04 Nov 2021
Dinda Ayu Saraswati
Balita
Balita
Penyakit kanker bisa menyerang siapapun dan kapanpun, bahkan ketika ia masih dalam kandungan. Salah satu jenis penyakit kanker langka namun mengincar anak-anak yakni neuroblastoma.
Kanker ini menyerang sel saraf dan bisa terbentuk saat Si Kecil masih dalam perut sang ibu. Kenali gejala dan penanganan neuroblastoma pada anak agar Moms paham bagaimana harus menyikapinya.
Neuroblastoma adalah tumor atau kanker yang bermula dari sel saraf yang belum dewasa atau neuroblast. Neuroblast merupakan sel saraf yang belum matang dan diperlukan janin untuk perkembangannya.
Pada kondisi yang ideal, neuroblast akan tumbuh menjadi sel-sel saraf yang berfungsi dengan normal. Namun, pada kasus neuroblastoma, sel-sel tersebut menjelma menjadi kanker. Neuroblastoma paling sering berkembang dari kelenjar adrenal, kelenjar yang berlokasi di atas ginjal. Namun, neuroblastoma juga dapat bermula di bagian tubuh lain.
Neuroblastoma kemudian juga dapat menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh tertentu, seperti nodus limfa, kulit, hati, dan tulang. Beberapa kasus neuroblastoma mulai terbentuk sebelum anak lahir. Namun biasanya, kanker ini baru terdeteksi apabila tumor mulai tumbuh dan menimbulkan gejala pada tubuh Si Kecil. Dokter biasanya mendiagnosis anak penderita neuroblastoma saat anak berumur kurang dari lima tahun. Semakin cepat deteksi neuroblastoma, semakin besar kemungkinan anak untuk pulih.
Sel dan serat saraf, serta sel kelenjar adrenal manusia berkembang dari neuroblast atau sel saraf yang belum matang. Perubahan ini terjadi saat janin berkembang di dalam rahim. Setelah manusia lahir, tidak ada lagi neuroblast yang tersisa. Jika pun masih ada, akan berangsur-angsur matang atau hilang dengan sendirinya. Pada kasus neuroblastoma, sisa neuroblast yang ada tersebut bukannya menjadi matang atau menghilang, melainkan terus berkembang dan membentuk tumor.
Sama seperti jenis kanker lainnya, hingga saat ini para ahli belum bisa memastikan penyebab yang menyebabkan cikal bakal sel saraf ini tidak matang dan berkembang menjadi neuroblastoma. Kendati demikian, para ilmuwan menduga adanya kerusakan pada gen neuroblast, yang membuatnya membelah diri tanpa terkendali dan menjadi tumor.
Gejala neuroblastoma bisa bermacam-macam, tergantung pada bagian tubuh yang terserang. Gejala awal dapat terlihat samar dan sulit ditemukan.
Neuroblastoma yang menyerang daerah perut ditandai dengan nyeri perut, konstipasi, kulit perut yang terasa keras apabila disentuh, perut menjadi bengkak, selera makan berkurang, dan penurunan berat badan.
Jika kondisi ini timbul di dada, dapat menimbulkan gejala berupa nyeri dada, sesak napas disertai mengi, dan perubahan pada mata (ukuran pupil menjadi berbeda dan kelopak mata turun).
Sedangkan apabila neuroblastoma menyerang saraf tulang belakang, maka bagian tubuh bawah bisa menjadi lemah, mati rasa, atau mengalami gangguan pergerakan.
Perkembangan neuroblastoma dapat digolongkan menjadi 4 stadium, yaitu:
Penanganan neuroblastoma akan bergantung pada berbagai faktor, seperti stadium kanker, usia anak, hingga jenis sel yang dipengaruhi oleh kanker. Beberapa kemungkinan penanganan neuroblastoma, termasuk:
1. Operasi
Pada kasus neuroblastoma yang risikonya rendah, tindakan operasi dapat dilakukan untuk mengangkat sel-sel kanker. Namun, beberapa faktor dapat berpengaruh terhadap sempurna tidaknya pengangkatan tumor.
Misalnya, tumor yang menempel pada paru-paru atau sumsum tulang belakang mungkin terlalu berisiko untuk disingkirkan. Pada kasus neuroblastoma risiko sedang dan berat, kombinasi operasi dengan tindakan penanganan lain mungkin akan diperlukan.
2. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan zat kimia untuk menghancurkan sel kanker. Tindakan ini biasanya dilakukan pada neuroblastoma dengan risiko sedang dan berat yang dikombinasikan dengan tindakan lain seperti operasi. Kemoterapi cenderung diberikan sebelum operasi dan sebelum transplantasi sumsum tulang.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi merupakan terapi dengan menggunakan sinar berenergi tinggi, seperti sinar-X, untuk menghancurkan sel kanker. Terapi radiasi utamanya menargetkan area tubuh yang terpengaruh oleh kanker. Namun sayangnya, beberapa sel sehat mungkin rusak oleh radiasi.
Anak penderita neuroblastoma risiko rendah atau risiko menengah mungkin diberikan terapi radiasi jika operasi dan kemoterapi belum membantu menghancurkan sel kanker. Sementara itu, anak penderita neuroblastoma risiko berat dapat menerima terapi radiasi setelah kemoterapi dan operasi untuk mencegah kanker terulang kembali.
4. Transplantasi sumsum tulang
Anak penderita neuroblastoma risiko tinggi mungkin akan ditawarkan transplantasi menggunakan sel induk atau stem cell yang dikumpulkan dari sumsum tulangnya sendiri (transplantasi sel induk autologus). Tindakan ini dimulai dengan penyaringan dan pengumpulan sel induk atau sel punca dari darahnya.
Kemudian, dokter akan memberikan kemoterapi dosis tinggi untuk membunuh sel kanker yang tersisa di tubuh Si Kecil. Sel induk yang sudah dikumpulkan lalu disuntikkan ke tubuh anak sehingga dapat membentuk sel-sel darah baru yang sehat.
5. Imunoterapi
Imunoterapi adalah terapi menggunakan obat yang memberi sinyal pada sistem imun tubuh untuk membantu melawan sel kanker. Terapi ini biasanya dilakukan pada anak penderita neuroblastoma dengan risiko berat.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM