Waspada Kandidiasis, Jamur Vagina yang Pengaruhi Kesuburan?

calendar icon

07 Nov 2021

author icon

Anggraini Nurul F

category icon

Pra-kehamilan

Waspada Kandidiasis, Jamur Vagina yang Pengaruhi Kesuburan?

Kandidiasis disebabkan oleh jamur candida atau candida albicans, salah satu jenis jamur yang hidup di saluran usus, namun bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti vagina.

Kandidiasis adalah sebuah kondisi yang sebenarnya wajar berada di tubuh manusia. Meski demikian, ketika jumlahnya terlalu banyak, jamur ini bisa mengganggu kesehatan.

Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa kandidiasis vagina adalah infeksi vagina paling umum kedua di dunia.

Yuk ketahui lebih dalam mengenai kondisi ini agar Moms tahu cara mencegah dan juga pengobatannya!

Penyebab Kandidiasis Bisa Terjadi

Ada beberapa hal yang bisa membuat jamur candida bisa tumbuh dan meningkatkan terjadinya kandidiasis vaginalis. Salah satunya adalah efek samping dari pengobatan yang diberikan antibiotik.

Nah, Moms perlu berhati-hati nih jika menggunakan antibiotik jangka panjang. Hal tersebut dikarenakan obat antibiotik yang bisa mengubah keseimbangan jumlah kuman dan termasuk bakteri di vagina.

Kandidiasis pada vagina seringkali disebut dengan infeksi jamur vagina. Biasanya, jamur candida tidak menyebabkan kerugian.

Namun ada beberapa hal yang memicu matinya bakteri baik sehingga membuat candida tumbuh bebas, seperti penggunaan antibiotik secara berlebihan, konsumsi makanan tinggi gula, alergi, stres, dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat penyakit, seperti HIV atau AIDS.

Meskipun banyak dokter umumnya tidak mengenali candidasebagai penyebabnya, namun jamur ini terkait dengan endometriosis, fibroid (tumor jinak di dalam rahim), dan kista ovarium.


Baca Juga:

4 Cara Mengatasi Infeksi Jamur pada Area Mulut Bayi


Jamur ini dapat dihubungkan dengan jumlah sperma rendah dan masalah motilitas (kemampuan sperma bergerak) pada pria. Jamur ini juga dapat membuat ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.

Jumlah candida yang berlebihan dapat menghasilkan estrogen palsu, dan tubuh berpikir jamur ini telah menghasilkan tingkat estrogen yang memadai.

Inilah sinyal penurunan estrogen yang dapat menjadi menyebabkan masalah infertilitas. Candida juga dapat ditransfer ke pasangan Moms selama hubungan seksual.

Gejala Kandidiasis pada Vagina

 

Dilansir dari jurnal yang berjudul Vaginal Candidiasis, kondisi ini pernah dialami oleh 70% perempuan yang mengalami masalah vagina di beberapa titik dalah hidup mereka.

Perlu diketahui bahwa sekitar 8% perempuan pernah menderita kondisi ini secara berulang.

Berikut adalah gejala-gejala umum yang disebabkan oleh infeksi jamur candida:

  • Gatal ringan sampai parah bahkan iritasi pada vagina terutama pada vulva (bibir vagina).
  • Keputihan berair atau putih pekat, menggumpal mirip seperti keju, berbau seperti ragi atau roti.
  • Pembengkakan dan ruam kemerahan pada vulva, bahkan bisa menyebabkan luka.
  • Sensasi terbakar setelah atau selama hubungan seksual atau buang air kecil.
  • Rasa nyeri dan sakit pada vagina.

Baca Juga:

Waspada Infeksi Jamur Vagina saat Hamil


Gejala-gejala ini juga mirip dengan infeksi vagina lainnya.

Jika setelah pengobatan untuk infeksi jamur, baik secara alami atau medis, gejala itu tetap bertahan, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter agar dilakukan pengujian untuk menyingkirkan penyebab lain dari infeksi vagina.

Cara Mengobati Kandidiasis

Seperti yang sudah diketahui, gejala kandidiasis pada vagina selain rasa gatal ditandai dengan rasa sakit, pembengkakan, atau kemerahan pada vagina.

Gejala yang bisa dirasakan pun bisa bermacam-macam seperti perih saat buang air kecil dan saat berhubungan seksual, Moms.

Jadi jika mengalami hal ini, Moms perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu agar dokter bisa memastikan mengenai keluhan yang sedang Moms alami benar disebabkan oleh kandidiasis vaginalis.

Dokter pun biasanya melakukan pemeriksaan fisik untuk melakukan diagnosa kondisi ini. 

Biasanya pemeriksaan dilakukan pada vagina dan panggul serta melakukan pemeriksaan penunjang, yakni pemeriksaan cairan vagina.

Dokter mungkin akan mengirim sampel cairan vagina untuk menentukan jenis jamur yang menyebabkan infeksi jamur. Mengidentifikasi jamur dapat membantu dokter meresepkan pengobatan yang lebih efektif untuk infeksi jamur berulang.

Ketika dokter sudah memastikan Moms menderita kondisi ini, Moms biasanya akan diberikan obat antijamur yang berbentuk macam-macam. Macam obat antijamur sendiri bisa berbentuk salep, krim atau obat yang dimasukkan ke dalam vagina.

Jika gejala semakin parah, atau Moms sering mengalami infeksi jamur, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk melakukan beberapa pilihan perawatan, seperti:

  • Terapi vagina jangka panjang: dokter mungkin akan meresepkan obat antijamur yang diminum setiap hari hingga 2 minggu, diikuti seminggu sekali selama 6 bulan.
  • Obat oral multidosis: dokter mungkin meresepkan 2 atau 3 dosis obat antijamur untuk diminum alih-alih terapi vagina. Namun, terapi ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
  • Terapi resisten azol: dokter mungkin merekomendasikan asam borat, kapsul yang dimasukkan ke dalam vagina. Obat ini bisa berakibat fatal jika diminum secara oral dan hanya digunakan untuk mengobati jamur candida yang resisten terhadap agen antijamur biasa.

Bagikan Artikel


Artikel Terkait

Shop at MOOIMOM