Akibat Radang atau Kanker, Histerektomi Dilakukan Bukan Tanpa Alasan

calendar icon

06 Apr 2021

author icon

Ika

category icon

Gaya Hidup

Akibat Radang atau Kanker, Histerektomi Dilakukan Bukan Tanpa Alasan

Karena beberapa alasan medis, seorang perempuan perlu melakukan prosedur pembedahan untuk mengangkat rahim atau disebut histerektomi. Pembedahan dapat digunakan untuk mengobati sejumlah kondisi nyeri kronis pada vagina, atau karena infeksi dan jenis kanker tertentu. Tingkat histerektomi bervariasi, tergantung alasan pembedahan. Dalam banyak kasus, seluruh rahim diangkat. Setelah menjalani histerektomi, seorang wanita akan berhenti mengalami menstruasi, juga tidak akan bisa hamil.

 

Alasan Histerektomi Dilakukan

            Dokter mungkin menyarankan Moms melakukan histerektomi jika memiliki salah satu alasan berikut ini:

  • Nyeri panggul kronis.
  • Perdarahan vagina yang tidak terkendali.
  • Kanker rahim, kanker leher rahim, atau ovarium.
  • Fibroid atau tumor jinak yang tumbuh di dalam rahim.
  • Penyakit radang panggul, yang merupakan infeksi serius pada organ reproduksi.
  • Rahim turun dengan tingkat keparahan keempat dimana uterus turun melalui serviks dan menonjol keluar dari vagina.
  • Endometriosis, atau kelainan lapisan permukaan rongga rahim tumbuh di luar rongga menyebabkan nyeri dan perdarahan.
  • Adenomiosis atau kondisi lapisan permukaan rongga rahim tumbuh di dalam dinding otot rahim.

Dikutip dari healthline, menurut jaringan kesehatan wanita nasional di Amerika Serikat, Histerektomi merupakan bedah paling umum yang dilakukan wanita di sana. Operasi ini dianggap aman dan risikonya rendah. Namun, histerektomi mungkin bukan pilihan terbaik untuk semua wanita. Operasi ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang masih ingin memiliki anak. Kini, ada alternatif operasi lainnya untuk kasus-kasus medis serupa. Misalnya, terapi hormon dapat digunakan untuk mengobati endometriosis. Fibroid dapat diobati dengan jenis operasi lain untuk menyelamatkan rahim.

 

Jenis-Jenis Histerektomi

            Ada beberapa jenis prosedur histerektomi berdasarkan seberapa banyak bagian rahim yang diangkat. Perbedaan dari masing-masing jenis prosedur histerektomi adalah sebagai berikut:

  • Histerektomi Parsial

Histerektomi parsial adalah prosedur operasi yang dilakukan dengan mengangkat sebagian dari rahim. Pada prosedur ini, bagian yang diangkat ialah uterus bagian atas, sementara serviks atau leher rahim tidak ikut diangkat.

  • Histerektomi Total (sederhana)

Histerektomi total adalah prosedur pengangkatan seluruh bagian rahim, baik tubuh rahim hingga leher rahim (serviks). Histerektomi total adalah prosedur operasi yang tidak melibatkan pengangkatan indung telur (ovarium) dan tuba falopi (oviduk). Beberapa prosedur yang biasanya dilakukan dalam histerektomi total adalah sebagai berikut:

    1. Histerektomi abdominal 

Prosedur ini mengangkat rahim maupun leher rahim dengan membuat sayatan bedah di area perut.

    1. Histerektomi vagina.

Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat rahim maupun leher rahim melalui vagina.

    1. Histerektomi laparoskopi 

Prosedur histerektomi ini adalah pengangkatan rahim dengan menggunakan alat laparoskopi, yakni semacam tabung yang dilengkapi oleh teleskop atau kamera medis kecil di ujungnya.

    1. Histerektomi vagina dengan laparoskopi 

Prosedur histerektomi ini adalah operasi pengangkatan rahim, leher rahim (uterus), indung telur, dan tuba falopi. Namun, prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan pada vagina menggunakan bantuan laparoskopi.

  • Histerektomi dengan Salpingo-Ooforektomi

Histerektomi dengan Salpingo-Ooforektomi adalah prosedur yang dilakukan dengan mengangkat rahim bersama satu atau kedua ovarium dan tuba falopi sekaligus.

  • Histerektomi radikal

Histerektomi radikal adalah prosedur bedah dengan mengangkat seluruh rahim, leher rahim, dan jaringan sisi rahim yaitu parametria dan ligamen uterus. Bagian atas vagina juga ikut diangkat sekitar 1 cm. Sementara bagian indung telur dan tuba falopi bisa diangkat, bisa juga tidak, tergantung alasan medis yang mendasarinya.

 

Risiko Histerektomi

Histerektomi dianggap sebagai prosedur yang cukup aman. Namun, seperti semua operasi besar, ada risiko yang terkait. Beberapa orang mungkin mengalami reaksi negatif terhadap obat bius. Ada juga risiko pendarahan hebat dan infeksi di sekitar lokasi sayatan. Risiko lain termasuk cedera pada jaringan atau organ di sekitarnya, seperti pada kandung kemih, usus, dan pembuluh darah. Meskipun jarang tapi risiko seperti ini bisa saja terjadi. Moms akan mengalami operasi kedua untuk memperbaikinya.

Baca juga: Moms yang Pernah Operasi Caesar, Waspadai Plasenta Akreta

Setelah histerektomi, Moms harus dirawat di rumah sakit selama dua hingga lima hari. Dokter akan memantau tanda-tanda vital seperti pernafasan dan detak jantung, serta meresepkan obat. Moms didorong untuk bergerak seperti bejalan-jalan di sekitar area rumah sakit. Jalan kaki membantu mencegah pembekuan darah di kaki. Apabila Moms pernah menjalani histerektomi vagina, vagina akan dibalut kain kasa untuk mengontrol pendarahan. Para dokter akan melepas kain kasa dalam beberapa hari setelah operasi. Namun, Moms mungkin mengalami sedikit perdarahan atau bercak kecokelatan selama sekitar 10 hari. 

Saat Moms pulang dari rumah sakit, teruskan untuk berakivitas berjalan. Namun, Moms harus menghindari melakukan aktivitas tertentu selama pemulihan, seperti mendorong dan menarik benda berat, mengangkat barang yang berat, menyetir, dan melakukan hubungan seksual.


Bagikan Artikel


Artikel Terkait


Produk Terkait

Shop at MOOIMOM


Shop at MOOIMOM