03 Jul 2021
anisyukur
0-6 bulan
0-6 bulan
Orang tua banyak yang kaget saat melihat si kecil yang kejang tidur, dan banyak yang menganggap bahwa itu merupakan respon bayi terhadap mimpi yang dialaminya. Saat bayi kejang tidur, mereka akan tetap terlihat pulas dan tidak terbangun. Meski banyak orang tua yang takut, bayi yang kejang atau tersentak kaget dalam tidurnya adalah hal umum yang terjadi.
Dikutip dari European Journal of Paediatric Neurology, benign neonatal sleep myoclonus (BNSM) memiliki tanda dimana terjadi kondisi sentakan mioklonik atau terkejut yang terjadi hanya pada saat tidur lalu akan berhenti tiba-tiba saat bayi dibangunkan. Moms akan melihat bayi yang terlihat cegukan hingga mengeluarkan gerakan seperti terguncang terlihat seperti kejang epilepsi.
Gerakan kejang ini tidak dapat dikontrol ataupun dicegah, dan kondisi ini umumnya terjadi pada malam hari saat tubuh si kecil rileks. Kejang saat tidur memang seringkali menimpa anak-anak dan bayi. Namun hal ini akan semakin membaik dan berangsur-angsur hilang dengan sendirinya seiring bertumbuhnya usia.
Bayi kejang tidur memang kondisi umum yang terjadi pada anak-anak dan bayi, hal ini mungkin saja disebabkan karena belum sempurnanya saraf bayi saat baru lahir. Selain itu kejang saat tidur pada bayi juga disebabkan oleh dua faktor yakni kondisi mioklonus dan kejang karena demam.
Mioklonus memiliki kondisi yang mirip dengan kejang tidur. Kondisi mioklonus dapat terjadi ketika bayi tidur karena adanya gerakan otot involunter. Terdapat 2 jenis Mioklonus yakni mioklonus positif yakni kontraksi otot yang tiba-tiba dan mioklonus negatif yakni relaksasi otot.
Pada kondisi mioklonus, kejang bisa nampak pada satu atau di kedua sisi tubuh. Gerakan yang menyerupai kejang dikarenakan mioklonus umumnya akan lebih jelas terlihat pada lengan dibandingkan di kaki. Tidak hanya itu, pada mioklonus yang terjadi pada saat tidur, kejang sangat jarang melibatkan otot-otot di wajah. Contoh lain yang merupakan mioklonus adalah cegukan dan kedutan ketika tidur.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bayi yang sedang dalam kondisi demam rentan terkena kejang terutama saat sedang tidur. Kejang dan demam yang terjadi pada bayi merupakan bagian dari kondisi kejang demam, yakni kejang yang dirangsang oleh kondisi suhu tubuh yang sedang demam tinggi, umumnya di atas 38 derajat Celcius. Kejang demam umumnya diderita oleh bayi berusia 6 bulan hingga di bawah 5 tahun. Meski begitu, kasus kejang demam sendiri paling banyak terjadi di usia 12-18 bulan. Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi kejang, akan meningkatkan risiko terjadi hal yang sama pada bayi atau anak. Tidak hanya itu, riwayat kejang demam sebelumnya juga akan meningkatkan risiko kondisi ini terulang.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa kondisi ini akan berangsur-angsur menghilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia. Meskipun kondisi ini merupakan kondisi yang umum, Moms wajib mengetahui cara mengatasi bayi kejang demam. Jika hal ini terjadi pada bayi Moms, peratam Moms harus melindungi area bayi. Pastikan tidak ada benda tajam atau barang-barang yang berpotensi dapat membahayakan ada di sekitarnya.
Moms juga dapat melakukan gerakan untuk menenangkan si bayi agar kembali tidur dengan nyaman. Jika gerakan bayi kejang tidur berlangsung cukup lama, ada baiknya Moms melakukan konsultasi lebih lanjut ke dokter. Moms dapat merekam keadaan bayi saat kejang, agar dokter bisa mengambil kesimpulan dari rekam tersebut. Selain itu Moms juga bisa memperhatikan adanya kejang, ketika pagi hari, seperti banyaknya air liur menetes, muntah dan tempat tidur yang basah.
Selain itu, saat bayi tidur, penting bagi Moms untuk memberikan suasana yang nyaman. Perlengkapan seperti Mooimom Baby Pillow dapat membantu menjaga kualitas tidur si kecil. Produk ini bisa Moms dapatkan di website Mooimom.
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM