30 Mar 2021
Nandita Adilfi
Pra-kehamilan
Pra-kehamilan
Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga kecil tentunya adalah hal yang paling ditunggu oleh sepasang suami istri. Berbagai macam cara akan dilakukan oleh para orang tua agar cepat memiliki keturunan, mulai dari mengonsumsi makanan yang dipercaya dapat membuat cepat hamil, menjalani hidup sehat, melakukan hubungan seks secara teratur, sampai menjalani program bayi tabung.
Program bayi tabung atau yang secara medis disebut sebagai in vitro fertilization (IVF) adalah sebuah solusi bagi pasangan yang mengalami gangguan kesuburan untuk membantu proses kehamilan dan memiliki anak. Pada dasarnya, program bayi tabung dilakukan dengan cara menggabungkan sel telur dan sperma di luar tubuh. Setelah penggabungan, sel telur yang sudah dibuahi (embrio) akan diletakkan kembali ke dalam rahim.
Dilansir dari lama Mayo Clinic, program bayi tabung biasanya disarankan pada pasien wanita di atas usia 40 tahun yang mengalami gangguan kesuburan (infertilitas) atau pada pasien dengan kondisi berikut ini:
Sebelum menjalani prosedur bayi tabung, ada serangkaian tes yang akan dilakukan oleh dokter, yaitu Ovarian reserve testing untuk mengetahui jumlah dan kualitas sel telur; pemeriksaan penyakit infeksi menular, seperti HIV; pemeriksaan dinding rahim; percobaan pemindahan embrio tiruan untuk melihat ketebalan rongga rahim dan mencari teknik yang paling sesuai saat pengerjaan bayi tabung; serta tes sperma untuk mengetahui kuantitas dan kualitas sperma yang dimiliki pasien.
Prosedur bayi tabung terdiri dari 5 tahap, yaitu induksi ovulasi, pengambilan telur, pengambilan sperma, pembuahan, dan transfer embrio.
Setelah menjalani proses bayi tabung, pasien bisa beraktivitas kembali. Namun, hindari aktivitas yang berat karena dapat memicu rasa tidak nyaman pada rahim. Pasien juga bisa mengalami sembelit, kram perut, dan perut kembung akibat tingginya kadar hormon estrogen. Dokter akan meresepkan hormon progesteron sintetis dalam bentuk suntik atau pil, untuk digunakan selama 8–10 hari setelah transfer embrio untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan embrio di rahim.
Sekitar 12–14 hari setelah transfer embrio, pasien disarankan datang ke rumah sakit atau klinik untuk memeriksakan kehamilan. Bila berhasil terjadi kehamilan, dokter akan menyarankan penggunaan hormon sintetis dilanjutkan sampai 8–12 minggu dan menjalani kontrol kehamilan rutin. Jika hasil bayi tabung negatif, dokter akan meminta pasien untuk menghentikan penggunaan hormon progesteron. Pasien biasanya akan mengalami haid dalam 1 minggu. Namun jika tidak, periksakan ke dokter.
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan risiko yang terjadi dari program bayi tabung, antara lain:
Itulah proses dan risiko program hamil dengan bayi tabung. Moms sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk melakukan program bayi tabung ini
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM