindmilk. Hal tersebut justru tergolong normal apabila bayi masih mendapatkan asupan ASI.
Foremilk adalah cairan ASI yang keluar terlebih dulu selama beberapa menit setelah si Kecil mulai menyusu. Sedangkan, hindmilk adalah cairan ASI yang keluar selanjutnya. Hindmilk sendiri lebih kental ketimbang foremilk karena mengandung lebih banyak kalori dan lemak. Sementara, foremilk lebih encer dan berkalori rendah, tapi tinggi laktosa. Nah, karena kemampuan tubuh bayi yang belum maksimal dalam mencerna laktosa ASI dari foremilk, maka bisa saja bayi mengeluarkan feses yang berbusa.
Beda halnya jika yang terserap banyak oleh si Kecil adalah hindmilk. Biasanya, fesesnya akan berwarna kuning dan tak berbusa atau berbuih. Warna kuning tersebut didapat dari lemak pada hindmilk. Jadi, tak perlu khawatir dengan kondisi ini. Untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan foremilk dan hindmilk, maka cara yang Anda bisa lakukan adalah membiarkan si Kecil menyusu pada salah satu payudara setidaknya selama 5-10 menit, sebelum memindahkannya ke payudara satu lagi.
Tujuannya, agar bayi mendapatkan asupan hindmilk yang cukup atau sama banyak dengan foremilk. Selain itu, sebelum kembali memulai sesi menyusui, Anda juga dapat menggunakan payudara yang terakhir Anda gunakan untuk menyusui bayi.
2. Alergi Susu Sapi
Apabila si Kecil sudah tak mendapatkan ASI eksklusif dari Anda, tapi fesesnya berbusa, bisa jadi si Kecil mengalami alergi terhadap susu formula yang diberikan. Tak cuma itu, jika benar mengalami alergi susu, si Kecil juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:
- Rewel
- Demam
- Muntah
- Batuk-batuk
- Sesak napas
- Pembengkakan di bibir, lidah, dan tenggorokan
- Muncul ruam di kulit
Dengan demikian, jika fesesnya berbusa, berwarna hijau terang, tapi tanpa gejala-gejala di atas, dan si Kecil masih tetap ingin minum susu, kemungkinan besar itu bukanlah masalah serius alias masih normal.
3. Infeksi
Infeksi bakteri, parasit, maupun virus bisa saja terjadi pada si Kecil. Umumnya selain membuat frekuensi BAB bertambah, konsistensi BAB juga ikut berubah seperti tampak encer dan berbusa, ada lendir, bahkan juga disertai dengan darah.
Salah satu penyebab bab berbusa paling sering adalah parasit Giardia. Parasit ini bisa masuk ke dalam tubuh apabila si Kecil tak sengaja mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah tercemari oleh parasit ini.
4. Penyakit Celiac
Penyakit celiac merupakan penyakit autoimun yang dipicu oleh gluten. Gluten sendiri adalah protein yang di temukan di tepung, rye, dan barley beserta turunannya. Bayi bisa menunjukkan tanda dan gejala awal dari intoleransi gluten setelah ia menerima MPASI. Biasanya bayi dengan penyakit celiac akan mengalami BAB berbusa, tidak mengalami kenaikan berat badan yang optimal, cenderung rewel, perut kembung, dan ruam kulit.
BAB yang berbusa pada bayi tidak selalu menjadi pertanda adanya penyakit. Hal tersebut justru tergolong normal apabila bayi masih mendapatkan ASI eksklusif. BAB bayi berbusa bisa terjadi karena adanya ketidakseimbangan asupan foremilk dan hindmilk seperti penjelasan di atas.
Pada bayi yang diberi susu formula, BAB berbusa bisa menjadi tanda bahwa bayi mengalami alergi terhadap susu sapi. Selain BAB berbusa, kondisi ini juga bisa menunjukkan gejala berupa:
- Muncul ruam di kulit dan sekitar mulut yang terasa gatal, sehingga menyebabkan bayi terlihat sering menggaruk area tersebut.
- Pembengkakan di bibir, lidah, atau tenggorokan.
- Batuk-batuk.
- Sesak napas.
- Muntah.
Jika feses bayi berbuih tanpa disertai gejala lain dan bayi tidak terlihat lemas atau rewel, kemungkinan besar hal tersebut adalah normal. Namun jika tektur feses bayi berbuih disertai gejala lain, seperti BAB lebih sering dan mencret, bayi rewel, lemas, demam, kurang atau tidak mau menyusui, hingga muncul tanda-tanda dehidrasi, maka bisa saja kondisi ini menandakan bahwa bayi mengalami diare.
Keseimbangan pasokan foremilk dan hindmilk ini sangat penting untuk bayi. Saat bayi mendapatkan keduanya secara seimbang, maka biasanya tekstur BAB akan menjadi lebih padat dan tidak lagi berbusa. Untuk mencegah tekstur tinja bayi berbusa, solusinya adalah dengan membiarkan bayi menyusu pada salah satu payudara setidaknya 5-10 menit sebelum beralih ke payudara yang lain.
Moms juga bisa memulai proses menyusui pada sisi payudara yang terakhir diisap Si Kecil. Hal ini dilakukan guna memastikan bahwa ia menerima cukup hindmilk, sehingga akan mengurangi busa pada BAB-nya. Untuk mengatasi BAB berbusa pada bayi yang diberi susu formula, gantilah susunya dengan susu formula yang bertuliskan hypoallergenic.
Bila BAB berbusa pada bayi tidak hilang dalam dua hari, disertai dengan adanya lendir atau darah pada fesesnya, demam, rewel atau tampak kesakitan, sebaiknya segera periksakan ke dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM