25 Nov 2021
Anggraini Nurul F
Tips Menyusui
Tips Menyusui
Moms, Vaksinasi adalah cara yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit dan menyelamatkan nyawa. Saat ini banyak vaksin yang telah tersedia untuk melindungi terhadap setidaknya 20 penyakit, seperti difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak. Bersama-sama, vaksin ini menyelamatkan nyawa hingga 3 juta orang setiap tahun.
Vaksinasi COVID-19 aman bagi Ibu Menyusui sudah dinyatakan aman melalui Surat Edaran Kemenkes RI tentang Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 No. HK.02.02/11/368/2021.
Secara biologis dan klinis, menyusui tidak menimbulkan risiko bagi bayi dan anak yang menyusu, serta bayi dan anak yang menerima ASI perah. Justru antibodi yang dimiliki ibu setelah vaksinasi dapat memproteksi bayi melalui ASI.
Ketika seseorang divaksinasi, tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Beberapa orang, seperti mereka yang sakit parah, disarankan untuk tidak mendapatkan vaksin tertentu, jadi mereka bergantung pada semua orang yang telah divaksinasi sehingga dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit.
Selama pandemi COVID-19, vaksinasi tetap menjadi hal yang sangat penting. Berdasarkan World Health Organization, vaksin mengurangi risiko terkena penyakit dengan cara bekerja pada pertahanan alami tubuh Moms untuk membangun perlindungan. Ketika Moms mendapatkan vaksin, sistem kekebalan Moms akan merespons dengan cara:
Secara biologis dan klinis, menyusui tidak menimbulkan risiko bagi bayi dan anak yang menyusu, serta bayi dan anak yang menerima ASI perah. Justru antibodi yang dimiliki ibu setelah vaksinasi dapat memproteksi bayi melalui ASI.
Sebelum divaksin ibu menyusui direkomendasikan untuk berkonsultasi tentang kondisi kesehatan dengan dokter/tenaga kesehatan terlebih dulu dan berada dalam kondisi fit untuk menerima vaksin.
Setelah vaksin, tetap aman untuk menyusui karena menyusui dan kontak kulit-ke-kulit (skin-to-skin contact) dapat mengurangi risiko kematian bayi secara signifikan dan memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan potensi risiko penularan COVID-19.
Jika ibu menyusui yang positif COVID-19 tetap dapat memberikan ASI dengan memperhatikan protokol kesehatan, karena virus COVID-19 tidak terdeteksi di dalam ASI Ibu yang terkonfirmasi positif, serta bayi memiliki risiko rendah dari infeksi COVID-19.
Dikutip dari laman Children’s Hospital of Richmond at VCU, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan Academy of Breastfeeding Medicine (ABM), keduanya merekomendasikan agar vaksin COVID-19 ditawarkan kepada individu yang menyusui, mirip dengan individu yang tidak menyusui, ketika tersedia bagi mereka.
Kemudian, WHO menganjurkan untuk memberikan Ibu hamil dan Ibu menyusui untuk divaksinasi jenis CoronaVac Sinovac, Ofxford/AstraZeneca, Moderna dan Pfizer BioNTech apabila manfaat dinilai lebih besar dari risiko, misalnya pada kelompok yang rentan. Lalu, WHO kembali menuturkan yakni memang data mengenai penggunaan vaksin COVID-19 pada Ibu hamil dan menyusui masih terbatas, vaksin tipe inactivated untuk penyakit lainnya seperti hepatitis B dan tetanus masih dapat digunakan karena aman.
Kaitan vaksinasi pada Ibu menyusui dengan bayi yang masih bergantungan ASI, MU Health Care menjelaskan bahwa bayi memiliki respons yang bervariasi terhadap COVID-19. Beberapa sakit dengan gejala saluran pernapasan atas, sementara yang lain sakit parah. Beberapa lagi bisa tanpa gejala, artinya mereka memiliki virus tetapi tidak menunjukkan gejala.
Sebuah penelitian menegaskan bahwa jika seorang wanita hamil atau menyusui di vaksin, antibodi dengan aman berpindah dari ibu ke anaknya yang belum lahir melalui plasenta atau melalui ASI. Memiliki antibodi menunjukkan bahwa bayi mungkin memiliki kekebalan alami yang diturunkan oleh ibu mereka, membantu mengurangi risiko infeksi atau tingkat keparahan virus.
Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilansir dari Helathline.com pada artikelnya yang berjudul Infants Can Benefit If Breastfeeding Mothers Are Given a COVID-19 Vaccine, wanita yang divaksinasi dan sedang menyusui dapat menularkan perlindungan COVID-19 kepada bayinya. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association (JAMA) menemukan bahwa vaksinasi COVID-19 mendorong sekresi antibodi yang kuat dalam ASI hingga 6 minggu setelah vaksinasi.
Dalam studi tersebut, para peneliti ingin mengetahui apakah antibodi SARS-CoV-2 disekresikan ke dalam ASI. Maka, penelitian melibatkan 84 wanita yang menerima 2 dosis vaksin Pfizer-BioNTech dengan jarak 21 hari. Peneliti mengumpulkan sampel ASI sebelum vaksin pertama, yakni dimulai 2 minggu setelah dosis pertama dan para peneliti mulai mengambil sampel seminggu sekali selama 6 minggu. Hanya 2 minggu setelah vaksin pertama, ada peningkatan signifikan dalam tingkat antibodi. Kemudian terdapat lonjakan lain dalam tingkat antibodi setelah vaksin kedua.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM