13 Feb 2021
Ika
Selain BAB berlendir, BAB berbusa juga kerap terjadi pada bayi. Namun kondisi ini juga tidak terlalu perlu dikhawatirkan, karena normal terjadi. Meski begitu, yuk cari tahu penyebab BAB bayi yang berbusa!
Kandungan ASI
Feses bayi yang berbusa bisa disebabkan oleh tak seimbangnya asupan foremilk dan hindmilk. Hal tersebut justru tergolong normal apabila bayi masih mendapatkan asupan ASI. Nah, karena kemampuan tubuh bayi yang belum maksimal dalam mencerna laktosa ASI dari foremilk, maka bisa saja bayi mengeluarkan feses yang berbusa.
Beda halnya jika yang terserap banyak oleh si Kecil adalah hindmilk. Biasanya, fesesnya akan berwarna kuning dan tak berbusa atau berbuih. Warna kuning tersebut didapat dari lemak pada hindmilk. Jadi, tak perlu khawatir dengan kondisi ini.
Untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan foremilk dan hindmilk, yang bisa dilakukan adalah membiarkan Si Kecil menyusu pada salah satu payudara setidaknya selama 5-10 menit, sebelum memindahkannya ke payudara satu lagi. Dengan begitu, bayi mendapatkan asupan hindmilk yang cukup atau sama banyak dengan foremilk.
Infeksi
Infeksi bakteri, parasit, maupun virus bisa saja terjadi pada si Kecil. Umumnya selain membuat frekuensi BAB bertambah, konsistensi BAB juga ikut berubah seperti tampak encer dan berbusa, ada lendir, bahkan juga disertai dengan darah. Salah satu penyebab bab berbusa paling sering adalah parasit Giardia.
Parasit ini bisa masuk ke dalam tubuh apabila Si Kecil tak sengaja mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah tercemari oleh parasit ini. Tak hanya feses yang berbusa, biasanya infeksi disertai juga dengan gejala lainnya seperti, kelelahan, kembung, mual, kram perut, dan berat badan turun secara tiba-tiba. Kondisi ini bisanya berlangsung selama 2 hingga 6 minggu hingga gejala mereda.
Penyakit Celiac
Penyakit celiac merupakan penyakit autoimun yang dipicu oleh gluten. Gluten sendiri adalah protein yang di temukan di tepung, rye, dan barley beserta turunannya. Bayi bisa menunjukkan tanda dan gejala awal dari intoleransi gluten setelah ia menerima MPASI. Biasanya bayi dengan penyakit celiac akan mengalami BAB berbusa, tidak mengalami kenaikan berat badan yang optimal, cenderung rewel, perut kembung, dan ruam kulit.
Efek Operasi Saluran Cerna
Pada bayi yang memiliki kondisi khusus dan memerlukan tindakan operasi di saluran cerna, seperti penyakit Hirschsprung, bisa menyebabkan BAB bayi berbusa. Tindakan operasi pada saluran cerna dapat menyebabkan kondisi short bowel syndrome yang bisa menyebabkan feses berbusa dan encer secara terus-menerus.
Masalah seperti dehidrasi dan malnutrisi pun bisa terjadi. Tak hanya pada bayi saja. Pada orang dewasa, kondisi BAB berbusa bisa mengarah ke pankreatitis, irritable bowel syndrome (IBS), reaksi alergi, maupun infeksi saluran cerna.
Pankreatitis
Pankreatitis adalah radang kelenjar pankreas yang terbagi menjadi kondisi akut dan kronis. Masalah kesehatan yang satu ini menghalangi kemampuan bayi untuk mencerna lemak. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit di perut bagian atas hingga menyebar ke belakang perut. Kelainan genetik bisa menjadi penyebab penyakit pankreatitis.
Pankreatitis juga dapat menyebabkan tinja berbusa yang disertai dengan gejala lainnya seperti, demam, mual dan muntah, denyut jantung lebih cepat dari biasanya, dan perut membengkak.
Mengatasi BAB Berbusa
Jika BAB Si Kecil berbusa lebih dari dua hari dan ditambah dengan gejala demam, BAB berdarah, hingga sakit perut yang membuatnya rewel ini adalah tanda agar segera dibawa ke dokter. Untuk meminimalisasi risiko, beberapa hal bisa dilakukan seperti, tidak memberikan obat diare tanpa resep dokter karena ditakutkan adanya gejala lain. Bukan cuma itu, berikan ASI selama yang diperlukan agar tidak terjadi dehidrasi. Terakhir, pastikan menjaga kebersihan diri dan alat-alat makan Si Kecil.
Mencegah BAB Bayi Berbusa
Untuk menjaga sistem pencernaanya dengan baik dan mencegah terjadinya BAB berbusa pada bayi, cobalah untuk menjaga asupan Si Kecil. Pada usia nol hingga enam bulan, asupan terbaik adalah ASI atau susu formula. Sedangkan saat sudah mulai makan, pastikanlah kebersihan rumah dan alat makannya. Cara sterilisasi yang paling mudah adalah dengan merendam alat makan di dalam air yang mendidih. Kemudian, selalu cuci alat makannya dengan sabun antibakteri yang aman untuk bayi di bawah air mengalir.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM