09 Nov 2020
Dwi Ayu Rochani
0-6 bulan
0-6 bulan
Kekurangan zat besi dapat berdampak negatif ke kecerdasan, perilaku, dan kemampuan motor anak. Anemia defisiensi besi pada anak di bawah usia 2 tahun menyebabkan anak lebih “lemot” dalam merespon, lebih iritabel dan sulit mengendalikan diri. Beberapa studi bahkan menunjukkan dampak negatif ini terus berlanjut hingga dewasa. Sebuah penelitian terbaru tahun 2014 menunjukkan bahwa pemberian suplementasi zat besi harus diberikan dengan hati-hati. Lalu bagaimana cara memastikan kebutuhan zat besi bayi dan anak Moms?
Berikan makanan yang mengandung vitamin C
Makanan kaya vitamin C, seperti tomat, papaya, jambu, dan jeruk, baik untuk diberikan bersama MPASI yang mengandung zat besi. Hal ini karena vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh.
Batasi pemberian susu sebagai sumber asupan zat besi
Susu memang mengandung gizi, namun bukanlah sumber zat besi yang baik. Jangan berikan susu sapi sebelum Si Kecil berusia 1 tahun karena akan sulit dicerna. Bila diberikan setelah usia 1 tahun, porsinya pun perlu dibatasi, yaitu tidak lebih dari 700 ml per hari, dan usahakan untuk memilih susu yang sudah difortifikasi zat besi.
Hindari pemberian MPASI yang mengandung zat besi bersama susu
Pemberian makanan yang mengandung zat besi sebaiknya tidak dibarengi dengan minum susu sapi atau teh. Kandungan kalsium yang tinggi pada susu dapat menghambat penyerapan zat besi dari MPASI. Sementara teh mengandung tannin yang juga dapat menghambat penyerapan zat besi. Solusinya, berikan susu sapi atau teh di luar waktu makan utama.
Berikan suplemen zat besi
Apabila dirasa kurang, zat besi untuk bayi bisa diperoleh melalui suplemen. Suplemen zat besi juga disarankan untuk diberikan kepada bayi yang terlahir prematur atau terlahir dari ibu yang menderita anemia saat hamil.
Akan tetapi, pemberian suplemen zat besi pada bayi harus berdasarkan resep dari dokter anak.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM