24 Sep 2021
Anggraini Nurul F
Trimester Pertama
Trimester Pertama
Jangan stress saat hamil yah Moms. Studi yang dilakukan oleh peneliti Institute of Psychiatry, King's College, London menemukan bahwa stres selama kehamilan mengarah pada keberadaan hormon stres dalam rahim, yang akhirnya dapat membuat anak susah diatur dan cepat marah.
Anak-anak yang terkena stres ibu saat berada di dalam rahim lebih rentan untuk menderita ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dan memiliki masalah emosional lain yang membuat sulit bagi untuk memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya.
Yang menarik dari studi ini, selain mengalami ADHD yang membuat anak menjadi tidak perhatian, hiperaktif, kurang kontrol diri dan masalah perilaku lainnya, hormon stres yang masuk ke dalam rahim juga mempengaruhi anak lebih jauh lagi.
Ketika hormon stres masuk ke rahim, hormon tersebut tidak memungkinkan aliran hormon antara dua belahan otak menjadi normal, yang akhirnya menyebabkan ketidakmampuan untuk satu sisi otak dominan. Hal ini akan membuat anak mengalami berbagai macam masalah perilaku.
Berikut beberapa tips mengatasi stres saat hamil:
ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan seorang anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif, sehingga dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah.
Hingga saat ini, penyebab utama ADHD belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi, kondisi ini diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Selain terjadi pada anak-anak, ADHD juga dapat terjadi pada orang dewasa
Diagnosis ADHD dilakukan melalui kerja sama berbagai pihak, yaitu dokter anak, psikiater anak, orang tua, dan pihak sekolah. Proses diagnosis melibatkan wawancara, baik dengan anak, orang tua, maupun guru.
Selain itu, dokter anak juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk mencari penyebab lain yang dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan ADHD.
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena ADHD. Faktor risiko ini meliputi faktor genetik dan lingkungan. ADHD juga diduga berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak.
Ada pula yang menganggap bahwa gangguan perilaku hiperaktif pada anak disebabkan oleh sugar rush atau konsumsi gula berlebihan. Namun, hal ini belum terbukti benar.
Gejala utama ADHD adalah sulit memusatkan perhatian, serta berperilaku impulsif dan hiperaktif. Penderita tidak bisa diam dan selalu ingin bergerak. Orang yang memiliki ADHD juga mungkin bisa mengalami kesulitan belajar, misalnya susah membaca atau menulis.
Gejala ADHD umumnya muncul pada anak-anak sebelum usia 12 tahun. Namun pada banyak kasus, gejala ADHD sudah dapat terlihat sejak anak berusia 3 tahun. ADHD yang terjadi pada anak-anak dapat terbawa hingga dewasa.
Penanganan ADHD dapat berupa pemberian obat-obatan dan psikoterapi. Selain penderita, orang tua, keluarga, pengasuh, dan guru di sekolah juga perlu mendapatkan bimbingan untuk menghadapi anak dengan ADHD. Walaupun ADHD tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, pengobatan yang diberikan dapat meredakan gelaja ADHD dan memampukan penderitanya untuk menjalani hidup dengan normal.
Jangan lupa kunjungi website kami di www.mooimom.id yah Moms!
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM