6 Perbedaan Hamil Anak Laki-laki dan Perempuan, Mitos atau Fakta Mom?

calendar icon

06 Aug 2021

author icon

Anggraini Nurul F

category icon

Pra-kehamilan

6 Perbedaan Hamil Anak Laki-laki dan Perempuan, Mitos atau Fakta Mom?

Menebak jenis kelamin sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang saat masih belum ada mesin USG atau alat medis lainnya. Salah satu cara tradisional yang dilakukan nenek moyang kita untuk menebak jenis kelamin bayi adalah dengan acara nujuh bulanan. Bukan cuma itu, loh, Bu. Nenek moyang kita, berdasarkan pengalaman dan pengamatan, juga membuat daftar ciri-ciri hamil bayi perempuan dan bayi laki-laki. Hasil pengamatan mereka ini diwariskan turun-temurun hingga ke masyarakat modern sekarang. 

6 Perbedaan Hamil Bayi Laki-laki dan Perempuan


Baca Juga: 

Ciri-Ciri Hamil Bayi Laki-Laki, Mitos dan Faktanya


 

1. Morning sickness

Morning sickness adalah mual dan muntah ketika hamil. Ini mungkin bisa memberi gambaran apakah bayi yang dikandung adalah laki-laki atau perempuan.

Sebuah artikel di Medical News Today mengutip hasil studi pada 2017 yang menemukan bahwa calon ibu yang hamil bayi perempuan cenderung mengalami lebih banyak peradangan ketika sistem kekebalannya terpapar bakteri dibandingkan dengan mereka yang mengandung anak laki-laki.

Jadi, mereka mungkin merasa lebih tidak sehat daripada calon ibu yang mengandung anak laki-laki.

Sementara menurut Romper, sebuah studi tahun 1999 yang diterbitkan dalam The Lancet menemukan bahwa kebanyakan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum cenderung mengandung bayi perempuan.

Jika Anda melewati masa kehamilan tanpa mual di pagi hari, mungkin bayi yang Anda kandung adalah laki-laki.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan keterkaitan jenis kelamin dan kebiasaan morning sickness yang dialami ibu hamil.

2. Detak jantung bayi

Menurut What to Expect, kebijaksanaan konvensional menyatakan bahwa jika detak jantung bayi kurang dari 140 detak per menit berarti calon ibu akan melahirkan anak laki-laki.

Sebaliknya, jika detak jantung bayi lebih dari 140 detak per menit, calon ibu cenderung akan memiliki anak perempuan.

Penelitian medis telah menyanggah teori prediksi jenis kelamin yang satu ini.

Sebuah studi tahun 2018 terhadap hampir 10.000 kehamilan menemukan bahwa perbedaan apa pun yang mereka catat sangat kecil dan pada dasarnya tidak bermakna dalam gambaran besar.

Faktanya, detak jantung janin normal berfluktuasi antara 120 dan 160 denyut per menit.

Jika Anda mengukur detak jantung bayi pada interval acak, kemungkinan Anda akan mendapatkan pembacaan yang berbeda setiap saat.

Sementara para peneliti yang lebih terdahulu juga pernah membantah mitos ini.

Hasilnya, penelitian mereka tidak menemukan perbedaan signifikan antara detak jantung pada janin laki-laki dan perempuan.


Baca Juga: 

Kenali Ciri-ciri Wanita Subur bagi Moms yang Merencanakan Kehamilan


 

 3. Perbedaan kenaikan berat badan

Diketahui bahwa jika seorang wanita bertambah berat badan dalam jumlah yang signfiikan di sekitar area tengah tubuh selama kehamilan, maka dia akan memiliki seorang anak perempuan.

Orang-orang yang memercayai anggapan tersebut mungkin juga percaya bahwa bertambahnya berat badan di depan tubuh menandakan bayi yang dikandung adalah laki-laki.

Apakah keyakinan ini dapat dibenarkan secara ilmiah?

Sebuah makalah tahun 2014 yang diterbitkan di PLOS ONE menemukan bahwa semakin banyak kenaikan berat badan yang dialami calon ibu selama kehamilan, maka semakin tinggi kemungkinannya akan melahirkan bayi laki-laki.

Sementara jika kenaikan berat badan lebih sedikit, mungkin bayi yang dikandung adalah perempuan.

Namun, kenaikan berat badan saat kehamilan dapat dipengaruhi oleh banyak hal yang berbeda, termasuk tipe tubuh calon ibu.

4. Makan lebih banyak

Sebuah studi melacak pola makan calon ibu dan menemukan bahwa jika bayi yang dikandungnya adalah laki-laki, ia makan sekitar 10 persen lebih banyak kalori daripada calon ibu yang hamil bayi perempuan.

Mengapa nafsu makan cenderung lebih besar ketika mengandung bayi laki-laki?

Para peneliti menduga testosteron yang dikeluarkan oleh janin laki-laki menjadi sinyal bagi ibu mereka untuk makan lebih banyak dan itu bisa menjelaskan mengapa bayi laki-laki cenderung lebih besar saat lahir daripada bayi perempuan.

Sementara untuk jenis ngidamnya, beberapa orang meyakini ngidam makanan manis adalah tanda bahwa calon ibu mengandung anak perempuan, sementara jika ngidam makanan asin maka bayinya adalah laki-laki.

Namun, belum ada bukti ilmiah yang membuktikan tentang ngidam dan keterkaitannya dengan jenis kelamin bayi.

5. Perbedaan tampilan kulit

Ini mungkin hanya keyakinan zaman dulu. Namun, banyak yang meyakini bahwa bayi perempuan "mencuri" kecantikan ibunya.

Hasilnya, tampilan kulit calon ibu akan lebih kusam dan rentan berjerawat dan rambutnya terlihat lebih tipis.

Sementara calon ibu yang mengandung bayi laki-laki mengalami hal sebaliknya.

Di sisi lain, perubahan pada produksi minyak rambut yang terjadi selama kehamilan mungkin berkairan pada perubahan hormonal atau pola makan, yang berdampak pada tampilan kulit.

6. Tingkat stres

Sejumlah peneliti mengungkap bahwa semakin stres seorang calon ibu ketika hamil, maka semakin besar kemungkinan bayi yang dikandung adalah perempuan.

Alasannya, janin perempuan mungkin tidak lebih rentan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan di dalam rahim daripada janin laki-laki.

Sebuah studi kecil pada 2019, misalnya, menemukan bahwa calon ibu yang dilaporkan mengalami stres fisik dan psikologis lebih mungkin melahirkan anak perempuan.

Penelitian lainnya yang dilakukan pada 2012 menemukan hubungan antara kadar hormon stres kortisol dan rasio kelahiran bayi laki-laki dan perempuan.

Dalam studi ini, calon ibu dengan tingkat kortisol tinggi secara statistik lebih mungkin memiliki anak perempuan.

Sementara studi lain di tahun 2013 menemukan bahwa dalam dua tahun setelah gempa bumi di pulau Zakynthos, Yunani, tingkat kelahiran laki-laki turun.

Peneliti menduga bahwa peningkatan tingkat stres di komunitas tersebut memengaruhi rasio kelahiran.

Namun, dibutuhkan lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami dengan baik hubungan antara stres dan jenis kelamin bayi yang belum lahir.

Jangan lupa kunjungi website kita di www.mooimom.id yah Moms!


Bagikan Artikel


Shop at MOOIMOM