Cegah Anemia Guna Meredam Risiko Inersia Plasenta

calendar icon

23 Feb 2021

author icon

Ika

category icon

Cegah Anemia Guna Meredam Risiko Inersia Plasenta

Beberapa orang kerap menganggap anemia sebagai gangguan yang akan hilang dengan sendirinya. Maka dibiarkan saja hingga gejala-gejalanya melenyap. Syukurlah jika betul-betul menghilang. Tetapi jika sebaliknya, apa yang mesti dilakukan?

Moms, anemia, terlebih ketika menimpa perempuan yang tengah mengandung, dapat berujung bahaya jika tak lekas diatasi. Ketika Moms mengalami anemia, jumlah sel darah merah sangat tipis. Padahal sel darah merah itulah yang sehari-hari mengangkut oksigen ke segenap jaringan tubuh. Nah, bisa dibayangkan, bukan, jika pembawa oksigennya bermasalah?

Anemia pada ibu hamil setidak-tidaknya dapat menyebabkan beberapa risiko. Misalnya fatal persalinan dan depresi postpartum, kelahiran prematur dan anemia akut serta kematian janin. Pertama-tama, mari kita cari tahu dulu gejala awal anemia, ya.

1. Tubuh terasa lemas

2. Mudah lelah, tak seperti hari-hari biasanya

3. Kerap pusing hingga rasa-rasanya tak tertahankan

4. Berkali-kali sesak napas

5. Detak jantung lebih cepat ketimbang sebelumnya, atau, menjadi tidak teratur

6. Terasa nyeri pada bagian dada

7. Kulit, bibir dan kuku memucat

8. Tangan dan kaki terasa dingin

9. Sulit berkonsentrasi

Gejala anemia pada ibu hamil tersebut awalnya kerap diabaikan. Namun, seiring berjalannya waktu, gejala anemia ini bisa memburuk. Padahal, anemia pada ibu hamil dapat dengan mudah diatasi dengan menambahkan suplemen zat besi atau vitamin khusus selama kehamilan.

Ibu hamil dianjurkan minum suplemen zat besi dengan mempertimbangkan waktu yang tepat. Hindari susu, keju, yoghurt, telur, kopi, dan teh satu jam sebelum dan dua jam setelah mengonsumsi suplemen zat besi. Beberapa asupan tersebut dapat menghambat penyerapan zat besi. Perlu diketahui, konsumsi suplemen zat besi terkadang bisa memperburuk mual. Untuk mengantisipasinya, ibu hamil disarankan makan dalam porsi kecil tapi sering. Opsi lainnya, ibu hamil bisa minum suplemen zat besi tepat sebelum tidur.

Di beberapa kasus yang cukup berat, ibu hamil membutuhkan transfusi darah untuk mengatasi anemia. Tak hanya mengonsumsi suplemen saja, cara mencegah anemia pada ibu hamil bisa dengan mencukupi kebutuhan zat besi setidaknya 30 miligram per hari. Ibu hamil bisa menambahkan beberapa makanan kaya zat besi, di antaranya daging merah, ayam brokoli, kangkung, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

Selain itu, ibu hamil juga perlu mengonsumsi asupan kaya vitamin C. Zat gizi ini penting untuk membantu penyerapan zat besi. Beberapa asupan tinggi vitamin C di antaranya jeruk stroberi, buah kiwi, tomat, dan paprika. Mengingat cara mengatasi anemia pada ibu hamil sangat tergantung penyebabnya, penting untuk mendiskusikan solusinya dengan dokter. Pasalnya, terkadang penyebab anemia pada ibu hamil juga bisa dilatari penyakit tertentu.

Inersia Uteri

Salah satu penyebab tidak langsung dari kematian ibu ialah anemia. Anemia dapat mengakibatkan metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukkan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah dan melemahnya kontraksi otot uterus pada saat persalinan. Kontraksi uterus yang tidak adekuat yang disebut dengan inersia uteri dan ditandai dengan perpanjangan fase persalinan, his yang lemah, jarang dan durasi yang pendek.

Baca juga: Dampak Anemia bagi Ibu Hamil dan Janinnya

Selain anemia, terdapat beberapa etiologi yang dapat menyebabkan inersia uteri diantaranya adalah faktor uterus oleh karena overdistensi uterus pada kehamilan gemelli dan hidramnion. Faktor herediter dan faktor psikologis seperti keadaan ibu yang terlalu cemas atau ketakutan saat persalinan.

Inersia uteri dapat dipengaruhi oleh paritas, obat penenang, kesalahan letak janin, kelainan bentuk panggul, kelainan uterus, kehamilan postmatur, penderita anemia, uterus yang terlalu teregang pada hidramnion atau kehamilan kembar, faktor herediter, emosi, ketakutan dan rasa nyeri yang berlebihan.

Nyeri persalinan dapat menyebabkan gangguan pada kontraksi uterus atau inersia uteri. Nyeri persalinan dapat menyebabkan hiperventilasi, sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria.

Baca juga: 5 Tips mencegah Anemia pada Ibu Hamil

Keadaan ini akan meningkatkan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri. Selain itu, nyeri yang berlebihan pada ibu bersalin dapat menyebabkan keinginan untuk segera mengakhiri masa persalinan. Mengejan sebelum dilatasi servik maksimal menyebabkan pembengkakan pada mulut rahim yang berdampak pada distosia persalinan.

Mengatasi Nyeri Persalinan

Upaya untuk mengatasi Nyeri persalinan dapat menggunakan metodefarmakologi maupun nonfarmakologi. Metode farmakologi dalam mengarasi nyeri persalinan antara lain Intratechal Lumbal Analgesia (ILA), Lumbal 3 Epydural Analgesia (LEA), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Sectio Caesaria.

Metode nonfarmakologi mempunyai efek noninvasif, sederhana, efektif, dan tanpa efek yang membahayakan dibandingkan metode farmakologi. Metode nonfarmakologi dalam mengatasi nyeri antara lain homeopathy, hipnobirthing, waterbirth, relaksasi, akupuntur, yoga, dan massage atau pemijatan.


Bagikan Artikel


Shop at MOOIMOM